Newsletter

Siap-Siap Ya! Ada Kabar Penting dari Amerika & IKN Hari Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
29 February 2024 05:57
Financial Markets Wall Street
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak ditutup melemah pada perdagangan Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.Bursa jatuh kemarin,menjelang pembacaan inflasi belanja personal yang akan mempengaruhi pertaruhan kapan bank sentral akan mulai menurunkan suku bunganya.

Indeks Dow Jones turun tipis 0,06% atau 23,39 poin ke 38.949,02. Indeks Nasdaq menyusut 0,55% atau 87,56 poin ke 15.947,74 dan indeks S&P 500 melandai 0,17% atau 8,42% ke 5.069,76.

Bursa kompak memerah karena investor  memilih wait and see data inflasi belanja personal (personal consumption expenditure/PCE). Indeks juga jatuh setelah saham teknologi, layanan kesehatan, minyak dan gas ambruk.

Sebelum rilis data inflasi belanja personal (personal consumption expenditure/PCE) hari ini waktu AS, investor menimbang rilis data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) AS periode kuartal IV-2023.

Berdasarkan laporan dari Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) semalam, PDB Negeri Paman Sam pada kuartal IV-2023 direvisi menjadi tumbuh 3,2%, dari sebelumnya pada perkiraan awal sebesar 3,3%.

"Pembaruan ini terutama mencerminkan revisi ke bawah pada investasi inventaris swasta yang sebagian diimbangi oleh revisi ke atas pada belanja pemerintah negara bagian dan lokal serta belanja konsumen," ujar BEA dalam siaran persnya.

Sepanjang 2023, ekonomi Negeri Paman Sam tercatat tumbuh 2,5%, melampaui pertumbuhan sebesar 1,9% pada 2022.  Belanja konsumen, yang menyumbang sekitar 70% aktivitas ekonomi AS, tumbuh dengan kecepatan tahunan sebesar 3% dari Oktober hingga Desember tahun lalu.

Sedangkan belanja pemerintah negara bagian dan lokal meningkat sebesar 5,4% per tahun pada kuartal terakhir di 2023, yang merupakan laju tercepat sejak tahun 2019. Pertumbuhan ekspor juga berkontribusi terhadap pertumbuhan pada kuartal IV-2023.

Hal ini terjadi sebelum pembacaan inflasi PCE yang diawasi ketat pada Januari 2024, di mana data tersebut dijadwalkan untuk dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia.

Investor akan mengamati rilis data ini untuk mendapatkan petunjuk masa depan mengenai kesehatan perekonomian dan wawasan mengenai jalur kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga akan berkurang jika data inflasi yang mendasarinya ternyata lebih kuat dari ekspektasi.

Baru-baru ini, pasar memundurkan ekspektasi pelonggaran suku bunga ke pertemuan Juni, menurut FedWatch Tool dari CME.

Berdasarkan perangkat tersebut,pasar yang memperkirakan The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya di pertemuan 20 Maret mendatang mencapai 97,5%. Hal ini tentunya berkebalikan dari posisi awal tahun ini yang banyak memperkirakan The Fed mulai memangkas suku bunga.

"Sekarang, setelah katalis pendapatan tersebut sudah tidak ada lagi, mungkin akan ada sedikit pelemahan karena sekarang pasar harus memperhatikan lintasan inflasi dan The Fed, apakah itu sesuai dengan retorika atau kebijakan yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Keith Buchanan, manajer portofolio senior di GLOBALT Investments di Atlanta, dikutip dari Reuters.

Selain data inflasi PCE, pasar juga akan memantau rilis data klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 24 Februari. 

Konsensus pasar Trading Economics memperkirakan klaim pengangguran mingguan kali ini akan kembali naik menjadi 210.000, dari sebelumnya pada pekan yang berakhir 17 Februari lalu di angka 201.000 klaim.

Jika angka klaim pengangguran kembali naik, maka bisa dikatakan bahwa data tenaga kerja mulai mendingin. Namun, hal ini tidak dapat disimpulkan secara langsung, mengingat masih ada data tenaga kerja lain yang menjadi tolok ukur.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular