
Baru Sehari Naik, Harga Batu Bara Turun Lagi, Mulai Kelebihan Pasokan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara merana akibat terkoreksi di level terendah dalam hampir dua bulan terakhir. Pelemahan harga disebabkan oleh proyeksi bakal meningkatnya pasokan, terutama dari Indonesia.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Februari ditutup di posisi US$ 126,1 per ton atau melemah 1,02% pada perdagangan Rabu (17/1/2024). Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sekitar 1% pada perdagangan Selasa. Harga batu bara juga bergerak stagnan di kisaran US$ 126-127 per ton dalam lima hari terakhir.
Pelemahan ini menjadikan harga batu bara masih berada di bawah level psikologis US$ 130 per ton selama lima hari beruntun.
Penurunan harga batu bara terjadi seiring dengan proyeksi meningkatnya pasokan sementara di sisi lain permintaan akan turun.
Salah satu penurunan impor datang dari Jerman. Jerman juga kini menemukan pemasok baru di Amerika Serikat dan Australia,
Secara keseluruhan, impor batu bara keras Jerman di seluruh 2023 mungkin turun 26,3% dibandingkan tahun lalu menjadi sekitar 33,0 juta ton, kata VDK yang dikutip dari Reuters.
Penurunan permintaan Jerman diakibatkan oleh lesunya perekonomian, musim dingin yang belum menyentuh level dinginnya. Hal ini menyebabkan tingkat impor Jerman mendekati angka pada tahun 2020.
Terbukanya sumber pemasok lain berpotensi menambah diversifikasi dari pembeli batu bara. Semakin besar persediaan ini, pasokan terjaga dan harga terus mengalami koreksi.
Dari sisi permintaan, impor batu bara termal Jerman merosot 40% pada tahun 2023 ke rekor terendah di bawah 19 juta ton di tengah upaya berkelanjutan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar secara bertahap, dikutip dari Montel News.
Sentimen pelemahan harga juga diakibatkan oleh produksi batu bara Tiongkok yang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023, menurut data dari biro statistik pada Rabu.
Merujuk Biro Statistik Nasional China, produsen batu bara terbesar di dunia ini menambang 4,66 miliar ton bahan bakar tahun lalu, naik 2,9% dari tahun sebelumnya, menurut Biro Statistik Nasional.
Untuk Desember, produksi mencapai 414,31 juta ton, hampir sama dengan produksi November sebesar 414 juta ton dan naik 1,9% dari tingkat tahun sebelumnya.
Besarnya produksi China akan meningkatkan pasokan global dan menurunkan tingkat impornya. Sentimen ini yang dapat menyebabkan limpahnya pasokan China, sehingga harga batu bara terus terkoreksi.
Masih di Asia, India sebagai konsumen batu bara terbesar kedua mengalami penurunan stok secara mingguan (week on week/wow) per 8 Januari 2024, menurut data CoalMint. Data menunjukkan beberapa perusahaan India raksasa mengalami penurunan stok.
Penurunan pasokan menjadikan India perlu meningkatkan stok untuk memenuhi kebutuhan listrik negaranya. Hal ini memungkinkan India meningkatkan impor, sehingga permintaan batu bara global meningkat dan turut mendorong kenaikan harga.
Koreksi harga batu bara terjadi seiring dengan harga gas alam yang merupakan substitusi batu bara dan sumber energi pilihan Eropa yang mengalami kejatuhan harga. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) ambles 6,57% menjadi 27,71 euro per MWh.
Pasokan dari Indonesia juga diperkirakan meningkat. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan Indonesia akan memproduksi batu bara sebanyak 710 ton pada 2024. Sebagai catatan, produksi batu bara Indonesia mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni sebesar 775 juta ton pada tahun 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)