Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada hari ini menjelang keputusan penting sejumlah bank sentral di dunia, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,35% di level 7.302,45 pada Senin (18/3/2024). IHSG mencatatkan turnover senilai Rp9,68 triliun, turun dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp 17,85 triliun. Sementara transaksi didorong dari volume saham sebanyak 17,85 miliar lembar. Tercatat 266 saham naik, 256 turun dan 252 tidak berubah.
Pelemahan IHSG didorong dari penurunan lima sektor yakni cyclical 0,45%, energi 0,30%, keuangan 0,21%, transportasi 0,44%, dan infrastruktur 0,24%.
Jatuhnya sektor cyclical justru didorong dari saham-saham ritel yang seharusnya terdorong positif dari adanya peningkatan aktivitas belanja masyarakat di bulan Ramadhan. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) terkoreksi 0,88%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) anjlok 1,20%, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) turun 1,30%.
Kemudian penurunan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 3,04%, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) 1,12% dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 2,15% jadi penyumbang turunnya sektor keuangan.
Diketahui PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) akan melaksanakan cum date dividen pada Selasa (19/3/2024), dengan besaran dividen sebesar Rp353,96 per lembar saham atau yield sebesar 4,93% dari harga penutupan perdagangan Senin (18/3/2024) Rp7.175 per lembar saham.
Sementara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) cum date pada Senin (18/3/2024) dan akan melaksanakan ex date pada Selasa (19/3/2024). Besaran dividen BBTN yakni Rp49,89 per lembar saham atau yield 3,65% dari harga penutupan perdagangan Senin (18/3/2024) Rp1.365 per lembar saham.
Adapun, saham-saham milik konglomerat RI Prajogo Pangestu masih melanjutkan penurunan sejak pekan lalu, hal ini juga mendorong penurunan beberapa sektor energi dan infrastruktur. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) terjun 10,10% dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) anjlok 6,76%.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (18/3/2024) kembali ke level psikologis Rp15.600/US$1, rupiah ditutup melemah 0,61% di angka Rp15.685/US$1. Penurunan ini menjadi penurunan terbesar sejak Februari 2024.
The Fed akan merilis keputusan suku bunganya melalui rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Selasa-Rabu (20/3/2024). The Fed akan mengumumkan kebijakan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Konsensus saat ini menilai bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunganya di level 5,25-5,5% karena data ekonomi AS yang tercatat masih cukup panas.
Selain itu, pelaku pasar juga menunggu data suku bunga yang akan dirilis BI pada Rabu pekan ini.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali kelima BI menahan di level tersebut setelah terakhir kali menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75% ke level 6%.
Hal ini dinilai masih cukup memadai mengingat tekanan terhadap mata uang Garuda masih cukup kental dan inflasi mengalami kenaikan.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat 0,27% di level 6.693 pada perdagangan Senin (18/3/2024). Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang melepas surat berharga negara (SBN) sehingga harganya jatuh.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street kompak ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin atau Selasa dini hari waktu Indonesia. Bursa menguat menjelang pertemuan The Fed dan didukung dari kenaikan saham-saham teknologi.
Pada perdagangan Senin (18/3/2024) Dow Jones ditutup menguat 0,20% di level 38.790,43, begitu juga dengan S&P 500 ditutup lebih tinggi atau naik 0,63% di level 5.149,42, dan Nasdaq terapresiasi 0,82% di level 16.103,45.
Indeks utama Wall Street ditutup lebih tinggi pada perdagangan Senin, didorong kenaikan saham-saham megacap seperti Alphabet, Tesla dan Apple di tengah investor sedang menunggu dengan cemas pertemuan The Fed AS pada pekan ini.
Alphabet (GOOGL.O) melesat 4,60%, Tesla (TSLA.O) naik 6,25%, dan Apple (AAPL.O) terapresiasi 0,64%. Dikabarkan Apple tengah dalam perbincangan untuk membangun mesin AI Gemini Google ke dalam iPhone.
Hal ini mendukung sektor jasa komunikasi, yang berakhir hampir 3%, memimpin kenaikan di antara 11 sektor utama S&P 500 setelah mencapai level tertinggi sejak September 2021.
Saham teknologi lainnya, Nvidia (NVDA.O) juga naik 0,70%. Diketahui Nvidia memulai konferensi pengembang tahunannya ketika investor menunggu pengumuman chip baru dari Kepala Eksekutif Jensen Huang.
Investor terpecah antara antusiasme terhadap prospek AI di sektor teknologi dan kekhawatiran menjelang pembaruan kebijakan The Fed pada hari Rabu, menurut Lindsey Bell, kepala strategi di 248 Ventures di Charlotte, North Carolina.
Jika The Fed mengambil nada hawkish ketika pertemuan kebijakannya pada hari Rabu, hal ini dapat menekan saham-saham teknologi.
Angka inflasi yang lebih kuat dari perkiraan telah mendorong para pelaku pasar untuk memikirkan kembali kapan dan berapa banyak pengambil kebijakan akan menurunkan suku bunga tahun ini.
Menurut Alat CME FedWatch, para pelaku pasar kini mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga pada Juni menjadi sekitar 51% dari sekitar 71% pada minggu lalu.
Sementara, Goldman Sachs pada hari Senin mengatakan mereka sekarang memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga pada tahun 2024, dibandingkan dengan empat kali penurunan suku bunga yang diperkirakan sebelumnya, setelah inflasi sedikit lebih tinggi dari perkiraan.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Sentimen dari luar negeri akan datang dari banyaknya bank sentral yang akan memutuskan suku bunga pada pekan ini. Setidaknya ada 10 bank sentral yang akan memutuskan suku bunga pekan ini termasuk AS, China, Jepang, Inggris, Australia, hingga Indonesia.
Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari kebijakan Tunjangan Hari Raya (THR) serta cuti lebaran.
THR dan Cuti Bersama
Pada Senin (18/3/2024), Menteri Ketenagakerjaan (Manaker) Ida Fauziyah memastikan pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran 2023 harus dilakukan paling lambat pada H-7 Lebaran atau pada tanggal 3 April 2024. Pihak perusahaan diminta untuk memberikan hak pekerja/buruh sesuai peraturan yang berlaku. Perusahaan diwajibkan untuk memberikan THR sesuai peraturan perundang-undangan.
Pemberian THR Keagamaan bagi pekerja/buruh merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan pekerja/buruh dan keluarganya dalam merayakan Hari Raya Keagamaan. Hal itu, berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan dan Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan bagi pekerja/buruh di perusahaan.
Adapun jenis-jenis status pekerja yang berhak menerima THR, yakni Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), buruh harian, pekerja rumah tangga, tenaga honorer hingga pekerja outsourching.
Pembagian THR tersebut tentunya dapat mendongkrak beberapa sektor yang ada di pasar saham Indonesia. THR umumnya digunakan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan saat jelang lebaran seperti membeli makanan perayaan lebaran, pakaian baru, peralatan rumah tangga baru, hingga ongkos pulang kampung.
Tentunya sektor konsumer, ritel hingga transportasi akan terdorong dengan adanya perputaran uang THR masyarakat terhadap tingkat belanja masyarakat yang tentunya juga akan mendorong perekonomian Indonesia.
Selain THR, terdapat pula cuti panjang Lebaran. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari ketiga kementerian telah diterbitkan pada akhir tahun 2023 lalu, libur lebaran atau Hari Raya Idul Fitri ditetapkan pada tanggal 10 dan 11 April 2024. Akan tetapi, jika ditambah dengan hari libur dan cuti bersama, maka ada 10 hari libur.
Sementara itu, hasil survei Kementerian Perhubungan memperkirakan pergerakan masyarakat secara nasional selama libur Lebaran berpotensi mencapai 193,6 juta orang atau sekitar 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia. Angka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang
Dengan adanya THR, panjangnya cuti bersama, serta tingginya pergerakan masyarakat selama Lebaran maka ekonomi pun diperkirakan akan bergerak dengan lebih cepat.
Kondisi tersebut akan menguntungkan banyak emiten di ritel, consumer goods, hingga jasa transportasi. Di antaranya adalah PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Mayora Indah (MYOR), Indofood Group, PT Garuda Indonesia (GIAA), PT Jasa Marga (JSMR), hingga PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).
Dividen Bank
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) akan melaksanakan cum date dividen pada Selasa (19/3/2024), dengan besaran dividen sebesar Rp353,96 per lembar saham atau yield sebesar 4,93% dari harga penutupan perdagangan Senin (18/3/2024) Rp7.175 per lembar saham.
Sementara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) cum date pada Senin (18/3/2024) dan akan melaksanakan ex date pada Selasa (19/3/2024). Besaran dividen BBTN yakni Rp49,89 per lembar saham atau yield 3,65% dari harga penutupan perdagangan Senin (18/3/2024) Rp1.365 per lembar saham.
Sebelumnya, dua bank besar sudah mengumumkan pembagian dividen.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Central Asia (BBCA) menyetujui pembagian dividen Rp 270 per saham atau atau setara 68,35% dari total laba bersih BCA tahun 2023 yang mencapai Rp 48,64 triliun. Adapun total laba yang dialokasikan untuk dividen mencapai Rp 33,28 triliun.
Angka Rp 270 per saham tersebut, telah termasuk Rp 42,5 per saham yang telah dibayarkan kepada investor dalam bentuk dividen interim 20 Desember 2023 lalu, dengan Rp 227,5 per saham akan dibayarkan dalam bentuk dividen final oleh perusahaan. Artinya pemegang 1 lot saham BBCA hingga akhir cum date berhak untuk memperoleh dividen senilai Rp 22.750.
Rasio dividen yang dibagikan BCA tercatat naik dari semula 62,12% untuk tahun buku 2022 dan kini menjadi 68,35%.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) membagikan dividen tunai kepada Pemegang Saham sebesar Rp 48,10 triliun atau dividen per saham sebesar Rp319, setara dengan dividend payout ratio kurang lebih 80,04% dari laba atribusi. Cum date dividen atau hari terakhir investor membeli saham BBRI untuk mendapatkan hak pembagian dividen jatuh pada Rabu, 13 Maret 2024.
Adapun dividen yang dibagikan BRI tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,59% dibandingkan nominal yang dibayarkan tahun 2023 sebesar Rp43,49 triliun. Dividen senilai Rp48,10 triliun atau sebesar Rp319 per saham tersebut sudah termasuk jumlah Dividen Interim yang telah dibagikan kepada Pemegang Saham pada 18 Januari 2024 lalu sejumlah Rp12,67 triliun atau sebesar Rp84 per saham.
Pembagian dividen menjelang Lebaran ini bisa menjadi pemanis bagi investor, terutama yang ingin memanfaatkannya untuk berbelanja menjelang Lebaran.
Rapat The Fed
The Fed akan menggelar rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Selasa-Rabu (20/3/2024) dan mengumumkan kebijakan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Bank sentral AS diperkirakan akan mengumumkan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga tidak berubah di level 5,25%-5,50%. Bahkan jika The Fed tidak memberi sinyal pengurangan suku bunga pada hari Rabu, pesan yang diharapkan dari pernyataan bank tersebut dan konferensi pers Ketua Jerome Powell adalah bahwa para pejabat akan berhati-hati dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneter.
Suku Bunga di Jepang
Bank of Japan (BoJ) akan mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini, Selasa (19//3/2024). BoJ diperkirakan akan mengakhiri suku bunga negatifnya yakni -0,1 yang sudah berlaku sejak 2006 atau delapan tahun lebih. Jika benar BoJ mengerek suku bunga maka ini akan menjadi titik balik bagi kebijakan pelonggaran moneter jangka panjang BoJ.
Bank sentral melihat peluang untuk menormalisasi kebijakan moneternya saat ini karena inflasi tampaknya akan tetap berada pada angka 2% atau lebih tinggi, syarat BoJ untuk mengubah kebijakannya, karena perusahaan-perusahaan besar dan serikat pekerja mereka menyetujui kenaikan upah yang besar pada tahun ini.
BoJ mulai berkoordinasi baik di dalam maupun di luar bank pada hJumat untuk mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya. Rencana utamanya adalah menaikkan suku bunga kebijakan, yang saat ini berada pada negatif 0,1%, lebih dari 0,1 poin untuk memandu jangka pendek. Sementara bunga berjangka pada kisaran 0%-0,1%.
Berdasarkan kebijakan suku bunga negatif, BoJ mengenakan suku bunga minus 0,1% pada simpanan tertentu oleh lembaga keuangan. BoJ saat ini merupakan satu-satunya bank sentral di dunia yang menerapkan suku bunga negatif, yang dipandang sebagai simbol pelonggaran moneter besar-besaran.
Keputusan suku bunga Jepang sangat penting bagi pelaku pasar Asia, termasuk Indonesia. Pasalnya, hal itu akan berdampak kepada likuiditas di Asia. Bagi Indonesia, Jepang adalah pasar ekspor terbesar ketiga dan salah satu investor terbesar baik di foreign direct investment (FDI) ataupun pasar keuangan seperti bond.
Pemerintah bahkan menerbitkan obligasi khusus berdenominasi yen yakni Samurai Bond.
Suku Bunga China
Selain Jepang dan AS, dari negeri tirai bambu China juga akan mengumumkan keputusan suku bunganya pada Rabu (20/3/2024).
Sebelumnya pada periode Februari 2024, Bank Sentral China (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman (LPR) satu tahun tidak berubah pada angka 3,45% seperti yang diharapkan, namun secara mengejutkan memangkas suku bunga LPR lima tahun sebesar 25bp menjadi 3,95%, yang merupakan penurunan pertama kali suku bunga lima tahun sejak Mei 2023.
Pemotongan LPR selama lima tahun menargetkan untuk pemulihan pasar properti di negeri tirai bambu tersebut. Selain itu, dapat meningkatkan keterjangkauan pembeli dengan menurunkan suku bunga KPR.
Jepang
Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan mengakhiri suku bunga negatifnya ketika dewan kebijakan bertemu pada hari Senin dan Selasa, menurut Nikkei, menandai kenaikan suku bunga pertama sejak Februari 2007 yang merupakan titik balik bagi kebijakan pelonggaran moneter jangka panjang BoJ.
Bank sentral melihat peluang untuk menormalisasi kebijakan moneternya saat ini karena inflasi tampaknya akan tetap berada pada angka 2% atau lebih tinggi, syarat BoJ untuk mengubah kebijakannya, karena perusahaan-perusahaan besar dan serikat pekerja mereka menyetujui kenaikan upah yang besar pada tahun ini.
BoJ mulai berkoordinasi baik di dalam maupun di luar bank pada hari Jumat untuk mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya. Rencana utamanya adalah menaikkan suku bunga kebijakan, yang saat ini berada pada negatif 0,1%, lebih dari 0,1 poin untuk memandu jangka pendek. Sementara bunga berjangka pada kisaran 0%-0,1%.
Berdasarkan kebijakan suku bunga negatif, BoJ mengenakan suku bunga minus 0,1% pada simpanan tertentu oleh lembaga keuangan. BoJ saat ini merupakan satu-satunya bank sentral di dunia yang menerapkan suku bunga negatif, yang dipandang sebagai simbol pelonggaran moneter besar-besaran.
Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:
* Keputusan Suku Bunga Bank of Japan (BoJ) - 10.00 WIB
* Konferensi pers terkait Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara (10.00 WIB)
* Komisi V DPR RI menggelar rapat kerja dengan Menteri PUPR (10.00 WIB)
* Komisi VII DPR RI menggelar RDP dengan Plt. Dirjen Minerba Kementerian ESDM dan Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian (11.00 WIB)
* Komisi VII DPR RI menggelar rapat kerja dengan Menteri ESDM (14.00 WIB)
* Konferensi pers Asosiasi Ritel dan Ekosistem mengenai Berantas Impor Illegal Termasuk Jastip, Dukung Impor Legal (16.00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) - Cum Date Cash Dividend Rp353,96/lembar saham
• PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) - Cum Date Cash Dividen Rp7,5/lembar saham
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]