Aliran THR dan Dividen Bank Bisa Jadi Obat Kuat IHSG-Rupiah Hari Ini?
- Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan kemarin, rupiah bahkan menembus level Rp 15.600/US$1
- Wall Street kompak menguat menjelang rapat The Fed
- Keputusan bank sentral Jepang dan China hingga Amerika Serikat akan menjadi sentimen pasar pada hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan kompak ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (18/3/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah ditutup melemah sementara imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) menguat.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada hari ini menjelang keputusan penting sejumlah bank sentral di dunia, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,35% di level 7.302,45 pada Senin (18/3/2024). IHSG mencatatkan turnover senilai Rp9,68 triliun, turun dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp 17,85 triliun. Sementara transaksi didorong dari volume saham sebanyak 17,85 miliar lembar. Tercatat 266 saham naik, 256 turun dan 252 tidak berubah.
Pelemahan IHSG didorong dari penurunan lima sektor yakni cyclical 0,45%, energi 0,30%, keuangan 0,21%, transportasi 0,44%, dan infrastruktur 0,24%.
Jatuhnya sektor cyclical justru didorong dari saham-saham ritel yang seharusnya terdorong positif dari adanya peningkatan aktivitas belanja masyarakat di bulan Ramadhan. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) terkoreksi 0,88%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) anjlok 1,20%, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) turun 1,30%.
Kemudian penurunan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 3,04%, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) 1,12% dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 2,15% jadi penyumbang turunnya sektor keuangan.
Diketahui PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) akan melaksanakan cum date dividen pada Selasa (19/3/2024), dengan besaran dividen sebesar Rp353,96 per lembar saham atau yield sebesar 4,93% dari harga penutupan perdagangan Senin (18/3/2024) Rp7.175 per lembar saham.
Sementara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) cum date pada Senin (18/3/2024) dan akan melaksanakan ex date pada Selasa (19/3/2024). Besaran dividen BBTN yakni Rp49,89 per lembar saham atau yield 3,65% dari harga penutupan perdagangan Senin (18/3/2024) Rp1.365 per lembar saham.
Adapun, saham-saham milik konglomerat RI Prajogo Pangestu masih melanjutkan penurunan sejak pekan lalu, hal ini juga mendorong penurunan beberapa sektor energi dan infrastruktur. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) terjun 10,10% dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) anjlok 6,76%.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (18/3/2024) kembali ke level psikologis Rp15.600/US$1, rupiah ditutup melemah 0,61% di angka Rp15.685/US$1. Penurunan ini menjadi penurunan terbesar sejak Februari 2024.
Pelaku pasar saat ini masih bersikap wait and see perihal pengumuman suku bunga yang akan dirilis oleh The Fed maupun BI pekan ini.
The Fed akan merilis keputusan suku bunganya melalui rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Selasa-Rabu (20/3/2024). The Fed akan mengumumkan kebijakan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Konsensus saat ini menilai bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunganya di level 5,25-5,5% karena data ekonomi AS yang tercatat masih cukup panas.
Selain itu, pelaku pasar juga menunggu data suku bunga yang akan dirilis BI pada Rabu pekan ini.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga/institusi memperkirakan secara absolute bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00%.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali kelima BI menahan di level tersebut setelah terakhir kali menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75% ke level 6%.
Hal ini dinilai masih cukup memadai mengingat tekanan terhadap mata uang Garuda masih cukup kental dan inflasi mengalami kenaikan.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat 0,27% di level 6.693 pada perdagangan Senin (18/3/2024). Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang melepas surat berharga negara (SBN) sehingga harganya jatuh.
(saw/saw)