Newsletter

Banyak Kabar Buruk dari AS: Hati-Hati! IHSG & Rupiah Bisa Rontok Lagi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
30 May 2024 06:00
Bendera Uni Eropa dan Amerika Serikat
Foto: REUTERS/Francois Lenoir

Pasar keuangan RI pada perdagangan kemarin kembali merana, di mana salah satunya yakni melonjaknya yield Treasury AS. Efek kenaikan yield Treasury tidak hanya ke pasar keuangan RI saja, bahkan Wall Street dan bursa Asia-Pasifik pun berjatuhan. Tingginya imbal hasil US Treasury bisa membuat bursa saham dan rupiah kembali merana hari ini.

Yield obligasi yang tinggi menjadi beban bagi pasar saham karena memangkas selera risiko (appetite) investor terhadap aset berisiko.

Meski begitu, sentimen pasar pada hari ini semakin menarik, apalagi menjelang akhir pekan, di mana data yang ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar yakni inflasi AS dan Eropa akan dirilis pada besok hari atau tinggal sehari lalu.

Namun sebelum membahas inflasi AS dan Eropa yang akan dirilis pada Jumat besok, tentunya sentimen pasar pada hari ini perlu dicermati oleh pelaku pasar, terutama kenaikan yield Treasury AS.

Berikut sentimen pasar pada hari ini.

1. Yield Treasury AS dan Indeks Dolar Melonjak Lagi

Yield Treasury AS untuk tenor 10 tahun kembali melonjak, karena investor mempertimbangkan keadaan perekonomian dan mencerna lelang obligasi lima tahun yang buruk.  

Imbal hasil US Treasury melesat ke 4,62% pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 30 April atau hampir sebulan terakhir. Imbal hasil yang melonjak ini bisa memicu semakin derasnya capital outflow dari saham dan SBN sehingga membuat rupiah dan bursa tertekan. Investor dikhawatirkan lari ke pasar AS demi mencari cuan yang lebih tinggi dar US Treasury.

Indeks dolar AS juga menguat ke 105,12 pada perdagangan kemarin atau posisi tertinggi sejak 15 Mei 2023. Menguatnya indeks dolar menandai tingginya permintaan terhadap mata uang Greenback sekaligus jatuhnya mata uang lain.
Dengan tingginya indeks dolar maka rupiah terancam masih tertekan hari ini.



Kenaikan yield Treasury ini terjadi karena investor mempertimbangkan keadaan perekonomian Negeri Paman Sam dan mencerna lelang obligasi lima tahun yang buruk.

Yield Treasury kembali naik setelah lelang obligasi 5 tahun oleh Departemen Keuangan AS senilai US$ 70 miliar menunjukkan permintaan yang rendah. Rasio bid-to-cover, yang merupakan ukuran permintaan yang diawasi dengan ketat, berada pada angka 2,3, di bawah rata-rata 10 lelang sebesar 2,45.

Investor juga mempertimbangkan bagaimana keadaan perekonomian dan menunggu data ekonomi baru yang dirilis sepanjang pekan ini yang dapat menjadi masukan bagi pengambilan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Yield Treasury yang melonjak membuat pasar saham global merana. Bahkan hal ini juga dapat mempengaruhi saham-saham teknologi, karena saham tersebut juga sangat rentang terhadap melonjaknya yield Treasury.

 

2. Data Sentimen Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Eropa

Dari Eropa, pada hari ini akan dirilis data indikator sentimen ekonomi untuk periode Mei 2024 dan data tingkat pengangguran periode April 2024.

Diperkirakan, data indikator sentimen ekonomi Eropa pada Mei akan cenderung meningkat menjadi 96,2, dari sebelumnya di angka 95,6 pada April lalu.

Indikator sentimen ekonomi Eropa pada April lalu turun disebabkan oleh penurunan tajam kepercayaan di kalangan produsen, yang mencapai level terendah sejak Juli 2020, yakni menjadi minus 10,5.

Semangat kerja juga memburuk di antara penyedia jasa yakni mencapai angka 6,0, peritel di angka 6,8, dan konstruktor di lebel -6,0. Di sisi lain, sentimen konsumen sedikit membaik menjadi kontraksi 14,7.

Sementara itu, tingkat pengangguran Eropa pada April lalu diprediksi cenderung stabil di 6,5% sejak November 2023. Di 27 negara Uni Eropa, angka tersebut sedikit menurun menjadi 6%, dari sebelumnya sebesar 6,1% pada Februari lalu. Dibandingkan Maret tahun lalu, angkanya tetap tidak berubah.

Negara dengan perekonomian terbesar di Eropa yakni Jerman, tampaknya memiliki tingkat pengangguran yang cukup statis yaitu tetap di angka 3,2% selama tiga bulan pertama tahun ini.

Pasar tenaga kerja Eropa, meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda risiko besar, tidak akan stabil seperti sekarang.

 

3. Data Perkiraan Kedua Pertumbuhan Ekonomi AS Pada Kuartal I-2024

Pada hari ini, AS akan merilis data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2024. Konsensus pasar memperkirakan data perkiraan kedua ini akan tumbuh cenderung melambat yakni mencapai 1,3% secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq).

Sebelumnya pada data perkiraan pertama, perekonomian AS tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan (year-on-year/yoy)pada kuartal I-2024, dibandingkan dengan 3,4% pada kuartal IV-2023 dan di bawah perkiraan sebesar 2,5%. Perkiraan tersebut menunjukkan pertumbuhan terendah sejak kontraksi pada paruh pertama tahun 2022.

Perlambatan terlihat pada belanja konsumen, terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi barang yang turun menjadi kontraksi 0,4%. Sementara belanja jasa meningkat lebih cepat yakni menjadi 4%.

 

4. Data Klaim Pengangguran Mingguan

AS juga akan merilis data klaim pengangguran mingguan untuk periode pekan yang berakhir 25 Mei 2024 pada hari ini, di mana data ini dapat menjadi acuan kekuatan tenaga kerja AS.

Sebelumnya, menurut laporan klaim, klaim berkelanjutan naik 8.000 menjadi 1,794 juta yang disesuaikan secara musiman selama pekan yang berakhir 11 Mei. Klaim yang berkelanjutan berada pada tingkat yang rendah secara historis.

Sebelumnya, klaim awal tunjangan pengangguran AS turun 8.000 menjadi 215.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 18 Mei.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 220.000 klaim pada minggu terakhir. Ada penurunan signifikan dalam pengajuan di California dan Indiana.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular