
RI Dikepung Tsunami Sentimen Negatif, Nasib IHSG & Rupiah Gimana?

IHSG dan nilai tukar rupiah diperkirakan akan mengalami volatilitas pada perdagangan Selasa (16/4/2024). Pergerakan pasar keuangan RI cukup mengkhawatirkan mengingat libur lebaran 2024 yang panjang dan berbagai sentimen negatif khususnya dari eksternal.
Pada perdagangan hari ini, IHSG berpotensi melemah dengan resisten di 7.320 dan support di 7.200. Sementara nilai tukar rupiah memiliki peluang untuk mencapai Rp16.000 per dolar AS.
Iran Serang Israel, Tensi Timur Tengah Mendidih
Iran melakukan serangan udara ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024) dengan meluncurkan drone peledak dan menembakkan 300 rudal untuk membela diri atas upaya Negara Yahudi itu yang ingin memperluas eskalasi perang di Timur Tengah.
Kementerian Luar Negeri Iran mengungkapkan bahwa tindakan tersebut merupakan respons pembalasan atas agresi militer dari Israel ke kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024 lalu yang menewaskan tujuh Garda Revolusi Iran, termasuk dua jenderal.
Tensi geopolitik di timur tengah yang makin panas membuat para pelaku khawatir akan ada perang lebih besar yang dapat membuat ekonomi dunia makin terpuruk. Ini menimbulkan ketidakpastian di pasar.
Dampak jangka pendek yang terlihat adalah ancaman inflasi yang kembali melonjak akibat harga minyak dunia yang saat ini diperdagangkan di US$90 per barel.
Fluktuasi harga minyak dapat menimbulkan efek riak di seluruh dunia karena negara-negara sangat bergantung pada komoditas yang digunakan untuk memproduksi bahan bakar seperti bensin dan solar.
Harga minyak dunia memang sensitif terhadap perang di timur tengah karena wilayah tersebut merupakan ladang minyak mentah. Jika perang terus berlanjut ada kekhawatiran pasokan minyak dunia akan seret.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan potensi dampak rambatan dari meningkatnya tensi konflik di Timur Tengah itu akan terlihat di sektor pasar keuangan, terutama saat pembukaan perdagangan.
"Rambatan dampak (eskalasi konflik) kepada pasar finansial Indonesia baru akan terlihat saat pembukaan pasar besok pagi," kata Airlangga dikutip dari keterangan tertulis, Senin (15/4/2024).
Airlangga juga menyampaikan, konflik tersebut akan menimbulkan gangguan pada rantai pasokan melalui Terusan Suez yang akan berdampak langsung terhadap kenaikan biaya kargo. Produk yang terganggu antara lain gandum, minyak, dan komponen alat-alat produksi dari Eropa.
Sementara dalam keterangan siaran pers Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI disampaikan bahwa guna meredam dampak kenaikan harga minyak global akibat konflik geopolitik Iran dan Israel, Pemerintah juga mencermati kondisi APBN agar dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai shock absorber.
"Koordinasi lebih lanjut akan dilakukan bersama otoritas moneter dan fiskal untuk menghasilkan bauran kebijakan dalam menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi."
Pasar Pesimis The Fed Turunkan Suku Bunga pada Juni 2024
Harga minyak dunia yang saat ini diperdagangkan di level US$90 per barel dikhawatirkan bisa kembali melonjak jika perang di timur tengah tidak mereda. Dampaknya adalah inflasi yang makin tinggi, terutama di Amerika Serikat yang akan berpengaruh terhadap kebijakan suku bunga bank sentralnya.
Jika kemudian inflasi menguat, ada kemungkinan bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga yang tinggi lebih lama dan akan mengacaukan pasar keuangan.
Inflasi Amerika Serikat (AS) periode Maret 2024 mencapai 3,5% secara tahunan (yoy), lebih panas dari prediksi pasar yang proyeksi bisa melandai ke 3,4% yoy.
Begitu pula dengan inflasi inti yang lebih panas dari konsensus yang memperkirakan angka 3,7% yoy. Namun kenyataannya mencapai 3,8% yoy pada Maret 2024, sama seperti bulan sebelumnya.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch memperkirakan suku bunga acuan The Fed tetap dipertahankan di 5,25% - 5,5% hingga September 2024, mundur dari keyakinan sebelumnya pada Juni.
Hal ini menunjukkan pasar mulai pesimis bahwa kecenderungan suku bunga tinggi akan patah pada tahun ini.
![]() Peluang Suku Bunga The Fed |
Indeks Dolar AS Melonjak, Awas Rupiah Tumbang
Ekonom Bank Maybank Myrdal Gunarto mengatakan di pasar valuta asing (valas) domestik sendiri rupiah memang belum menyentuh angka Rp16.000/US$. Namun rupiah sudah menembus level Rp16.000/US$ diperkirakan karena mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non-deliverable forward (NDF) Singapura.
"Rupiah terlihat melemah karena posisi dolar AS yang tengah menguat secara global maupun regional Asia. Hal itu tercermin dari posisi variabel indeks dollar AS (DXY) yang posisinya terus menanjak," ujar Myrdal.
DXY melonjak tinggi pada empat perdagangan terakhir dan mencapai posisi 106,205 pada Senin (15/4/024). Posisi ini sekaligus tertinggi sejak November 2023.
Myrdal menegaskan bahwa penguatan DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global, baik di pasar saham maupun obligasi, yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar Amerika Serikat, terutama pasar obligasi Amerika Serikat yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga bank sentral AS (the Fed) semakin uncertain.
Secara fundamental, memang permintaan dolar AS di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat untuk impor BBM maupun bahan pangan yang secara permintaannya meningkat untuk menghadapi faktor musiman Lebaran, maupun juga realitas bahwa harga komoditas global untuk energi maupun pangan saat ini tengah menanjak.
Kendati banyaknya faktor yang melemahkan rupiah, Myrdal meyakini pada esok hari, rupiah akan bergerak menyesuaikan dengan tren penguatan dolar AS secara global, di mana investor global akan melakukan aksi outflow dengan profit taking di pasar obligasi domestik.
Dengan kondisi saat ini, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan melakukan aksi intervensi agar sebisa mungkin menahan volatilitas drastis dari pergerakan rupiah.
Myrdal menambahkan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS kelihatannya akan ditahan untuk tidak melemah ke level psikologis di atas Rp16.000/US$ pada Selasa nanti.
BI akan kembali mengandalkan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi di pasar Spot Rupiah, DNDF, maupun pasar sekunder obligasi domestik.
Selain itu, patut juga diperhatikan berbagai sentimen penting pekan ini di halaman berikutnya.
Â
(ras/ras)