Newsletter

Peringatan Keras! 2 'Badai' dari AS Bisa Guncang IHSG-Rupiah Pekan Ini

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
10 June 2024 06:00
US-ECONOMY-BANK-RATE-INFLATION
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)

Berbagai sentimen di dalam maupun luar negeri akan kembali mewarnai pasar keuangan domestik hari ini dan sepekan ke depan. Aktivitas penuh akan terjadi mulai hari Senin hingga Jumat pekan ini dengan dibayangi sentimen rilisnya data-data sangat penting. Beberapa data yang ditunggu pekan ini adalah inflasi AS untuk Mei dan puncaknya rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
Dua agenda penting AS ini  bisa menjadi "badai" bagi Indonesia dan dunia karena besarnya pengaruh Amerika Serikat di pasar keuangan dan ekonomi global. Pasar diperkirakan akan wait and see atau mungkin akan mendapat tekanan besar dari outflow jika data inflasi AS di luar ekspektasi serta arah kebijakan The Fed mengecewakan pasar

Pelaku pasar juga patut waspada perihal bursa Wall Street yang ditutup merah pekan lalu, ini bisa menular ke pergerakan pasar keuangan lanjut volatile.

Berikut beberapa sentimen yang patut diperhatikan investor lantaran akan mempengaruhi pergerakan pasar secara keseluruhan baik hari ini atau sepekan ke depan:

Indeks Dolar AS (DXY) Melambung Lagi

Pada perdagangan hari ini, nampaknya pasar keuangan RI bisa bergerak volatile lantaran akan merespon indeks dolar AS (DXY) yang kembali melambung setelah keluar data tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan pada akhir pekan lalu.

DXY pada Jumat lalu menguat 0,75% dalam sehari dan berakhir di 104,88. Melambungnya DXY dalam sehari tersebut membalikkan pelemahan yang terjadi selama tiga hari pada pekan lalu.

DXY yang menguat cukup signifikan ini perlu diantisipasi. Pasalnya kekuatan dolar AS akan menekan mata uang lainnya, terutama emerging market, termasuk rupiah.

Indeks dolar yang melambung ini terjadi karena laporan data tenaga AS lebih kuat dari perkiraan. Departemen Ketenagakerjaan AS pada Jumat malam (7/6/2024) mengumumkan data pekerjaan tercatat di luar pertanian melonjak ke 272.000 pekerjaan pada Mei 2024. Angka ini lebih tinggi dari konsensus yang hanya proyeksi naik ke 185.000 dari 175.000 pekerjaan pada April. Sementara untuk tingkat pengangguran naik tipis menjadi 4%.

Tenaga Kerja Kuat Berimbas ke Inflasi AS - FOMC Meeting the Fed

Ketika pasar tenaga kerja masih ketat, maka penghasilan masyarakat AS masih akan memenuhi untuk konsumsi bertahan kuat. Imbasnya, inflasi kemungkinan besar masih akan sulit untuk turun mencapai target the Fed.

Pekan ini, tepatnya pada Rabu malam (12/6/2024), AS akan merilis data inflasi periode Mei 2024. Saat ini konsensus memperkirakan headline inflation akan tumbuh stabil di 3,4% yoy dan inflasi inti akan melandai ke 3,5% yoy.

Jika data inflasi keluar meleset dari perkiraan, kemungkinan terburuk akan berujung pada kebijakan ketat bank sentral AS masih akan dipertahankan lebih lama dari perkiraan. Pasar kini semakin pesimis jika pada tahun ini tidak akan ada pemangkasan suku bunga.

Menurut perhitungan perangkat CME FedWatch Tool, pada pertemuan pekan ini yang akan berlangsung sehari setelah rilis inflasi sudah 97,8% peluang mempertahankan suku bunga. Sementara pemangkasan suku bunga pada September kian menyusut menjadi 46,6%, padahal pada akhir pekan lalu masih di atas 50%.

