Newsletter

Musim Laporan Keuangan Tiba: Mampukah BCA & Unilever Panaskan IHSG?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 24/07/2024 06:01 WIB
Foto: Pexels/Anna Nekrashevich
  • Pasar keuangan Tanah Air mengecewakan  pada perdagangan Selasa kemarin, di mana rupiah berhasil menguat di kala IHSG dan SBN merana.
  • Wall Street berakhir di zona merah di tengah wait and see pelaku pasar menunggu laporan keuangan
  • Dampak mundurnya Biden serta datangnya musim laporan keuangan diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kembali beragam pada perdagangan Selasa (23/7/2024) kemarin di mana rupiah akhirnya berhasil menguat, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik melemah dan SBN melanjutkan kenaikan imbal hasilnya.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada hari ini menjelang datangnya musim laporan keuangan. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,11% ke posisi 7.313,85. Perdagangan IHSG kemarin pun cenderung volatil. Meski volatil, tetapi IHSG masih mampu bertahan di level psikologis 7.300.

Nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 8,4 triliun dengan melibatkan 29miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak267saham menguat,308 saham melemah, dan 220 saham cenderung stagnan.

Investor asing tampaknya mulai melakukan aksi jual bersih (net sell) yang mencapai Rp 86,94 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 122,99 miliar di pasar reguler, sedangkan di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat masih melakukan pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 36,05 miliar.

Sedangkan di bursa Asia-Pasifik kemarin, secara mayoritas kembali melemah, di mana IHSG menjadi salah satunya. Namun, indeks VNI Vietnam menjadi yang paling buruk yakni ambruk 1,82%. Sedangkan indeks Taiex Taiwan menjadi yang terbaik, yakni melonjak 2,76%.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin berhasil ditutup terapresiasi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), setelah melemah tiga hari beruntun, meski penguatan kemarin cenderung tipis.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat tipis 0,06% di angka Rp16.205/US$ kemarin, Selasa (23/7/2024). Hal ini mematahkan tren pelemahan terjadi pada rupiah selama tiga hari beruntun.

Sementara di Asia, mata uangnya secara mayoritas menguat. Hanya beberapa yang melemah. Namun kali ini, rupiah berada di deretan mata uang Asia yang menguat. Tetapi, yen Jepang menjadi yang terbaik yakni menguat 0,61%.

Sedangkan peso Filipina menjadi yang terburuk, yakni terkoreksi 0,13%. Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin masih melanjutkan pelemahan, terlihat dari imbali hasil (yield) yang terus mencatatkan kenaikan. Bahkan, yield SBN acuan sudah menyentuh level 7%.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau kembali naik 1,5 basis poin (bp) menjadi 7,004%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.

Nilai tukar rupiah sedikit mengalami apresiasi kemarin di tengah ketidakpastian global yang cenderung berkurang.

"Fakta bahwa Biden mendukung Kamala Harris mengurangi ketidakpastian. Mungkin ada sedikit penurunan perdagangan karena Wakil Presiden Harris dianggap memiliki peluang menang yang sedikit lebih baik," kata Jay Hatfield, CEO di Infrastructure Capital Advisors, dikutip dari CNBC International.

Selain itu, mundurnya Biden dari kontestasi pencalonan telah membuat sejumlah investor buka suara. Ekonom bank Swiss UBS menyebut bila Harris dicalonkan, maka pelaku pasar akan melihat keberlanjutan dari program Biden.

Selain itu, sentimen bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan pasar akan memangkas suku bunganya pada September 2024 ini dinilai pasar mampu mengurangi tekanan terhadap rupiah.

Namun sayangnya, IHSG malah yang justru melemah kemarin. Koreksi IHSG terjadi karena saham perbankan raksasa menjadi pemberat terbesar IHSG kemarin.

Jika melihat dari sisi konstituen, penekan (laggard) kemarin paling besar dari saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 13,11 poin, kemudian saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) 11,84 poin, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 6,96 poin, PT Astra International Tbk (ASII) 3,21 poin, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) 1,93 poin.


(chd/chd)
Pages