Newsletter

Kabar Gembira! Inflasi AS Melandai, Saatnya IHSG & Rupiah Berpesta?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
16 May 2024 05:59
Infografis/ Amazing! 70% Investor Angkatan Corona Adalah Milenial/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Amazing! 70% Investor Angkatan Corona Adalah Milenial/Aristya Rahadian
  • Pasar keuangan Indonesia kompak menguat, seiring harapan data perlambatan inflasi AS.

  • Wall Street kompak menguat pasca rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan

  • Data inflasi AS  serta pasar menantikan data klaim pengangguran dan produksi industri AS menjadi sentimen pendorong pasar pada perdagangan hari ini .

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan kompak menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (15/5/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah menguat, sedangkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) turun sebagai indikasi kenaikan harga.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada hari ini. Pergerakan IHSG, rupiah, dan SBN akan dipengaruhi oleh banyaknya data dan agenda penting hari ini.

Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (15/5/2024) ditutup menguat 1,36% ke level 7.179,83. Mengutip RTI, tercatat turnover IHSG berada di angka Rp 12,01 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 17,04 miliar lembar, dimana 296 saham naik, 257 turun dan 224 tidak berubah.

Berdasarkan data Refinitiv, penguatan IHSG didorong dari kenaikan delapan sektor di mana sektor utilities menjadi sektor dengan pendorong IHSG terbesar mencapai 6,89%, kemudian disusul sektor basic materials sebesar 4,62%.

Saham milik Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menjadi pendorong terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, masing-masing mencapai 27,12 dan 22,27 indeks poin.

IHSG berhasil melejit lebih dari 1% meski data inflasi produsen (producer price index/PPI) Amerika Serikat (AS) periode April 2024 masih cukup panas dan pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan akan memberlakukan kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama atau higher for longer.

Beralih ke pasar mata uang dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terapresiasi 0,4% di angka Rp16.025/US$ pada hari ini, Rabu (15/5/2024). Penguatan rupiah ini berbanding terbalik dengan pelemahan kemarin yang terjadi sebesar 0,09%.

Inflasi produsen AS (PPI) telah dirilis dan tercatat sebesar naik 0,5% secara month to month/mtm periode April setelah turun sebesar 0,1% pada Maret, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja pada hari Selasa.

Secara tahunan (year on year/yoy), PPI meningkat 2,2% pada April dari 1,8% pada Maret 2024.

Sementara inflasi produsen AS berdasarkan survei Reuters diperkirakan naik 2,2% yoy. Alhasil, data kemarin sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Lebih lanjut, inflasi konsumen AS hari ini akan dirilis dan diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan periode Maret 2024 yang berada di angka 3,5% yoy menjadi 3,4% yoy.

Jika ekspektasi ini sesuai dengan data aktual atau bahkan lebih rendah dibandingkan yang diekspektasikan, maka pasar akan menyambut positif mengingat potensi penurunan suku bunga bank sentral AS (The Fed) akan semakin besar dan tekanan terhadap rupiah akan semakin minim.

Tidak hanya itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah merilis data neraca perdagangan yang terpantau kembali surplus bahkan di atas konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.

BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus transaksi berjalan sebesar US$3,56 miliar. Ini adalah surplus ke-48 sejak Mei 2020.

Surplus ini dipicu oleh nilai ekspor Indonesia yang masih lebih tinggi dari pada impor. Nilai ekspor pada April 2024 mencapai US$19,62 miliar. Sementara itu, impor tercatat sebesar US$16,06 miliar.

Hal ini memberikan angin segar bagi pasar keuangan domestik termasuk rupiah yang terpantau mengalami apresiasi.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun berbalik arah, turun sebesar 0,52% di level 6,932% pada perdagangan Rabu (15/5/2024). Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membeli Surat Berharga Negara (SBN).

 

Dari bursa Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama mereka melaju kencang pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Indeks Dow Jones melesat 0,88% atau 349,89 poin ke 39.908. Indeks Nasdaq juga terbang 1,4% atau 231.21 poin ke 16.742,39 sementara indeks S&P 500 melesat 1,17% atau 61,47 poin ke 5.308,15.

