
Gak Usah Mimpi Rupiah Rp 10.000 Kalau Warga RI Masih Doyan Impor

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah semakin ambruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini menjadi perhatian seluruh masyarakat mengingat hal ini akan berdampak buruk jika terus terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah melemah sebesar 0,4% terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (20/6/2024) di level Rp16.425/US$. Posisi ini merupakan yang terparah sejak era pandemi Covid-19 yang terjadi sekitar empat tahun lalu.
Selain dari sisi pemerintah hingga Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral untuk menstabilkan rupiah, sebagai masyarakat, kita pun dapat memiliki peran untuk menjaga rupiah agar bergerak stabil.
Berikut ini, beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah yang dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
1. Membeli Produk Lokal
Meningkatkan nilai rupiah dapat dilakukan dengan berbelanja atau melakukan konsumsi produk dalam negeri mulai dari baju, sepatu, hingga peralatan rumah tangga.
Dengan mengurangi jumlah impor dan beralih ke produk dalam negeri, maka kebutuhan dolar AS sebagai alat pembayaran khususnya barang konsumsi akan berkurang. Pasokan dolar pun tidak terkuras untuk hal-hal yang berbau konsumtif.
Lebih lanjut, dengan belanja produk lokal, maka Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) pun akan turut bertumbuh dan berkembang. Ketika sektor UMKM semakin membaik, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan mendapatkan angin segar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor barang konsumsi pada Januari-Mei 2024 mencapai US$ 8,65 miliar atau naik 9,5%. Beberapa barang konsumsi yang impornya adalah kedelai, gandum, dan bawang putih.
2. Berwirausaha dengan Orientasi Ekspor
Usaha atau bisnis dapat dilakukan baik dari skala kecil hingga besar. Dengan kemampuan, keterampilan, dan modal yang ada, bukan tidak mungkin kita membuat produk yang punya Unique Selling Point (USP) dan nilai tambah di mata global.
Ketika kita punya produk yang berkualitas, maka kesempatan untuk mengekspor dan diterima secara global akan semakin terbuka lebar.
Di saat yang bersamaan, ekspor barang akan berdampak positif dengan masuknya dolar AS ke Tanah Air sehingga supply dolar AS akan semakin membanjiri domestik dan nilai tukar rupiah dapat terkontrol.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengakui ekspor yang dilakukan para pelaku UMKM di Indonesia masih sangat rendah. Hal tersebut terjadi lantaran adanya beberapa faktor.
Teten menjelaskan rendahnya kontribusi UMKM terhadap ekspor salah satunya disebabkan karena tidak terhubungnya dengan sektor industri.
3. Berinvestasi di Dalam Negeri
Membantu pemerintah dalam menjaga perekonomian dapat dilakukan dengan membeli instrumen investasi yang dikeluarkan, seperti Surat Berharga Negara (SBN). Semakin banyak warga Indonesia yang membeli SUN maka pasar keuangan Indonesia tidak mudah goyang oleh guncangan eksternal karena risiko sudden reversal di pasar SBN bisa berkurang. Dana asing tidak mudah datang dan pergi sehingga rupiah memiliki fundamental yang lebih kuat.
Sebagai contoh, pada bulan ini pemerintah baru saja menerbitkan surat berharga ritel berupa savings bond ritel, yakni seri SBR013T2 dan SBR013T4. Masyarakat yang membeli ini akan menikmati keuntungan yang lebih tinggi dari deposito di perbankan.
Imbal hasil yang ditawarkan akan di atas suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate, dengan potensi kenaikan bila BI Rate naik, namun saat BI Rate turun akan tetap karena kupon minimalnya telah ditetapkan.
Sebagai informasi, kupon untuk SBR013T2 memiliki tenor 2 tahun dengan imbal hasil atau kupon yang ditawarkan sebesar 6,45% dan SBR013T4 6,60%. Jenis kuponnya itu ialah mengambang dengan tingkat kupon minimal (floating with floor).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)