Newsletter

Suku Bunga BI Diramal Tetap, IHSG-Rupiah Siap Ngegas Lagi?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 17/07/2024 06:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
  • Kebijakan suku bunga BI akan diumumkan hari ini dengan proyeksi tetap
  • Penjualan ritel Amerika Serikat meningkat namun masih tidak menghapus keyakinan The Fed segera pangkas suku bunga
  • Perkiraan baru The Fed pangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Semua mata investor tertuju kepada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, terutama pengumuman suku bunga. Bagi investor, kebijakan dari BI adalah penting, salah satunya menyangkut pengendalian inflasi dan ketahanan rupiah.

Lebih lanjut proyeksi mengenai arah kebijakan suku bunga BI yang akan diumumkan pada siang nanti diulas di halaman ketiga. Kemudian agenda-agenda penting di halaman keempat,

Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan kemarin (16/7/2024) lesu. Baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sama-sama berakhir di zona pelemahan.

IHSG ditutup melemah 0,75% ke posisi 7.224,29. Meskipun demikian, IHSG masih bertahan di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 7,6 triliun dengan volume transaksi mencapai 12 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 955.179 kali. Sebanyak 273 saham naik, 270 saham turun, dan 247 sisanya cenderung stagnan.

Saham energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar, yakni mencapai 20,4 indeks poin.

Sementara itu sentimen surplus neraca perdagangan Indonesia yang kian menipis masih membayangi laju mata uang Garuda.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,06% di angka Rp16.175/US$ pada akhir perdagangan kemarin, Selasa (16/7/2024).

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan sebesar US$2,39 miliar pada Juni 2024. Angka ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang surplus US$2,93 miliar.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam rilis BPS, Senin (15/7/2024), mengatakan surplus neraca dagang Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu US$4,43 miliar, di mana komoditas yang memberikan sumbangan adalah bahan bakar mineral lemak dan minyak hewan nabati, besi baja, dan beberapa komoditas lain.

Menanggapi hal ini, ekonom senior Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal menyampaikan bahwa neraca perdagangan Indonesia yang surplus namun di bawah ekspektasi ini dapat melemahkan nilai tukar rupiah. Hal ini akan berdampak pada tekanan pada pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut, saat ini pelaku pasar juga sedang bersikap wait and see perihal data suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang akan dirilis besok (17/7/2024).

Mayoritas pelaku pasar berekspektasi bahwa suku bunga akan ditahan di level 6,25%. Namun Fithra memproyeksikan ada peluang sebesar 70% bahwa BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,50%.


(ras/ras)
Pages