Bagi S&P ini adalah rekor pertama kali indeks melesat ke level 5.300.

Indeks terbang setelah inflasi AS melandai ke 3,4% (year on year/yoy) pada April 2024 dari 3,5% (yoy) pada Maret 2024. Laju inflasi sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.

Inflasi ada di angka 0,3% pada April 2024, atau melandai dibandingkan Maret yang tercatat 0,4%.

Inflasi inti - di luar harga energi dan pangan- melandai kke 3,6% (yoy) pada April 2024, dari 3,8% (yoy) pada Maret 2024. Secara bulanan, inflasi inti melandai ke 0,3% pada April 2024 dari 0,4% pada Maret 2024.

Data penjualan ritel AS juga masih stagnan di April dibandingkan Maret atau bergerak 0%. Data lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar di angka 0,4%.

Data-data tersebut semakin meningkatkan optimisme pasar jika The Fed akan segera memangkas suku bunga.

Perangkat CME FedWatch Tool kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada September menjadi 75,3%.

"Pelaku pasar benar-benar menginginkan data ekonomi yang lebih rendah dan mereka mendapatkan yang mereka inginkan," tutur Brian Nick, senior investment strategist di Macro Institute, dikutip dari CNBC International

Pelaku pasar perlu memperhatikan sejumlah sentimen yang menggerakkan pasar hari ini baik dari dalam atau luar negeri. Sentimen terbesar akan datang dari data inflasi Amerika Serikat (AS).

Menghijaunya Wall Street diharapkan menjadi sentimen positif positif bagi bursa saham sementara itu anjloknya indeks dolar AS dan imbal hasil US treasury bisa menjadi penopang pergerakan rupiah dan SBN hari ini.

Inflasi Amerika Serikat (AS) Melandai, Pemangkasan Suku Bunga The Fed Mendekat?

Inflasi Amerika Serikat (AS) sebagai petunjuk terkait kenaikan harga di tingkat konsumen telah dirilis pada Rabu (15/5/2024) pukul 19.30 WIB. 

Inflasi harga konsumen AS tercatat 3,4% secara tahunan (year on year/yoy) pada April 2024. Tingkat kenaikan harga konsumen AS setara dengan perkiraan konsensus Trading Economics sebesar 3,4%. Tingkat inflasi ini lebih rendah dibanding periode Maret 2024 sebesar 3,5%. 
Secara bulanan, inflasi AS ada di angka 0,3% pada April 2024, atau melandai dibandingkan Maret yag tercatat 0,4%.

Inflasi inti - di luar harga energi dan pangan- melandai ke 3,6% (yoy) pada April 2024, dari 3,8% (yoy) pada Maret 2024. Secara bulanan, inflasi inti melandai ke 0,3% pada April 2024 dari 0,4% pada Maret 2024.

Inflasi inti AS yang tidak termasuk kenaikan harga komoditas dan makanan minuman tercatat sebesar 3,4% secara tahunan setara dengan perkiraan konsensus. Inflasi inti ini lebih rendah dibanding periode Maret 2024 yang tercatat naik 3,8%. 

Data ekonomi terkini di AS memberikan gambaran yang menguntungkan untuk potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Dengan harga konsumen naik lebih rendah pada bulan April dan penjualan ritel tetap datar, menjadi sinyal The Fed mungkin akan memulai siklus pelonggaran untuk mendukung ekonomi.

Perlambatan inflasi dan stagnasi penjualan ritel menandakan perlambatan dalam permintaan domestik, yang sejalan dengan tujuan Fed untuk mencapai "soft-landing" bagi ekonomi.

Melansir Reuters, Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS, mengatakan bahwa data ekonomi secara kuat mendukung pemotongan suku bunga, karena ekonomi mungkin menuju kestabilan meskipun masih ada kekhawatiran tentang inflasi.

Meskipun beberapa sektor seperti biaya tempat tinggal dan harga bensin mendorong harga konsumen, harga makanan tidak berubah, dengan beberapa item menjadi lebih murah. Namun, ada kenaikan margin dalam harga sereal, produk roti, dan produk susu.

Ekonom memperkirakan tekanan inflasi akan mereda dalam kuartal mendatang, secara bertahap mendekati target 2% dari Fed. Ketua Fed Jerome Powell menyatakan keyakinannya bahwa inflasi akan mundur ke tingkat yang menyerupai tahun sebelumnya.

Pasar keuangan merespons positif terhadap outlook ini, dengan probabilitas pemotongan suku bunga di September semakin meningkat.

Sebelumnya, AS juga telah merilis inflasi produsen dan tercatat naik 0,5% secara month to month/mtm periode April setelah turun sebesar 0,1% pada Maret, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja pada hari Selasa.

Secara tahunan (year on year/yoy), PPI meningkat 2,2% pada April dari 1,8% pada Maret 2024.

Melandainya inflasi AS memberi ruang bagi The Fed untuk mempercepat pemangkasan suku bunga. Kondisi ini akan berdampak positif kepada pasar global, terutama Emerging Markets seperti Indonesia.

Pemangkasan suku bunga di AS tidak hanya akan menekan ongkos pinjaman bagi perusahaan tetapi juga mengalirkan kembali aliran dana asing ke Emerging Markets.

Indeks Dolar Melandai, Rupiah Siap Terbang?

Indeks dolar jatuh begitu data inflasi AS keluar. Pada perdagangan kemarin, Rabu (15/5/2024), indeks dolar ada di angka 104,298 yang merupakanposisi terendahnya sejak 9 April 2024 atau lebih dari sebulan.

Melandainya indeks dolar memberi peluang rupiah untuk menguat mengingat ada indikasi investor tengah menjual dolar dan mencari instrumen lainyang lebih menarik.

Survei Indeks Harga Properti Residensial Indonesia (IHPR)

Bank Indonesia akan merilis data penting terkait indeks harga properti residensial (IHPR) untuk periode kuartal-I 2024. Sebelumnya, Indonesia mencatat peningkatan harga sebesar 1,74% secara tahunan (yoy) pada kuartal-IV 2023. 

Sentimen ini menandai laju pertumbuhan paling lambat sejak kuartal-II 2022 karena kenaikan biaya bahan bangunan yang lebih lambat. Pada kuartal-IV 2023, rumah besar mengalami kenaikan 1,58%, properti menengah 1,87%, sementara yang kecil sedikit meningkat 2,15%. Di antara kota-kota, harga naik paling sedikit di Banjarmasin (0,70%), Denpasar (0,43%), Pekanbaru (0,33%), dan Manado (0,32%).

Sementara itu, penjualan properti residensial tumbuh sebesar 3,27% secara tahunan pada kuartal-IV 2023, rebound dari penurunan 6,59% pada kuartal-III 2023.

Klaim Pengangguran AS

Amerika Serikat akan mengumumkan rilis data yang juga akan mempengaruhi kebijakan The Fed yaitu klaim pengangguran AS per 11 Mei 2024 pada Kamis (16/5/2024) malam pukul 19.30 WIB. 

Data konsensus Trading Economics memperkirakan klaim pengangguran AS periode 11 Mei 2024 akan mencapai 220 ribu. Sebelumnya, klaim pengangguran per 4 Mei sebesar 231 ribu atau mencapai level tertinggi sejak 26 Agustus 2023. 

Data klaim pengangguran per 4 Mei ini berada di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan 210.000. Kenaikan ini memutus tren penurunan klaim pengangguran empat pekan berturut-turut dan menunjukkan tanda kelemahan mendadak dalam pasar tenaga kerja.

Lonjakan ini mendukung argumen bagi Federal Reserve untuk mulai mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter secara bertahap. Rata-rata empat minggu untuk klaim awal, yang menghilangkan volatilitas mingguan, naik sebesar 4.750 menjadi 215.000.

