Amit-amit BI Rate Naik, Puluhan Emiten Ini Bisa Kena Hantam: CTRA-GOTO

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
23 April 2024 15:15
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor tengah mencermati Bank Indonesia yang segera mengumumkan kebijakan suku bunga. Sebagian pelaku pasar memperkirakan BI ada ruang menaikkan suku bunga seiring pelemahan dolar. Jika kemudian BI menaikkan suku bunga, puluhan emiten terancam bernasib nelangsa alias terpuruk.

Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI untuk memutuskan mengenai kebijakan suku bunga mulai hari ini, Selasa (23/4/2024) hingga esok hari (24/4/2024).

Sebagian dari pelaku pasar memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali mengetatkan kebijakan pada bulan ini untuk menjaga nilai tukar rupiah. Sebagian pelaku pasar memperkirakan BI akan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pekan ini.

Sebelumnya, pada RDG BI periode Maret 2024, BI mempertahankan suku bunga di level 6% dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Keputusan tersebut dilakukan karena fokus kebijakan moneter BI saat ini pada stabilitas makro atau pro-stability, yaitu untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.

Kendati BI rate sudah berada di level yang cukup tinggi bahkan level saat ini sama dengan Juli 2019 atau hampir lima tahun lalu, namun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak kunjung dapat teratasi.

Oleh karena itu, kenaikan BI rate menjadi salah satu solusi untuk mengatasi pelemahan rupiah yang terjadi cukup signifikan dalam waktu singkat.

Jika BI pada akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga pada esok hari, maka tentunya hal ini akan mendorong penurunan kinerja pada beberapa sektor yang berkaitan erat dengan kenaikan suku bunga.

Berikut beberapa sektor yang akan terdampak buruk terhadap kenaikkan suku bunga acuan:

1. Sektor Teknologi

Sektor teknologi sangat berkaitan erat dengan sentimen suku bunga. Kenaikan suku bunga tentunya akan mempengaruhi cost of fund dari sektor teknologi. Sektor teknologi di Indonesia yang umumnya dari sisi penjualan meningkat tetapi belum memiliki laba (profit). Hal ini disebabkan karena beberapa emiten masih berada pada periode "bakar duit" dan promosi. Semakin mahal pendanaan, maka semakin tipis juga uang yang bisa dibakar, dan efisiensi akhirnya akan dilakukan.

Jika suku bunga naik tentunya akan semakin meningkatkan pendanaan dari Perseroan. Dalam hal ini beban-beban Perseroan akan meningkat karena tingginya suku bunga. Meningkatnya beban-beban tentu akan menggerus laba Perseroan, dan bagi emiten-emiten yang masih membukukan kerugian akan semakin sulit untuk membalikkan kerugian menjadi keuntungan ataupun laba.

Berikut emiten-emiten teknologi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Sektor Properti Real Estate

Sektor properti real estate juga merupakan salah satu sektor saham yang cukup mendapatkan tekanan dari kenaikan suku bunga acuan. Kenaikan BI Rate akan menekan permintaan konsumen non-primer yang lebih sensitif terhadap suku bunga. Hal ini akan mendorong turunnya penjualan properti pada perusahaan-perusahaan properti dan berimbas pada penurunan laba.

Berikut emiten-emiten properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Saham Konstruksi

Tak berbeda jauh dengan properti, kenaikan suku bunga juga dapat meningkatkan beban-beban material pada sektor konstruksi sehingga dapat menggerus laba Perseroan. Terutama pada saham-saham konstruksi BUMN yang memiliki hutang besar. Kenaikkan suku bunga dapat berdampak terhadap kenaikkan hutang karena tingginya beban-beban atas kenaikkan bahan-bahan material akibat dari kenaikkan suku bunga.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation