Performa Buruk DMMX Buat Grup Kresna Makin Hancur Lebur

1. DMMX balikkan laba menjadi kerugian pada kuartal I 2024
2. Saham-saham group Kresna kompak catatkan kinerja saham terburuk
3. DMMX menjadi saham teknologi yang catat kinerja terburuk dari kompetitornya
Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu saham group Kresna mencatatkan kinerja terburuk dalam lima tahun terakhir pada kuartal I 2024. PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) mencatatkan kerugian bersih berjalan pada kuartal I 2024 sebesar Rp35,76 miliar, hal ini berbalik dibandingkan pada kuartal I 2023 perusahaan masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp9,96 miliar. Sementara rugi neto berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan kuartal I 2024 sebesar Rp35,43 miliar, berbalik dibandingkan pada kuartal I 2023 mencatatkan laba bersih sebesar Rp10 miliar.
Kerugian tersebut didorong dari turunnya pendapatan perusahaan, investasi jangka pendek hingga kerugian kurs. Bertahannya suku bunga Bank Indonesia (BI) sepanjang kuartal I 2024 belum mampu mendorong kinerja perusahaan yang berada di sektor teknologi. Dimana perusahaan di sektor teknologi biasanya rentan terhadap kebijakan suku bunga.
Turunnya kinerja PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX), menjadikan salah satu saham teknologi dengan kinerja terburuk di sektor teknologi jika dibandingkan dengan para kompetitornya yang mampu mencatatkan perbaikan kinerja.
Selain itu, PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) juga mendapat tato dari Bursa Efek Indonesia. Dimana saham DMMX masuk dalam notas khusus "X" yang berarti perusahaan tercatat dicatatkan di Papan Pemantauan Khusus. Para calon investor dapat menilai lebih jauh bagaimana performa saham DMMX sepanjang 3 bulan pertama tahun 2024 dengan analisa berikut.
Bisnis
PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) adalah anggota DMM Group yang menyediakan solusi perdagangan digital, platform berbasis cloud, dan layanan manajemen. Beberapa kliennya adalah Indomaret, Alfamart, KFC, BCA, dan anggota Sampoerna Retail Community (SRC) di 4.000 lokasi di Indonesia. PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) juga merupakan saham group Kresna.
Perusahaan memiliki tiga layanan, yakni :
- Commercial signage (infrastruktur sebagai layanan, layanan terkelola, dan hub pertukaran).
- Digital Commerce Platform (didukung oleh mitra logistik, SiCepat).
- New Format Innovation (mesin penjual otomatis, kulkas pintar, dan kios pemesanan mandiri yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan).
Kinerja Keuangan
![]() |
Perusahaan mencatakan penurunan kinerja pada kuartal I 2024, pendapatan DMMX turun sebesar 36,84% menjadi Rp336,34 miliar. Namun, perusahaan berhasil melakukan efisiensi pada beban pokok pendapatan sehingga margin pada kuartal I 2024 meningkat menjadi 6,47%, dari sebelumnya pada kuartal I 2023 sebesar 3,68%.
Namun sayangnya, perusahaan harus mengalami kerugian pada investasi jangka pendek yang belum terealisasi sebesar Rp42,33 miliar. Investasi tersebut berasal dari investasi surat berharga pada PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) masing-masing sebesar Rp42.310.731.200 dan Rp22.270.000.
Diketahui, sepanjang tahun 2024 hingga perdagangan 8 Mei 2024, saham PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) telah mengalami penurunan harga saham sebesar 81% dan mendarat di level Rp133 per lembar saham. Sementara, pada kuartal I 2024 TFAS membukukan kerugian sebesar Rp1,93 miliar, dibandingkan laba bersih pada kuartal I 2023 sebesar Rp26,6 juta.
Sementara itu, perusahaan juga memiliki surat berharga pada PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA). Diketahui, sepanjang tahun 2024 hingga perdagangan 8 Mei 2024, harga saham DIVA tercatat anjlok 57,5% dan mendarat pada level Rp102 per lembar saham. Pada laporan keuangan kuartal I 2024, DIVA mencatatkan kerugian sebesar Rp168,25 miliar, dibandingkan pada kuartal I 2023 masih membukukan laba sebesar Rp4,51 miliar.
Selain itu, perusahaan juga membukukan kerugian kurs pada kuartal I 2024. Tercatat kerugian kurs sebesar Rp1,64 miliar. Hal ini menyebabkan perusahaan mencatatkan kerugian bersih berjalan pada kuartal I 2024 sebesar Rp35,76 miliar, hal ini berbalik dibandingkan pada kuartal I 2023 perusahaan masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp9,96 miliar. Sementara rugi neto berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan kuartal I 2024 sebesar Rp35,43 miliar, berbalik dibandingkan pada kuartal I 2023 mencatatkan laba bersih sebesar Rp10 miliar.