Perhitungan Peluang Suku Bunga The Fed oleh CME FedWatch ToolFoto: CME FedWatch Tool
Perhitungan Peluang Suku Bunga The Fed oleh CME FedWatch Tool

Sebagai catatan, pada Kamis dini hari waktu Indonesia  (13/6/2024), rapat The Fed (FOMC) akan diselenggarakan bersamaan dengan FOMC Economic Projections dan FED Press Conference.

Sebagai informasi, sebelumnya pada dot plot Maret silam, 9 dari 19 pejabat The Fed melihat ada peluang pemangkasan suku bunga sebanyak 0,75% hingga akhir tahun ini. Proyeksi ini dengan melihat median proyeksi suku bunga oleh pejabat The Fed dalam dokumen dalam dokumen "dot plot" menjadi 4,5-4,75% atau median 4,6% hingga akhir tahun ini.

Median ini mengindikasikan jika The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 0,75% atau sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 0,25% hingga akhir tahun.

Sementara hanya dua pejabat yang memperkirakan The Fed akan tahan suku bunganya di level 5,25-5,5% hingga akhir 2024.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed kini sudah semakin mundur dari perkiraan. Jika pada pertemuan terdekat ini nada the Fed masih hawkish, maka gejolak di pasar keuangan, terutama di risk asset kemungkinan besar masih berlanjut.

Inflasi China

Berikutnya, sentimen yang perlu diperhatikan datang dari negeri asal Panda, yakni Tiongkok yang akan rilis data Inflasi untuk periode Mei 2024 pada Rabu (12/6/2024).

Sebagai catatan, pada bulan lalu, China telah merilis data inflasi tahunan untuk periode April yang mengalami kenaikan 0,3%, dibandingkan dengan perkiraan pasar dan angka pada bulan Maret sebesar 0,1%.

Ini adalah inflasi konsumen yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut, di tengah berlanjutnya pemulihan permintaan domestik meskipun pemulihan ekonomi sedang rapuh.

Inflasi China diperkirakan masih akan terjadi secara tahunan untuk periode Mei 2024 mengingat data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang dirilis S&P Global menunjukkan China berada di zona ekspansif dengan nilai 51,7.

PMI Manufaktur di China tumbuh paling cepat dalam dua tahun terakhir pada bulan Mei karena peningkatan produksi dan pesanan baru, terutama pada perusahaan-perusahaan kecil, menurut sebuah survei sektor swasta pada hari Senin pekan ini, sehingga meningkatkan prospek untuk kuartal kedua.

Belakangan ini, China telah meningkatkan investasi infrastruktur dan menyalurkan dana ke sektor manufaktur berteknologi tinggi untuk mendukung perekonomian secara lebih luas pada tahun ini.

Roda perekonomian yang mulai membaik ini menjadi katalis positif bahwa pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan meningkat diikuti dengan data inflasi yang mengalami kenaikan.

Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Indonesia

Di hari yang sama, dari domestik Bank Indonesia (BI) akan merilis data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK).

IKK Indonesia pada April 2024 terpantau cukup baik dengan kenaikan sebesar 3,9 indeks poin ke angka 127,7.

Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak Mei 2023, karena keenam sub-indeks menguat setelah pemilu yang diselenggarakan pada awal tahun berjalan lancar, hanya dalam satu putaran

Jika hal ini dapat dipertahankan, maka ekonomi Indonesia dapat dikatakan akan berada di teritori positif khususnya dalam hal konsumsi masyarakat.

Musim Dividen Masih Berlanjut

Beralih ke sentimen lain, masih dari domestik masih akan diwarnai seputar pembagian dividen. Pada pekan ini, setidaknya ada 21 emiten yang akan mengantri periode cumulative date-nya.

Sebagai catatan, cumulative date merupakan masa terakhir di mana investor masih bisa mendapatkan hak dividen. Meski demikian, perlu diantisipasi adanya risiko dividen trap lantaran harga saham biasanya koreksi dalam sehari setelah cum date, atau ketika ex date.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular