Eropa, China & India Jadi Biang Kerok Harga Batu Bara Turun

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
19 December 2023 08:15
Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terkoreksi pada awal perdagangan pekan ini, semakin memungkinkan semakin mendekati level psikologis US$ 140. Koreksi harga batu bara disebabkan sentimen tingginya pasokan gas Eropa dan lemahnya permintaan batu bara Asia, utamanya China dan India sebagai 2 negara konsumen raksasa dunia. 

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup di posisi US$ 141,25 per ton atau turun 1,05% pada perdagangan Senin (18/12/2023). Penurunan ini menjadikan tren negatif batu bara dengan koreksinya selama 3 perdagangan terakhir beruntun.

Penurunan terjadi seiring dengan tingginya pasokan energi Eropa, khususnya gas yang sudah disiapkan beberapa bulan lalu menjelang musim dingin. Melansir Montel News, Harga batu bara Eropa dapat melanjutkan posisi terendah dalam lima bulan saat ini hingga sisa tahun 2023.

Hal ini disebabkan karena tingginya stok, meningkatnya jumlah kedatangan kapal, dan lemahnya permintaan pembangkit listrik yang membebani pasar. "Saat ini, sepertinya kita mempunyai banyak pasokan gas di Eropa," kata seorang analis energi di sebuah perusahaan energi Swiss, seraya mencatat bahwa hal ini akan menjaga permintaan pembangkit listrik untuk batu bara pesaing tetap rendah di tahun baru.

Penurunan harga batu bara Eropa terjadi seiring dengan batu bara termal Indonesia yang terus tertekan sejak 2 pekan lalu. Mengutip CoalMint, harga batubara dengan CV rendah (3400 GAR) turun sebesar US$ 0,46 per ton menjadi US$37,96 per ton, sementara harga batubara dengan CV tinggi (5800 GAR) naik sebesar US$ 0,38 per ton menjadi US$ 93,16 per ton.

Harga berada di sisi yang lebih rendah karena lemahnya permintaan dari pembeli utama di Asia seperti India dan Tiongkok. Pasar tampaknya memiliki cukup persediaan saat ini. 

Di sisi pasokan di Indonesia, situasi sedang ketat karena seluruh penambang belum mendapatkan persetujuan kuota produksi (RKAB) tahun 2024, dan belum adanya perombakan menyeluruh terhadap sistem yang digunakan untuk mengajukan kuota tersebut.

Namun, krisis pasokan mempengaruhi pergerakan kargo yang memuat untuk periode Januari. Banyak produsen masih menunggu rencana kerja tahun depan dari kementerian energi yang menyebabkan kondisi pasar menjadi tidak menentu.

Batubara dengan nilai kalori tinggi di Indonesia menunjukkan kenaikan kecil didukung oleh terbatasnya penawaran dari Australia menyusul tergelincirnya kereta api di wilayah penghasil batubara utama Hunter Valley.

Hujan salju di Tiongkok mengganggu transportasi batubara dalam negeri, sehingga menyebabkan peningkatan harga batubara termal dalam negeri. Gelombang dingin gagal meningkatkan sentimen di pasar batubara termal karena banyaknya stok yang tersedia di dalam negeri.

Karena gejolak pasar, pembeli Tiongkok belum siap untuk memesan kargo Indonesia dengan harga tetap, karena mereka bertujuan untuk menjaga margin keuntungan mereka. Namun, Tiongkok utara diperkirakan akan mengalami rekor suhu terendah yang dapat meningkatkan impor.

Pembelian India tetap berada di sisi yang lebih rendah karena lemahnya permintaan dan tingginya produksi dalam negeri. Harga turun karena rendahnya minat beli di pasar domestik India sendiri.

Permintaan batubara termal Indonesia diperkirakan akan meningkat sebentar lagi jika kendala pasokan di Australia semakin parah. Hal ini akan memberikan tekanan pada harga batubara termal Indonesia di masa depan. Selain itu, harga mungkin akan naik seiring dengan kenaikan permintaan Tiongkok karena suhu di negara tersebut semakin turun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation