Newsletter

Siap-Siap Borong! Inflasi AS Turun, Dolar Melemah: RI Bisa Pesta Pora

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Jumat, 12/07/2024 06:00 WIB
Foto: Infografis/JPMorgan Optimistis Pasar Saham Rebound/Edward Ricardo
  • IHSG dan rupiah melannjutkan pesta pada perdagangan kemarin dengan kompak menguat
  • Wall Street ditutup beragam pada perdagangan kemarin, berbanding terbalik dengan penguatan pada hari sebelumnya
  • Data inflasi AS serta ekonomi China bisa menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor pasar keuangan RI kembali dibuat sumringah usai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendarat di level psikologis baru 7.300 dan rupiah mampu bertahan menguat tujuh hari beruntun.

Pergerakan IHSG dan rupiah diharapkan bisa melanjutkan tren positifnya pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini  bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (11/7/2024) mencatatkan penguatan sebesar 0,18% di level 7.300,4. Penguatan IHSG menjadi  tiga hari beruntun dan mencatatkan level psikologis baru di level 7.300 setelah lama tak tersentuh sejak 20 Mei 2024.

Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp9,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan transaksi sebelumnya sebesar Rp8,99 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 17,13 miliar lembar, dimana 277 saham naik, 271 turun dan 248 tidak berubah.

Penguatan IHSG terbesar dikontribusi sektor transportasi yang melonjak 2,02% dan properti naik 1,21%.

Naiknya saham-saham di sektor transportasi didorong dari saham perkapalan dan penerbangan.

PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) dan PT Temas Tbk (TMAS) yang merupakan saham perkapalan masih tersengat sentimen positif dari kenaikan tarif spot untuk kontainer pengiriman ukuran penuh ke AS dan Eropa dari Asia. Menurut Drewry World Container Index, tiga rute utama AS dan Eropa mencapai US$6.000 untuk unit setara 40 kaki.

Kemudian, saham di segmen penerbangan seperti PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) melonjak usai menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyiapkan langkah efisiensi penerbangan untuk menurunkan harga tiket pesawat, salah satunya terkait evaluasi operasi biaya pesawat. Hal ini tertulis dalam akun Instagram resmi Luhut Pandjaitan pada Kamis (11/7/2024).

Luhut menjelaskan bahwa Cost Per Block Hour (CBH) yang merupakan komponen biaya operasi pesawat terbesar, perlu diidentifikasi rincian pembentukannya.

Luhut juga mengatakan pemerintah akan berencana untuk mengakselerasi kebijakan pembebasan Bea Masuk dan pembukaan larangan dan pembatasan (lartas) barang impor tertentu untuk kebutuhan penerbangan. Ia juga menyoroti mekanisme pengenaan tarif berdasarkan sektor rute, yang berimplikasi pada pengenaan dua kali tarif PPN, Iuran Wajib Jasa Raharja (IWJR), dan Passenger Service Charge (PSC), bagi penumpang yang melakukan transfer atau ganti pesawat.

Sementara kenaikan sektor properti didorong dari sentimen Amerika Serikat (AS), yang dimana para pelaku pasar optimis dengan kebijakan pemangkasan suku bunga yang akan segera jatuh pada bulan September, mengingat prediksi angka inflasi AS untuk periode Juni akan lebih melandai.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (11/7/2024) rupiah ditutup menguat 0,28% terhadap dolar AS di posisi Rp16.190/US$1. Penguatan tersebut memperpanjang penguatan rupiah dalam tujuh hari beruntun sejak pekan lalu.

Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditengarai karena sikap bank sentral AS (The Fed) yang semakin dovish belakangan ini.

Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan pergerakan rupiah akan sangat tergantung pada kebijakan suku bunga The Federal Reverse (The Fed)
Menurutnya, rupiah saat ini masih bergerak di level rendahnya pada saat pandemi yakni Rp16.625. Inflow pada pasar keuangan Indonesia membantu menjaga nilai tukar rupiah kembali ke kisaran Rp16.000.

"Dalam hitungan kami, pemangkasan suku bunga pada September seharusnya menjadi sinyal untuk membalikkan arah yang sangat dinanti-nanti dalam nilai tukar rupiah), sementara penundaan lebih lanjut dalam pemangkasan suku bunga Fed mungkin saja membuat rupiah melewati level terendahnya selama pandemi," tutur Enrico, kepada CNBC Indonesia.

Untuk diketahui saat ini pelaku pasar berekspektasi akan terjadinya pemangkasan suku bunga pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps).

Jika cut rate benar dilakukan pada tahun ini, maka hal ini akan menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik termasuk rupiah karena tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin minim.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (11/7/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun akhirnya ke bawah level 7% di posisi 6,98%. Posisi ini adalah yang terendah sejak 13 Juni 2024.

Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, jika hasil obligasi menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).


(saw/saw)
Pages