Pencatatan kerugian bersih perusahaan pada periode kuartal I 2024 menjadi catatan terburuk bagi perusahaan dalam lima tahun ke belakang yang berhasil membukukan laba bersih.
Turunnya pendapatan hingga kerugian investasi dan kurs menjadi penyebab kerugian perusahaan pada kuartal I 2024. Pada masa Covid-19 tahun 2020 pun perusahaan masih mampu membukukan laba bersih.
Investor dapat melihat rincian pendapatan perusahaan pada kuartal I 2024. Mari tengok segmen apa saja yang turun pada pendapatan perusahaan sehingga mendorong perusahaan membukukan kerugian bersih pada kuartal I 2024.
![]() |
Segmen trade marketing menjadi kontribusi terbesar pada pendapatan perusahaan. Namun sayangnya, segmen tersebut harus mengalami penurunan tajam sehingga menjadi salah satu faktor turunnya pendapatan perusahaan.
Selain itu, turunnya segmen penjualan perangkat keras, platform bursa iklan hingga konten dan hiburan juga mendorong turunnya pendapatan perusahaan. Bahkan segmen grosir digital tidak mendapatkan pemasukan sepersen pun, hal ini juga menjadi tekanan bagi pendapatan perusahaan.
Kinerja Keuangan Kompetitor
Tercatat dari tujuh saham teknologi yang telah merilis hasil kinerja keuangannya per kuartal I 2024, enam saham diatas mencatatkan perbaikan kinerja pada kuartal tersebut, mulai dari menurunkan kerugian, membalikkan kerugian menjadi laba hingga mencatat kenaikan laba bersih. Hanya DMMX yang justru mencatatkan penurunan kinerja, mengingat pada kuartal I 2024 suku bunga Indonesia masih tertahan di level 6%, yang seharusnya menjadi kabar baik bagi sektor teknologi.
Suku Bunga Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) diketahui menaikkan suku bunga acuannya pada periode April 2024 menjadi 6,25%. Sebelumnya BI menahan suku bunganya sejak November 2023 sebesar 6% hingga Maret 2023. Penahanan suku bunga yang berlanjut hingga kuartal I 2024 menjadi dorongan positif bagi sektor teknologi yang terbukti hampir semua saham di sektor teknologi mencatatkan perbaikan dan pertumbuhan kinerja terkecuali saham DMMX.
Dengan naiknya suku bunga pada periode April 2024, tentunya hal ini dapat menjadi sentiment negatif bagi sektor teknologi yang rentan terhadap kenaikan suku bunga yang dapat berefek pada peningkatan beban-beban operasional perusahaan di sektor teknologi termasuk DMMX. Hal ini dapat menyebabkan DMMX berpotensi mengalami penurunan kinerja kembali pada kuartal II 2024 jika BI terus bersikap hawkish hingga Juni 2024.
Hal ini patut diwaspadai oleh investor efek dari kenaikan suku bunga terhadap saham-saham di sektor teknologi. Dan juga ini menjadi tantangan bagi perusahaan di sektor teknologi untuk mampu melakukan efisiensi biaya dan meningkatkan pendapatan dan performa kinerja keuangan di era suku bunga tinggi.
Kinerja Saham-Saham Group Kresna
PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) merupakan saham milik Grup Kresna. Saat ini saham-saham group Kresna tercatat memiliki kinerja yang buruk. Terpuruknya saham-saham group tersebut setelah sang bos Michael Steven resmi menjadi tersangka gagal bayar nasabah di entitas anak PT Kresna Sekuritas.
Sebagaimana disebutkan oleh Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan dalam keterangan tertulis pada Rabu, (13/9/2023).
Michael dan tiga tersangka lainnya terjerat perkara terkait gagal bayar para nasabah yang menempatkan dana pada PT Pusaka Utama Persada dan PT Makmur Sejahtera Lestari. Kedua perusahaan itu digunakan untuk menerima dana para nasabah korban dengan bentuk perjanjian jual beli saham menggunakan PT Kresna Sekuritas.
Dalam perkara ini para Tersangka dikenakan pasal 103 jo 30 UU No 8 TH 1995 tentang Pasar modal dan atau pasal 378 KUHP dan atau Pasal 372 KUHP dan pasal 3,4,5 UU no 8 Th 2010 tentang TPPU.
Kasus tersebut mendorong kinerja saham-saham group Kresna mengalami penurunan tajam dalam setahun terakhir.
Bahkan salah satu saham group Kresna yakni PT Danasupra Erapasific Tbk (DEFI) menuju gerbang delisting lantaran telah disuspen sejak 6 Januari 2022 atau sudah 28 bulan tersuspensi.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