Secara non-musiman, klaim meningkat sebesar 19.690 menjadi 209.324, dengan peningkatan tajam terlihat di New York (10.248), California (4.198), Indiana (2.439), dan Illinois (2.003). Lonjakan klaim pengangguran ini menandakan tekanan baru pada pasar tenaga kerja AS yang sebelumnya menunjukkan tanda-tanda kekuatan dan ketahanan.

Para ekonom kini akan mengamati data pasar tenaga kerja lebih lanjut untuk menentukan apakah lonjakan ini merupakan anomali sementara atau awal dari tren yang lebih mengkhawatirkan. 

Lonjakan klaim pengangguran di AS bisa menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global. Ketidakpastian ini dapat menurunkan kepercayaan investor di pasar saham, termasuk IHSG. Di sisi lain, sentimen ini dapat menjadi pendorong pasar modal dengan adanya kemungkinan The Fed mengubah sikapnya terkait kebijakan suku bunga. 

Pertumbuhan Produksi Industri AS

Data yang tidak kalah penting juga akan dirilis hari ini yaitu tingkat pertumbuhan produksi industri AS periode April 2024. Data ini juga dapat menjadi acuan The Fed dalam menentukan kebijakan pengetatan keuangan, sebab perlambatan industri menandakan ekonomi yang lemah sehingga memerlukan stimulus. 

Sebagai catatan, periode Februari dan Maret 2024, industri AS mampu bertumbuh 0,4% secara bulanan (month to month/mtm). Untuk periode April 2024, konsensus Trading Economics memperkirakan pertumbuhan industri sebesar 0,1% atau lebih rendah dibanding 2 bulan sebelumnya. 

Menurut data yang dirilis oleh Federal Reserve, output manufaktur periode Maret 2024, yang menyumbang sekitar 78% dari total produksi, mengalami peningkatan sebesar 0,5%. Pertumbuhan ini didorong terutama oleh lonjakan signifikan sebesar 3,1% dalam produksi kendaraan bermotor dan suku cadang, mencerminkan ketahanan dalam industri otomotif meskipun masih ada tantangan rantai pasokan yang berkelanjutan.

Utilitas juga turut berkontribusi dalam ekspansi keseluruhan, dengan mencatat peningkatan output sebesar 2%. Baik utilitas listrik maupun gas alam mengalami peningkatan permintaan, diperkirakan disebabkan oleh faktor musiman dan aktivitas ekonomi.

Namun, sektor pertambangan mengalami penurunan output, turun sebesar 1,4% pada bulan Maret, kemungkinan dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas atau tantangan operasional.

Utilisasi kapasitas, indikator utama penggunaan sumber daya dalam ekonomi, berada pada level 78,4% pada bulan Maret, turun 1,2 poin persentase dari rata-rata jangka panjang, menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk ekspansi dalam kapasitas industri.

Meskipun mengalami kenaikan bulanan, produksi industri pada kuartal pertama tahun 2024 turun sebesar 1,8% secara tahunan. Dalam periode ini, output pabrik sedikit turun sebesar 0,1%, sementara output pertambangan mengalami penurunan yang lebih signifikan sebesar 1,4%.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini

  • Rilis data pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal-I 2024 (06.50 WIB)

  • Rilis data Survei Harga Properti Residensial Indonesia Kuartal-I 2024

  • Asian Development Outlook 2024 (09.00 WIB)
  • Rilis data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) periode 4 Mei 2024 (19.30 WIB)

  • Rilis data pertumbuhan produksi industri Amerika Serikat (AS) periode April 2024 (20.15 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini

  • Public Expose Rapat Umum Pemegang Sahan Tahunan Tahun 2024 (Pubex RUPST) PT Midi Utama Indonesia Tbk (11.00 WIB)
  • Paparan Publik PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) (11.45 WIb)
  • Cum date dividen RELF, INDY, KDTN

  • Ex date dividen EXCL, SMGR, TLKM

  • RUPS BEBS, AMRT, GEMS, BOBA, PZZA, IPPE, BSIM, DLTA, KLBF, SRTG, KMDS, PSKT, BIKE, ZATA, DGIK, MIDI, SMMA

  • Public Expose AMRT, DLTA, MIDI

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular