Adu Kuat Bank KBMI IV Himpun Dana Murah, Siapa Jawaranya?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
08 July 2024 16:05
Penukaran uang rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Penukaran uang rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sedang berlomba menghimpun dana murah atau CASA di tengah tren suku bunga tinggi atau higher for longer. CASA yang sehat dibutuhkan untuk mempertahankan likuiditas dan dapat memacu kredit.

Tren suku bunga tinggi membuat beban bunga yang ditanggung oleh para bank pun semakin memberatkan. Akibat tren suku bunga tinggi beban bunga melonjak hingga 40% lebih pada kuartal pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bank pun harus merelakan pertumbuhan laba yang tergerus akibat menanggung beban bunga yang semakin berat. Selain itu akselerasi kredit pun menjadi terbatas.

Maka dari itu perbankan saat ini berlomba untuk mengumpulkan dana murah atau CASA. Tujuannya agar tetap menjaga likuiditas tanpa mengorbankan laba perusahaan.

Dana murah atau CASA adalah instrumen tabungan atau giro. Disebut dana murah karena bank tidak memberikan bunga kepada nasabah yang menabung atau menyimpan dana di bank tersebut.

Berbeda dengan deposito, di mana bank harus memberikan bunga kepada nasabah yang menaruh dana di bank. Maka dari itu, deposito disebut dana mahal. Bunga deposito pun mengikuti acuan suku bunga. Artinya saat tren suku bunga tinggi, bunga deposito pun besar. Ini yang menyebabkan beban bunga bank pun membengkak.

Proporsi CASA yang dihimpun bank semakin baik akan menekan cost of fund atau biaya yang dibayarkan oleh bank atas dana yang digunakan untuk bisnis.

Kinerja CASA bank biasanya diukur dengan CASA ratio. Yakni rasio yang mengukur jumlah CASA dibandingkan dengan dana pihak ketiga (DPK).

Diantara bank besar atau KBMI IV, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memiliki CASA ratio yang lebih baik dibandingkan dengan bank lainnya. CASA ratio BBCA sebesar 80,7% per Maret 2024.

Dana murah BBCA pada kuartal pertama 2024 tercatat Rp904,5 triliun, tumbuh 7,3% dibandingkan perolehan pada kuartal yang sama 2023 sebesar Rp843,3 triliun. 

Rasio CASA yang mencapai 80% dapat menjadi bantalan yang baik untuk BBCA dalam meredam kenaikan suku bunga. Hal ini tercermin dari jumlah beban bunga bank milik Grup Djarum tersebut yang naik 25% menjadi Rp3,1 miliar, paling sedikit ketimbang bank KBMI IV lainnya. 

Laba bank BBCA pun mampu terakselerasi dengan baik. Laba BBCA tercatat Rp12,9 triliun tumbuh 11,7% pada kuartal pertama 2024 dibandingkan periode yang sama 2023.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memiliki rasio dana murah paling sedikit dibandingkan bank KBMI IV.

Pada kuartal pertama 2024, CASA ratio BBRI tercatat 61,66% dengan jumlah CASA senilai Rp873,29 miliar. 

Beban bunga BBRI per Maret 2024 mencapai Rp14,12 miliar, melonjak 45,9% dibandingkan Maret 2023 senilai Rp9,68 miliar. Laba BBRI pun bertumbuh secara konservatif, hanya 2,7% year-on-year.

BBCA dan BBRI menjadi gambaran bagaimana CASA menjadi salah satu kunci performa bagi bank di saat tren suku bunga higher for longer.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation