
Alarm Bahaya Menyala dari China & Amerika, Awas RI Kena Getahnya!

Tiga indeks acuan di Bursa Wall Street kompak ditutup merah pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia, setelah rilis data penjualan ritel AS naik lebih tinggi dari perkiraan. Hal tersebut semakin mengurangi ekspektasi kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve melonggarkan kebijakan moneter-nya.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 94,45 poin atau 0,25% ke posisi 37.266,67. Indeks Nasdaq Composite turun 88,72 poin atau 0,59% ke 14.855,62 dan indeks S&P 500 merosot 26,77 poin atau 0,56% ke posisi 4.739,21.
Koreksi bursa AS tersebut semakin memperpanjang tren pelemahan yang sudah terjadi sejak perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Hal ini terjadi lantaran ada kenaikan penjualan AS yang meleset dari perkiraan.
Berdasarkan laporan Departemen Perdagangan, penjualan ritel AS pada Desember 2023 naik 0,6% secara bulan (month-to-month/mtm). Nilai tersebut meleset dari konsensus yang diperkirakan survei Reuters hanya naik 0,4%,
Peningkatan penjualan ritel ini berkorelasi dengan inflasi yang diperkirakan bisa semakin memanas. Akibat itu, saat ini ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan Maret mendatang turun jadi 55%, padahal dalam beberapa hari terakhir sudah mencatat peluang di atas 60%, menurut data yang diperhitungkan FedWatch Tool CME Group.
Senada dengan prospek pelonggaran kebijakan the Fed yang mungkin akan terjadi lebih lama dari perkiraan. Melansir dari Reuters, Stuart Cole, kepala ekonom di Equiti Capital di London mengatakan dengan rilis kenaikan data-data ekonomi yang masih panas akan memberikan keraguan.
"Bagi The Fed, angka-angka tersebut akan menimbulkan keraguan lebih lanjut terhadap kemungkinan penurunan suku bunga pertama yang dilakukan pada bulan Maret, kemungkinan penurunan tersebut semakin berkurang dengan setiap rilis data yang kami dapatkan," kata Stuart. .
Setelah rilis data penjualan ritel tersebut, imbal hasil obligasi acuan AS dengan tenor 10 tahun juga terpantau menguat jadi lebih dari 4%. Kenaikan yield tersebut menunjukkan obligasi AS mulai dilepas investor karena harganya turun.
Obligasi yang dilepas investor akan membuat peredaran dolar AS meningkat, sehingga nilai indeks dolar AS (DXY) semakin meningkat. Dalam dua hari beruntun, DXY telah menguat nyaris 1% ke posisi 103,38.
Dolar AS yang menguat bisa menekan gerak pasar saham, pada penutupan dini hari tadi, ada beberapa saham kapitalisasi besar terpantau koreksi. Saham Tesla (TSLA) jatuh 1,98%, kemudian diikuti saham Amazon (AMZN) ambles 0,95% dan Alphabet (GOOG) susut 0,72%.
Saham emiten gawai pintar Apple (APPL) melemah 0,52% kemudian saham perusahaan sistem operasi Microsoft (MSFT) dan saham Nvidia (NVDA), perusahaan pelopor VGA juga terpantau terkoreksi cukup dalam.
(tsn/tsn)