Newsletter

IHSG Pecah Rekor Tembus 7400, Hari Ini Lanjut?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
14 March 2024 06:00
Ilustrasi bearish market vs bullish market
Foto: Pixabay/gerd Altmann

IHSG berhasil cetak rekor tertinggi sepanjang sejarah kemarin. Di mana, bursa saham RI itu menembus level psikologis baru ke atas 7400.

Posisi closing kemarin di 7421,20 kini menjadi resistance yang merangkap jadi persimpangan antara bakal terjadi koreksi atau malah lanjut menguat. Secara teknikal, jika terjadi koreksi normal posisi yang potensi diuji selanjutnya akan ke support terdekat di angka 7373,27.

Beralih ke rilis data dari eksternal, akan ada banyak dari negeri Paman Sam. Seperti klaim pengangguran, inflasi produsen, hingga penjualan ritel.

Sementara itu, dari domestik akan ada rilis penjualan ritel dan respon terkait hasil lelang Surat Utang Negara (SUN). Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga bakal disorot.

Berikut penjelasannya :

Data Genting AS: Klaim Pengangguran-Inflasi Produsen-Penjualan Ritel

Pertama, akan ada rilis data klaim pengangguran mingguan yang akan semakin melengkapi kondisi pasar tenaga kerja di AS secara keseluruhan. Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS diproyeksi naik jadi 218 ribu untuk pekan yang berakhir pada 9 Maret 2024, dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 217 ribu.

Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik. Karena dipandang menjadi 'pelicin' The Fed untuk menurunkan suku bunga segera.

Pada pekan lalu, Jerome Powell dalam pidatonya kepada anggota parlemen AS memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.

"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini," kata Powell dalam pidatonya yang disiapkan untuk disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR.

"Tetapi prospek ekonomi masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin," tegasnya.

Berikutnya, pada nanti malam juga akan rilis data mengenai inflasi produsen di AS yang diproyeksi meningkat. Ini mengikuti rilis inflasi konsumen atau CPI pada kemarin lusa

Melansir data Trading Economic, price producer index (PPI) diproyeksikan tumbuh lebih tinggi pada Februari 2024 sebesar 1,1% secara tahunan (yoy) dibandingkan pada Januari sebesar 0,9% yoy. Kendati begitu, untuk indeks harga produsen inti atau core PPI pada Februari 2024 diperkirakan tetap bisa melandai dengan pertumbuhan 1,9% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 2% yoy.

Kemudian ada rilis data juga terkait penjualan ritel di AS untuk periode yang sama. Konsensus Trading Economic memproyeksikan penjualan ritel di negeri Paman Sam ini bisa merangkak naik 1% yoy.

Sebagai informasi, pada bulan sebelumnya penjualan ritel AS jatuh ke 0,6% yoy. Ini menjadikannya sebagai pertumbuhan terendah sejak Mei 2020 lalu.

Indeks Keyakinan Konsumen Turun, Tapi Masih di Level Ekspansif

Beralih ke domestik, pada kemarin ada laporan Survei Konsumen dari Bank Indonesia (BI) untuk periode Februari 2024. Dalam laporan tersebut, hasil Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat.

Ini tercermin nilainya yang bertahan di zona optimis (>100) sebesar 123,1.

Namun, jika dibandingkan Januari nilai IKK tersebut ada penyusutan dari angka 125. Hal tersebut lantaran ada kenaikan inflasi pada Februari, terutama pada harga bahan baku akibat persiapan bulan Ramadan.

Hasil Lelang SUN Capai Target Lagi

Pemerintah kemarin diketahui juga melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN). Pada lelang kali ini serapan pemerintah kembali mencapai target indikatif sebesar Rp24 triliun.

Target yang tercapai ini menjadi yang kelima kalinya sejak awal tahun. Serapan asing juga terpantau tinggi mencapai lebih dari Rp6 triliun yang juga tertinggi secara year-to-date (ytd).

Hal tersebut menunjukkan sikap pemerintah yang sepertinya sedang membutuhkan uang. Ini lantaran untuk pemenuhan APBN 2024 seiring dengan bantuan sosial (bansos) yang digulirkan hingga Juni.

Pembagian Dividen Bank Raksasa Berlanjut

Selanjutnya, pembagian dividen di beberapa bank raksasa di RI yang sudah ditunggu-tunggu oleh pasar pun masih berlanjut. Setelah kemarin ada cumulative date dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang kemudian hari ini berlanjut ex date-nya.

Khusus hari ini,PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pun akan memulai periode pembagian dividen atau cum date. BBNI akan membagikan dividennya sebesar 50% dari laba bersih tahun buku 2023.

Dengan demikian bank akan memberikan pembagian keuntungan kepada investor senilai Rp 10,45 triliun atau Rp 280,49 per lembar saham. Rasio dividen pada tahun ini naik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 40%.

Selain itu, bank raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Kamis ini. Adapun agenda RUPST BBCA kali ini salah satunya yakni terkait kebijakan pembagian dividen untuk tahun buku 2023.

Halaman 4 >>

(tsn/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular