Amerika Beri Kabar Baik, Semoga IHSG-Rupiah Bisa Happy Weekend
- Pasar keuangan Indonesia kompak mengakhiri perdagangan di zona merah, IHSG dan rupiah melemah
- Wall Street kompak menguat, Nasdaq bahkan mampu mencetak rekor tertinggi
- Data inflasi Indonesia Februari dan PCE Amerika akan menjadi penggerak sentimen hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kembali berjatuhan pada perdagangan Kamis (29/2/2024) kemarin, karena investor masih cenderung wait and see menanti rilis data inflasi Indonesia serta data inflasi pengeluaran konsumen Amerika Serikat (AS).
Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat setelah data inflasi pengeluaran konsumen AS sesuai ekspektasi pasar. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,17% ke posisi 7.316,11. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.300.
Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 16 triliun, dengan melibatkan 29 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 239 saham naik, 292 saham terkoreksi dan 232 saham sideways.
Investor asing mencatatkan kembali penjualan bersih (net sell) mencapai Rp 640,29 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 638,77 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 1,53 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni sebesar 1,9%.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, cenderung bervariasi kemarin. Di deretan bursa saham yang terkoreksi, indeks SET Thailand menjadi yang paling parah koreksinya yakni mencapai 0,82%.
Sementara dari bursa yang menguat, Shanghai Composite China menjadi yang paling kencang penguatannya kemarin yakni mencapai 1,94%.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Kamis kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.710/US$ di pasar spot, melemah 0,19% di hadapan dolar AS.
Di Asia-Pasifik, secara mayoritas menguat, kecuali won Korea Selatan dan termasuk rupiah. Sedangkan mata uang ringgit Malaysia menjadi yang paling kencang penguatannya kemarin yakni sebesar 0,52%.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Kamis kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik.
Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 0,9 basis poin (bp) menjadi 6,606%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.
(chd/chd)