Newsletter

Peringatan Keras! 2 'Badai' dari AS Bisa Guncang IHSG-Rupiah Pekan Ini

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Senin, 10/06/2024 06:00 WIB
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)
  • Pasar keuangan pekan lalu bergerak mixed, rupiah menguat, obligasi kembali diburu investor, tetapi IHSG ambruk ke level terendah tahun ini.
  • Wall Street ditutup merah setelah data tenaga kerja AS lebih kuat dari perkiraan yang kemudian memicu kebijakan ketat the Fed berlangsung lebih lama.
  • Pekan ini pasar RI tampaknya masih akan volatile lantaran akan ada sejumlah data genting dari AS, seperti inflasi sampai pertemuan the Fed.

Jakarta, CNBC indonesia - Pasar keuangan Indonesa bergerak beragam pada perdagangan pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk menjauhi level 7000, tetapi rupiah berhasil menguat dan obligasi acuan bertenor 10 tahun mulai diburu investor.

Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Senin (10/6/2024) dan pekan ini silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.

Membahas pasar saham, IHSG pada perdagangan akhir pekan lalu berakhir terperosok 1,10% ke posisi 6897,95. Ini menjadi level terendah sepanjang tahun ini atau sejak November 2023.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan pekan lalu mencapai sekitar Rp 8,4 triliun dengan volume transaksi mencapai 13 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 815.069 kali. Sebanyak 232 saham naik, 309 saham turun, dan 240 sisanya cenderung stagnan.

Dari sisi konstituen, penekan terbesar ada dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mencapai 25 indeks poin dalam satu hari perdagangan terakhir pekan lalu. Jika diakumulasi sejak awal Juni, saham BREN telah menjadi pemberat IHSG paling dalam dengan menyeret turun hingga 84,77 poin.

Asing terpantau masih mencatatkan aliran dana keluar, dalam sehari di akhir pekan lalu tercatat asing keluar Rp893 miliar di keseluruhan pasar. Dana keluar ini kemudian mengakumulasi net sell asing sepanjang pekan sebanyak Rp1,51 triliun.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dilego asing dalam sepekan, mencapai Rp2 triliun, disusul PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebanyak Rp760,5 miliar, lalu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp375,5 miliar, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp272,5 miliar, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp188 miliar.

Sementara itu, untuk rupiah pada perdagangan pekan lalu berhasil bergerak sumringah dan mengakhiri tren pelemahan selama dua pekan beruntun.

Melansir dari Refinitiv, rupiah pada Jumat (7/6/2024) bertengger di posisi Rp16.190/US$, menguat 0,4% dalam sehari. Secara mingguan, rupiah juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,34% terhadap dolar AS, berbalik arah dari minggu sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 1,59%.

Penguatan rupiah terjadi setelah BI mengumumkan peningkatan cadangan devisa sebesar US$2,8 miliar menjadi US$139 miliar pada Mei 2024.
"Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penerbitan global bond pemerintah," jelas BI dalam siaran persnya pada Jumat (7/6/2024).

Cadangan devisa yang meningkat ini setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai bahwa cadangan devisa yang cukup besar ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Sejalan dengan pergerakan positif mata uang Garuda, dari pasar obligasi juga menunjukkan gerak serupa, di mana harga berhasil naik karena yield yang mulai turun, menjauhi level 7%.

Pada akhir pekan lalu, yield obligasi acuan RI yang bertenor 10 tahun berhasil turun 2 basis poin (bps) dalam sehari dan bertengger di 6,86%. Dalam sepekan, yield obligasi telah merosot 4 bps.

Penyusutan yield dalam sepekan mengakhiri tren penguatan selama dua pekan beruntun. Perlu dicatat jika yield dan harga obligasi bergerak berlawanan arah. Jadi, ketika yield sudah turun, maka harga sedang merangkak naik, yang berarti investor mulai memburu obligasi.


(tsn/tsn)
Pages