Newsletter

Usai Libur Panjang, IHSG- Rupiah Langsung Ngebut Cuan atau Ambles?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 27/05/2024 06:00 WIB
Foto: Infografis/I/Aristya rahadian
  • Pasar keuangan Tanah Air pada pekan lalu terpantau kurang menggembirakan, IHSG dan rupiah sama-sama terpuruk
  • Wall Street terpantau bervariasi pada pekan lalu, karena investor masih menimbang ketidakpastian kapan era suku bunga akan berakhir.
  • Pekan ini, perdagangan pasar keuangan Indonesia kembali berlangsung selama lima hari, meski sentimen pasar cenderung kurang menarik karena data ekonomi dan agenda cukup penting cenderung minim.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu terpantau mengecewakan, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah terpantau merana, sertai imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) terpantau naik.

Pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu hanya berlangsung selama tiga hari, karena adanya libur panjang dalam rangka memperingati Waisak, sehingga pergerakannya cenderung kurang menggembirakan.

Pada pekan lalu, IHSG ambles 1,3% secara point-to-point (ptp). Amblesnya IHSG disinyalir ambruk pada perdagangan Selasa lalu (21/5/2024) yakni mencapai 1,11%. Dalam tiga hari perdagangan, IHSG hanya sekali menguat yakni pada Rabu lalu sebesar 0,51% ke 7.222,38.

Meski begitu, aksi jual bersih (net sell) investor asing mulai berkurang yakni menjadi Rp 254,01 miliar sepanjang pekan lalu.

Sedangkan untuk rupiah sepanjang pekan lalu juga melemah 0,25% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Rabu lalu, rupiah ditutup cenderung stagnan di level Rp 15.990/US$.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield tenor 10 tahun yang merupakan acuan SBN negara berada sepanjang pekan lalu cenderung naik 1 basis poin (bp) menjadi 6,874%, dari sebelumnya pada posisi pekan sebelumnya di 6,864%.

Yield yang naik menandai harga SBN yang sedang turun, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Yield SBN naik juga menandakan bahwa investor cenderung sedang melepas SBN, terutama investor asing.

Perdagangan yang cenderung pendek hingga hanya berlangsung selama tiga hari membuat investor cenderung enggan untuk berinvestasi.

Kurang menggembirakannya pasar keuangan RI pada pekan ini terjadi meski Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya.

BI memutuskan tetap menahan suku bunga acuan menjadi 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 21-22 Mei 2024. Selain itu, BI juga masih menahan suku bunga deposit facility sebesar 5,5% dan suku bunga lending facility sebesar 7%.

Hal ini sesuai dengan konsensus pasarCNBC Indonesia, di mana dari 14 institusi yang terlibat polling, seluruhnya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di 6,25%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan mempertahankan BI rate sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran.

Selain itu, suku bunga perbankan tetap terjaga dipengaruhi likuiditas perbankan yang memadai sejalan dengan bauran kebijakan BI sejalan dengan kebijakan KLM (Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial) dan dampak kebijakan transparansi SBDK.

Namun, situasi perekonomian Amerika Serikat (AS) dan perang di Timur Tengah dipantau ketat oleh Bank Indonesia (BI). Kedua hal tersebut berpotensi mengguncang pasar keuangan global.

"Ke depan risiko arah penurunan FFR dan dinamika ketegangan geopolitik tetap perlu dicermati karena dapat kembali dorong kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, tekanan mata uang global, tekanan inflasi dan menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Secara umum kondisi global cukup membaik. Terutama ketegangan geopolitik sudah cukup mereda sejak April 2024.

"Berbagai kondisi berdampak positif pada tertahannya penguatan dolar AS secara global dan turunnya US Treasury yield dibanding kondisi April 2024 meski masih berada pada level yang tinggi," terang Perry.


(chd/chd)
Pages