Newsletter

Suku Bunga BI Diramal Tetap, IHSG-Rupiah Siap Ngegas Lagi?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 July 2024 06:00
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)
Foto: Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)

Bank Indonesia menjadi pusat perhatian investor pada perdagangan hari ini, terutama soal suku bunga. Kebijakan Bank Indonesia dinanti karena memiliki efek yang luas terhadap ekonomi Indonesia.

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 12 lembaga/institusi yang mayoritas memperkirakan BI akan tetap di level 6,25% atau tidak mengalami kenaikan maupun diturunkan pada pertemuan Juli ini. Namun satu suara menunjukkan ada potensi BI rate akan dinaikkan bulan ini.

Nilai tukar rupiah yang seringkali menjadi patokan BI dalam menentukan BI rate juga terpantau terkendali terkhusus sejak akhir Juni hingga 15 Juli 2024.

Chief Economist BRI Anton Hendranata menyampaikan bahwa tidak ada alasan BI menaikkan suku bunganya pada Juli 2024 ini. Hal ini ia perkirakan mengingat rupiah masih in range sesuai dengan ekspektasi BI serta cadangan devisa (cadev) yang masih tetap tinggi yakni sebesar US$140,2 miliar pada Juni 2024.

Lebih lanjut, Anton juga menyampaikan bahwa keputusan BI rate tak lepas dari suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed).

"Model ekonometrik menunjukkan bahwa pergerakan suku bunga The Fed berpengaruh signifikan terhadap probabilitas BI rate. Kenaikan suku bunga The Fed akan mendorong peningkatan BI rate dengan probabilitas 76%," ujar Anton dalam Central Banking di CNBC Indonesia (15/7/2024).

Anton juga menjelaskan bahwa data ekonomi AS saat ini mendukung untuk The Fed memangkas suku bunga.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga untuk mengantisipasi ketidakpastian global dan masa transisi pemerintahan baru.

"BI masih perlu jaga suku bunga sejalan antisipasi ketidakpastian di global election dan transisi ke presiden baru," tutur Hoasianna.

Sebelumnya, pada RDG BI Juni lalu, BI mempertahankan suku bunganya pada level 6,25% yang konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan bahwa ditahannya suku bunga acuan ini juga mempertimbangkan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah prospek perekonomian dunia yang lebih kuat. Ia menganggap, pertumbuhan ekonomi global pada 2024 akan mencapai 3,2% lebih tinggi dari perkiraan awal, terutama karena ditopang baiknya pertumbuhan ekonomi India dan China.

Penjualan Ritel AS Meningkat

Dari luar negeri, penjualan ritel AS tidak berubah pada bulan Juni karena penurunan penerimaan di dealer mobil diimbangi oleh kekuatan yang luas di tempat lain, yang menunjukkan ketahanan konsumen yang mendukung prospek pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua.

Laporan Departemen Perdagangan yang lebih baik dari perkiraan pada hari Selasa juga menunjukkan penjualan di bulan Mei lebih tinggi dari perkiraan awal. Hal ini tidak mengubah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September di tengah penurunan inflasi dan membantu meredakan kekhawatiran akan perlambatan tajam perekonomian.

"Perekonomian berada dalam kondisi yang cukup baik," kata Bill Adams, kepala ekonom di Comerica Bank.

"Ada tanda-tanda pelemahan di mana konsumen berpendapatan rendah dan menengah mulai mundur... namun belanja yang dilakukan secara terbuka oleh konsumen kaya membuat perekonomian secara keseluruhan tetap bergerak maju."

Angka penjualan ritel yang tidak berubah pada bulan lalu mengikuti revisi naik 0,3% pada bulan Mei, kata Biro Sensus Departemen PerdaganganPenjualan ritel meningkat 2,3% secara tahunan di bulan Juni. Namun, momentumnya telah melambat dari kenaikan sebesar 7,7% yang tercatat pada bulan Januari 2023. Setelah periode inflasi yang tinggi, rumah tangga melakukan perdagangan dengan harga rendah dan mencari alternatif yang lebih murah, seperti yang terlihat dalam laporan pendapatan dari pengecer dan produsen besar.

Pasar Yakin September FedRate Dipangkas

Berdasarkan perangkat Fedwatch, pasar menilai ada peluang bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed mulai pangkas suku bunga pada September. Probabilitas mencapai 91,7 suku bunga turun pertama kali sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%-5,25%.

Pemangkasan tersebut berlanjut pada dua pertemuan berikutnya, masing-masing 25 basis poin pada pertemnuan November dan satu lagi pada Desember.

Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di kisaran target 4,50%-4,75% dengan penurunan tiga kali dalam setahun.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular