
Berkah Imlek! Harga Batu Baru Melesat Nyaris 5% Dalam Sepekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melejit didorong peningkatan permintaan jelang Imlek. Melansir data Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 125,6 per ton atau menguat 0,40% pada Jumat (9/2/2024). Tercatat dalam sepekan harga batu bara telah melesat 4,75%.
Harga batu bara menguat karena ditopang sentimen sementara yakni kenaikan permintaan menjelang Imlek di China.
Di sisi permintaan, sentimen liburan tahun baru Imlek di China dapat menggenjot permintaan batu bara untuk memaksimalkan produksi barang konsumsi dan memenuhi permintaan listrik industri yang menguat.
Hal ini menjadikan adanya permintaan penimbunan yang kuat terhadap pasokan yang terbatas memberikan dukungan pada penguatan harga batu bara.
Belakangan ini, salju lebat melanda bagian utara China, di area tambang batu bara utama. Cuaca buruk ini telah mengganggu angkutan darat, meski dampaknya terbatas karena perdagangan di pasar batu bara sudah mulai surut menjelang liburan Tahun Baru Imlek pekan depan.
Sebagian besar tambang batu bara berencana untuk tutup selama liburan dan melanjutkan produksi setelah 17 Februari, hari terakhir liburan. Namun, tambang-tambang ini bermaksud menjaga tingkat utilisasi kapasitas mereka pada tingkat yang relatif rendah sebagai respons terhadap pemeriksaan keselamatan kerja.
Berdasarkan hal tersebut, pasokan batu bara global kemungkinan masih akan menyusut akibat terbatasnya pasokan Australia dan China, sementara permintaan masih memiliki potensi menguat seiring dengan adanya tahun baru Imlek di China.
Diketahui, China menggunakan batu bara dalam negeri untuk pembangkit listriknya. Data dari Biro Statistik Nasional yang dirilis pada bulan Januari menunjukkan produksi batu bara di China mencapai rekor produksi tahun lalu, yaitu sebesar 4,66 miliar metrik ton, atau 2,9% lebih tinggi dibandingkan produksi pada tahun 2022.
Data dari Administrasi Umum Kepabeanan yang diterbitkan pada bulan Januari menunjukkan bahwa China juga mengimpor batu bara dalam jumlah besar. Hal ini terjadi tak lepas dari permintaan yang besar akibat jumlah populasi yang lebih dari 1 miliar jiwa.
Badan tersebut mengatakan permintaan listrik yang lebih tinggi yang terjadi setelah pembatasan terkait pandemi Covid-19 dicabut, dan harga batu bara domestik China yang lebih tinggi, menyebabkan impor meningkat hampir 62% dari tahun ke tahun pada tahun 2023, menjadi 474,42 juta metrik ton.
Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya impor dari Indonesia, yang merupakan eksportir batubara termal terkemuka di dunia.
Selain itu, terbatasnya pasokan Australia sebagai eksportir terbesar kedua global turut menjadikan sentimen penguatan harga batu bara. Hal ini dapat membuat berbagai negara berebut batu bara Australia yang memiliki kualitas tinggi.
CNBC Indonesia Research
