Hati-Hati Pak Jokowi! Cicilan Utang Pemerintah Bisa Meledak

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
15 May 2024 15:25
Begini Perbandingan Ekonomi RI di Awal dan Akhir Masa Kerja Jokowi
Foto: Infografis/Begini Perbandingan Ekonomi RI di Awal dan Akhir Masa Kerja Jokowi/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian global dan tingginya suku bunga di tingkat global ikut melambungkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN). Kondisi ini bisa membebani pemerintah karena naiknya beban bunga utang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Suminto menyadari bahwa kenaikan yield akan mempengaruhi belanja bunga.

"Kami memahami bahwa pergerakan pasar baik pelemahan Rupiah maupun kenaikan imbal hasil (yield) akan mempengaruhi belanja bunga," kata Suminto kepada media, Kamis (25/4/2024)

Jika menilik pada data lelang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor jangka pendek selama tiga bulan mengalami peningkatan paling signifikan selama setahun terakhir, nyaris 50%. Sementara tenor jangka panjang kompak melambung ke atas 7%.

Yield rata-rata yang dimenangkan pada akhir April lalu terbilang menjadi yang paling tinggi sejak awal tahun. Ini semakin menjadi bukti bahwa ongkos pemerintah untuk membayar beban bunga kian meningkat.

Bila dibandingkan tahun lalu, imbal hasil rata-rata yang dimenangkan pada lelang untuk seri benchmark Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun juga melesat dari 6,63% pada April 2023 menjadi 7,02% pada April 2024.

Pergerakan imbal hasil SBN juga terjadi di pasar sekunder. Merujuk data Refinitiv, imbal hasil SBN tenor 10 tahun menyentuh 6,9% atau level tertingginya sejak Oktober 2023 atau tujuh bulan.
Level tersebut sudah melewati asumsi makro untuk SBN tenor 10 tahun yang ditetapkan dalam APBN 2024 yakni 6,7%. Artinya, ada risiko pembengkakan bunga utang.

Pembayaran bunga utang pemerintah terus melonjak tiap tahun. Pemerintah menghabiskan anggaran Rp 437,4 triliun untuk membayar bunga utang pada 2023. Angka ini setara dengan 14% dari belanja pemerintah.

Beban bunga utang juga melesat 58,8% dalam lima tahun dari Rp 275,5 triliun pada 2019 menjadi Rp 437,4 triliun pada 2023. Pembengkakan terjadi karena besarnya utang yang diambil pemerintah selama pandemi Covid-19. Untuk tahun ini, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 497,3 triliun.

Kenaikan yield yang membuat belanja pemerintah meningkat, ini juga berdampak harga yang semakin turun mengindikasi sikap investor yang keluar dari pasar domestik.

Pada lelang terakhir pada Selasa (14/5/2024), minat investor asing terpantau menyusut dibandingkan sebelumnya, dari Rp8,81 triliun menjadi Rp6,38 triliun. Pemerintah juga menyerap lebih sedikit minat asing, hanya Rp3,51 triliun dibandingkan lelang sebelumnya sebesar Rp4,30 triliun.

Porsi asing terbilang kecil dibandingkan investor lokal di instrumen surat utang, pada lelang terakhir minat asing hanya mewakili 12,91% saja. Secara total, pemerintah menyerap hasil lelang SUN sebanyak Rp21,36 triliun dari total minat yang masuk sebanyak Rp49,24 triliun.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation