
Valuasi Saham Perbankan Big Caps Setelah Harganya Ambruk, Makin Murah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten perbankan big caps turun tajam pada bulan ini. Harga saham BBCA anjlok 6,63%, BBRI longsor 10,73%, BBNI ambles 13,71%, dan BMRI turun 15,94%.
Penurunan harga saham yang signifikan membuat valuasi terdiskon dan bisa menjadi kesempatan bagi investor untuk akumulasi, mengingat kinerja perbankan big caps yang masih baik di tengah kondisi makro global yang tidak stabil.
Tim Riset CNBC Indonesia telah merangkum empat saham perbankan big caps yang saat ini memiliki valuasi yang terdiskon.
PT Bank Central Asia Tbk - BBCA
BBCA memiliki valuasi price to book value (PBV) senilai 5 kali per 29 Mei 2024. Valuasi BBCA pun terdiskon berdasarkan pendekatan PBV Band.
Valuasi BBCA dikatakan terdiskon karena PBV mulai turun dari standar deviasi +2 menuju standar deviasi +1.
![]() BBCA PBV Band |
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk - BBRI
BBRI memiliki valuasi price to book value (PBV) senilai 2,3 kali per 29 Mei 2024. Valuasi BBRI pun terdiskon berdasarkan pendekatan PBV Band.
Valuasi BBRI dikatakan terdiskon karena PBV mulai turun dari standar deviasi +1 menuju rata-rata lima tahun.
![]() PBV Band BBRI |
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk - BBNI
BBNI memiliki valuasi price to book value (PBV) senilai 1,2 kali per 29 Mei 2024. Valuasi BBNI pun terdiskon berdasarkan pendekatan PBV Band.
Valuasi BBNI dikatakan terdiskon karena PBV mulai turun dari standar deviasi +1 menuju rata-rata lima tahun.
![]() PBV Band BBNI |
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk - BMRI
BBNI memiliki valuasi price to book value (PBV) senilai 2,2 kali per 29 Mei 2024. Valuasi BBNI pun terdiskon berdasarkan pendekatan PBV Band.
Valuasi BBNI dikatakan terdiskon karena PBV mulai turun dari standar deviasi +2 menuju standar deviasi +1.
![]() PBV Band BMRI |
Arwendy Rinaldi Moechtar Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas (Mitra Pemasaran Mandiri Sekuritas) mengatakan penyebab saham big caps turun adalah karena adanya rebalancing portofolio dari investor asing sehingga membuat outflow di saham-saham tersebut.
"Rebalancing bukan berarti jelek. Tampaknya investor asing ada hubungannya dengan perhitungan NPL akibat restrukturisasi Covid yang sudah selesai," ujar Arwendy kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/5/2024).
Tim Riset CNBC Indonesia menggunakan pendekatan PE/PBV Standard Deviation Band dalam menganalisa valuasi saham bluechips.
PE/PBV Standard Deviation Band adalah indikator yang mengukur jumlah variasi historis dari PE atau PBV rata-rata dalam periode tertentu sebuah saham.
Fungsinya adalah untuk mengetahui apakah harga saham sedang dalam keadaan terdiskon (undervalued) atau mahal (overvalued) berdasarkan historis PE/PBV ratio saham selama periode waktu tertentu.
Secara umum, semakin saat PE/PBV bergerak mendekati garis +1 atau +2 standard deviation band, semakin mahal (overvalued) harga sebuah saham.
Sebaliknya, saat PE/PBV bergerak mendekati garis -1 atau -2 standard deviation band akan semakin murah harga sahamnya (undervalued).
Namun, diskon bisa dilihat dari posisi valuasi puncak yang sedang turun sebagai momentum.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(ras/ras)
(ras/ras)