
Banyak Kabar Buruk dari AS: Hati-Hati! IHSG & Rupiah Bisa Rontok Lagi

Beralih ke Amerika Serikat (AS), Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup berjatuhan pada perdagangan Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia di tengah melonjaknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 411,32 poin atau 1,06% ke 38.441,54. Indeks S&P 500 melemah 39,09 poin atay 0,74% ke 5.266,95 sementara indeks Nasdaq tergelincir 0,58% atau 99,3 poin ke 16.920,58.
Wall Street terkoreksi setelah yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) terpantau melonjak. Yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik menjadi 4,62% yang merupakan posisi tertinggi sejak 30 April 2024.
Kenaikan yield Treasury ini terjadi karena investor mempertimbangkan keadaan perekonomian Negeri Paman Sam dan mencerna lelang obligasi lima tahun yang buruk.
Yield Treasury kembali naik setelah lelang obligasi 5 tahun oleh Departemen Keuangan AS senilai US$ 70 miliar menunjukkan permintaan yang rendah. Rasio bid-to-cover, yang merupakan ukuran permintaan yang diawasi dengan ketat, berada pada angka 2,3, di bawah rata-rata 10 lelang sebesar 2,45.
Investor juga mempertimbangkan bagaimana keadaan perekonomian dan menunggu data ekonomi baru yang dirilis sepanjang pekan ini yang dapat menjadi masukan bagi pengambilan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
"Saham terpukul di sebagian besar pasar utama karena pergerakan harga AS yang buruk mulai Selasa berlanjut hingga Rabu, dan narasinya mulai sedikit terpecah, dengan perbincangan makro yang mengkhawatirkan percepatan kembali inflasi, sementara industri tertentu bergulat dengan implikasi EPS dari disinflasi/deflasi," kata tAdam Crisafulli dari Vital Knowledge, dikutip dari CNBC International.
Investor di AS menanti rilis data inflasi pengeluaran pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS periode April 2024 yang akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini. Data ini dapat mempengaruhi ekspektasi arah kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed.
Pasar memperkirakan inflasi PCE AS kali ini kembali mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada bulan lalu, berdasarkan survei Reuters, menjaga laju tahunan di 2,8%, dengan risiko ke sisi negatifnya.
Namun baru-baru ini, data ekonomi yang lebih kuat dan kekhawatiran baru mengenai potensi penurunan belanja konsumen telah mengurangi prospek suku bunga.
Alhasil, perkiraan pasar akan pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada September cenderung kembali menurun. Melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 43,3% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September.
(chd/chd)