Newsletter

BREN Keluar dari Pemantauan Khusus & FCA, IHSG Bakal Ngegas?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Jumat, 21/06/2024 06:00 WIB
Foto: Prajogo Pangestu. (CNN Indonesia/Dinda Audriene)
  • BREN telah keluar dari daftar pemantauan khusus diperkirakan akan menjadi motor penggerak IHSG hari ini
  • Kebijakan BI yang tetap mempertahankan suku bunga diperkirakan masih akan berpengaruh terhadap laju pasar keuangan Indonesia
  • Data klaim pengangguran AS berpengaruh terhadap pandangan pelaku pasar soal penurunan suku bunga The Fed

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Renewable Energy Tbk atau BREN, telah resmi keluar dari daftar Pemantauan Khusus Bursa Efek Indonesia (BEI) dan akan menjadi penggerak bagi pasar saham hari ini (21/6/2024). 

Sementara itu kabar data pekerja dari Amerika Serikat (AS) dan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan membayangi laju mata uang rupiah pada perdagangan hari ini.

Ulasan lengkap mengenai berbagai sentimen pada perdagangan hari ini bisa dibaca di halaman ketiga. Kemudian agenda-agenda penting emiten dan rilis data makro ekonomi bisa diperhatikan di halaman empat.

Keluarnya BREN dari papan pemantauan khusus akan memiliki efek terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali ke level 6.800.

IHSG ditutup melonjak 1,37% ke posisi 6.819,32 di akhir sesi perdagangan Kamis (21/6/2024). IHSG akhirnya berhasil kembali ke level psikologis 6.800.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 17 triliun yang melibatkan 24 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 813.626 kali. Sebanyak 354 saham terapresiasi, 216 saham terdepresiasi, dan 211 saham cenderung stabil.

Secara sektoral, sektor transportasi menjadi penopang terbesar IHSG di yakni mencapai 1,55%. Saham perbankan raksasa menjadi penggerak IHSG pada akhir perdagangan. BBCA menjadi yang terbesar dengan berkontribusi sebesar 24,7 indeks poin. Kemudian diikuti oleh BBRI dan BMRI, masing-masing 18,6 indeks poin.

Sebagai informasi, IHSG berhasil bergairah dan kembali ke level psikologis 6.800 setelah BI  memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya.

BI kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20-21 Juni 2024.

Sedangkan suku bunga Deposit Facility naik ke posisi 5,50% dan suku bunga Lending Facility sebesar 7%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate 6,25%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (20/6/2024)

Hal ini sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya. Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 11 lembaga/institusi dengan sepakat memperkirakan BI akan tetap di level 6,25% atau tidak mengalami kenaikan maupun penurunan pada pertemuan Juni ini.

"Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro stabilitas sebagian langkah preemptive dan forward looking untuk pastikan inflasi sesuai sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (20/6/2024)

Kebijakan ini, kata Perry akan didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stabilitas rupiah dan masuknya aliran modal asing. Diketahui rupiah kini sudah menembus level Rp16.400.

"Sementara itu kebijakan makro prudential dan sistem pembayaran tetap progrowth dukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," jelasnya.

Meskipun Bank Indonesia menahan suku bunga, rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,4% di angka Rp16.425/US$ pada Kamis (20/6/2024). Anjloknya rupiah ini berbeda dengan penutupan perdagangan hari sebelumnya (19/6/2024) yang menguat sebesar 0,21%.


(ras/ras)
Pages