Diramal Segera Kiamat, Batu Bara Malah Sulit 'Dibunuh'

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
12 February 2024 08:05
Batu bara
Foto: Pexels/igor

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan batu bara global diperkirakan masih akan kencang meskipun ada kesepakatan mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca dalam KTT COP28 pada Desember lalu. 

Batu bara yang dianggap sebagai sumber energi fosil paling polutan menjadi salah satu fokus dalam pengurangan emisi gas rumah kaca global.

Di tengah penurunan permintaan batu bara di Amerika Serikat dan kemungkinan berkurangnya di Uni Eropa tahun ini, konsumsi batu bara global tetap naik 1,4% pada 2023, mencapai rekor 8,5 miliar ton. Kapasitas pembangkit listrik batu bara yang sedang dikembangkan meningkat sebesar 16%.

Bahkan di Eropa, gangguan pasokan gas dari Rusia masih membuat konsumsi batu bara meningkat 0,9% tahun lalu, mencapai 448 juta ton. Proyeksi konsumsi batu bara Uni Eropa pada 2023 sebelumnya diperkirakan akan tumbuh hingga 2%.

Source: gisreportsonline.com

Di Asia, permintaan batu bara masih berpotensi tumbuh dalam beberapa tahun ke depan, mengimbangi penurunan struktural konsumsi di Amerika dan Eropa akibat kebijakan pembatasan penggunaan energi fosil.

Secara global, lebih dari 107 negara dan 2.000 entitas menggunakan batu bara melalui sekitar 13.800 unit batu bara. Saat ini, 204 pembangkit listrik batu bara baru sedang dibangun, 93 proyek telah diumumkan, dan 260 proyek baru berada dalam tahap pra-konstruksi. Penggunaan batu bara di seluruh dunia masih menyumbang 36% dari produksi listrik global, mencapai rekor baru sebesar 10.440 terawat jam pada 2022.

Mengutip Laporan Geopolitical Intelligence Services, China, India, dan Indonesia adalah kontributor terbesar terhadap permintaan batu bara di dunia, menyumbang sekitar 70% dari total permintaan global. Bersama dengan ASEAN, persentase ini meningkat menjadi 76%, sedangkan AS dan UE diperkirakan hanya menyumbang 8% pada 2024, turun dari 40% dibanding 30 tahun lalu.

 

Source: gisreportsonline.com 

Pada awalnya, AS dan Eropa memimpin upaya untuk mengurangi penggunaan batu bara dalam jangka menengah. Antara 2000 dan 2020, produksi listrik AS dari batu bara menurun secara bertahap dari 2.000 menjadi 770 terawatt hour (twh). Namun, China, India, dan sejumlah negara Asia masih memandang batu bara sebagai solusi sementara.

China, sebagai pengguna batu bara terbesar di dunia, menyumbang lebih dari 50% permintaan global. Meskipun China berjanji untuk tidak membangun pembangkit listrik batu bara baru di luar negeri sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI), permintaan batu bara domestiknya terus meningkat.

Pada 2022, permintaan batu bara China tumbuh 4,6% menjadi rekor tertinggi 4,52 miliar ton. Beijing mempercepat pembangunan pembangkit listrik batu bara sejak April 2021, meskipun Presiden Xi Jinping berjanji untuk "mengendalikan dengan ketat" proyek-proyek tersebut.

China memiliki 72% kapasitas batu bara yang direncanakan namun belum dibangun di seluruh dunia. Kapasitas tambahan ini dapat tumbuh hingga 270 gigawatt pada 2025, sebelum mengalami potensi penurunan pada 2026, sesuai dengan janji Presiden Xi. Dalam survei terhadap pejabat dan eksekutif China, terungkap bahwa China memiliki jendela lima tahun untuk menambah kapasitas berkarbon tinggi, dengan perusahaan milik negara lebih memprioritaskan pangsa pasar daripada profitabilitas.

Beberapa negara Asia, termasuk India, Pakistan, Indonesia, dan Kazakhstan, mencatatkan rekor produksi dan konsumsi batu bara pada 2022. Mereka dihadapkan pada pembangkit listrik batu bara yang tua dan tidak efisien, memerlukan penggantian untuk memenuhi lonjakan permintaan listrik di masa mendatang. Harga batu bara dalam negeri yang relatif murah dan cadangan yang masih melimpah mendukung keberlanjutan penggunaannya sebagai sumber energi utama.

India, dengan defisit kapasitas sebesar 30 gigawatt, meminta perusahaan swasta untuk berinvestasi dalam pembangkit listrik batu bara baru.

Sebanyak 58 gigawatt kapasitas baru batu bara sedang disiapkan, sementara konsumsi batu bara India tumbuh lebih dari 8% pada 2022, melampaui 1.155 twh. Pakistan berencana meningkatkan kapasitas pembangkit listrik batu bara domestiknya sebanyak empat kali lipat, seiring upaya mengurangi ketergantungan pada impor gas alam cair yang mahal.

Kendati beberapa negara dan lembaga keuangan global berkomitmen untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik batu bara baru, sejumlah besar proyek tetap berlanjut di seluruh dunia. G7, yang menyumbang 15% kapasitas pembangkit listrik batu bara global, belum sepenuhnya menyusun strategi fasaout batu bara untuk tahun 2030. Kurang dari separuh kapasitas pembangkit listrik batu bara mereka memiliki rencana pensiun di akhir 2023, sementara untuk mencapai tujuan Kesepakatan Paris, mereka perlu menyusutkan rata-rata 40 gigawatt setiap tahunnya hingga 2030.

Terkait perkembangan harga, harga batu bara melejit didorong peningkatan permintaan jelang Imlek. Melansir data Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 125,6 per ton atau menguat 0,40% pada Jumat (9/2/2024). Tercatat dalam sepekan harga batu bara telah melesat 4,75%.

Harga batu bara menguat karena ditopang sentimen sementara yakni kenaikan permintaan menjelang Imlek di China.

 

Source: gisreportsonline.com

Walaupun beberapa negara seperti AS dan UE menunjukkan kemajuan dalam pengurangan penggunaan batu bara, peran China dan India dalam mempertahankan konsumsi batu bara global tetap tinggi. Proyeksi IEA pada 2023 memprediksi puncak permintaan batu bara global dalam dua tahun mendatang, tetapi kenaikan harga batu bara dan kebutuhan akan keamanan pasokan energi di beberapa negara Asia dapat memperlambat proses pengurangan konsumsi secara global. Tantangan menghentikan penggunaan batu bara sebagai sumber utama energi masih merupakan pekerjaan besar yang memerlukan komitmen global yang kuat.



CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation