Asing Tetap Serbu Surat Utang RI Meski Ada Kabar Sri Mulyani Mundur

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
31 January 2024 09:30
Suasana Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Jakarta, Rabu (10/1/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Jakarta, Rabu (10/1/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Minat investor terhadap lelang Surat Utang Negara (SUN) pada lelang ketiga tahun ini kembali cetak rekor tertinggi sejak pertengahan 2023, dengan minat asing yang masuk nyaris Rp10 triliun.

Melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI) pada Selasa (30/1/2024), pemerintah telah melaksanakan lelang SUN dengan menawarkan seri SPN03240501 (new issuance), SPN12250116 (reopening), FR0101 (reopening), FRSDG001 (reopening), FR0100 (reopening), FR0098 (reopening), FR0097 (reopening) dan FR0102 (reopening).

Sebagai catatan, pada lelang SUN kali ini untuk pertama kalinya pemerintah menerbitkan seri FRSDG001 yang merupakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) Bond.

Dari kedelapan seri tersebut, total incoming bids atau penawaran yang masuk pada lelang kali ini mencapai Rp73,24 triliun. Nilai ini mencetak rekor tertinggi sejak pertengahan tahun lalu atau sejak 27 Juni 2023.

Sementara total serapan pemerintah (awarding bids) mencapai Rp24 triliun, mencapai target indikatif yang sudah ditetapkan dari rencana, sama seperti hasil lelang pada dua minggu lalu, Selasa (13/1/2024).

Untuk minat asing yang masuk pada lelang kali ini cenderung melandai dibandingkan sebelumnya, tetapi nilainya masih cukup deras mencapai Rp9,77 triliun, dengan serapan pemerintah sebesar Rp3,31 triliun.

Menelisik lebih dalam dari masing-masing seri surat utang, ternyata asing sama sekali tak melirik untuk obligasi jangka pendek (tiga bulan dan satu tahun).

Untuk surat utang berkelanjutan (SDG Bond) minat asing masih masuk sedikit, hanya Rp110 miliar. Namun dari nilai tersebut sama sekali tidak diambil pemerintah.

Sementara seri yang paling laris diminati asing adalah surat utang bertenor lima tahun. mencapai Rp5,92 triliun. Obligasi acuan bertenor 10 tahun malah berada di urutan kedua yang terlaris dengan minat asing yang masuk sebanyak Rp2,28 triliun.

Tenor lima tahun lebih banyak diminati asing terjadi karena kupon yang ditawarkan lebih atraktif, mencapai 6,87% dibandingkan tenor 10 tahun sebesar 6,62%.

Kendati begitu, untuk penyerapan pemerintah dari minat asing masih lebih condong pada tenor 10 tahun mencapai Rp1,62 triliun, lebih banyak dari tenor lima tahun sebesar Rp934 miliar.

Namun, jika menilai lebih jauh secara total, baik dari asing maupun lokal, ada yang perlu dicatat seiring dengan seri obligasi tenor lima tahun jadi yang paling laris.

Secara total, surat utang tenor lima tahun mendominasi penyerapan pemerintah mencapai Rp8,35 triliun. Sementara, surat utang bertenor 10 tahun yang merupakan benchmark menempati posisi kedua terbesar serapan terbesar Rp8 triliun.

Padahal kupon dari obligasi tenor lima tahun lebih tinggi dibandingkan tenor 10 tahun. Kemungkinan besar, di awal tahun ini pemerintah sedang membutuhkan dana di tengah hawa politik di Tanah Air semakin memanas serta besarnya kebutuhan awal tahun seperti bantuan sosial.

Tingginya minta asing pada lelang patut disambut positif mengingat situasi global masih sangat volatile dan isu dalam negeri lebih banyak mengarah ke sentimen negatif.

Dari global, mulai pesimisnya pelaku pasar mengenai pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS) pada Maret membuat ketidakpastian meningkat. Dari dalam negeri, kabar mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani juga membuat pasar dalam tren pelemahan.

Seperti diketahui, dalam dua pekan terakhir,  Sri Mulyani ramai dikabarkan mundur dari Kabinet Presiden Joko Widodo. Isu ini menjadi salah satu sentimen negatif terhadap pasar keuangan Indonesia.

Sebagaimana diketahui, pemilihan umum (pemilu) serentak termasuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden akan segera dimulai pada pertengahan Februari mendatang. Menarik dicermati pesta demokrasi yang akan semakin meriah menjelang pemilu.

Kendati demikian, pemerintah masih meyakini kondisi ekonomi Tanah Air masih terjaga dengan baik di tengah gejolak ekonomi global yang tidak pasti. 

Bersamaan dengan lelang SUN pada kemarin, Selasa (30/1/2024), Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menggelar Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala yang menyimpulkan situasi Indonesia terkendali meskipun kondisi ekonomi dunia penuh ketidakpastian. Namun, komite mengingatkan akan sejumlah risiko ke depan, terutama dari perlambatan ekonomi global.

"Stabilitas untuk triwulan IV 2023 ini sesuai periode yang kita observasi tetap terjaga di tengah resiko perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian global," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers, Selasa (30/1/2024).

"Ini didukung oleh sistem keuangan domestik yang resilien serta koordinasi dan sinergi dari seluruh komponen KSSK yang terus diperkuat," tambah Sri Mulyani.

Sri Mulyani memastikan situasi selama 2023 juga terjaga baik seperti perekonomian maupun keuangan.

"Kondisi ekonomi dan sistem keuangan secara keseluruhan pada 2023 jadi seluruhnya terjaga baik dan mampu mendukung pemulihan serta pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," paparnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation