
BI Tahan Suku Bunga 6%, Ini Rekomendasi & Target Price Saham Properti

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor properti mendapatkan angin segar dari Bank Indonesia yang menahan suku bunga di 6% pada awal tahun ini. Saham-saham sektor properti pun direkomendasikan dengan potensi kenaikan hingga puluhan persen dari harga saat ini.
Berdasarkan konsensus Refinitiv, empat saham properti yang masuk ke dalam cakupannya memiliki rekomendasi "Beli".
Konsensus oleh Refinitiv adalah hasil rangkuman dari para analis ekuitas. Berdasarkan tesis investasi ada dua sentimen yang dapat mendorong harga properti sehingga menarik saat ini yakni soal kebijakan suku bunga dan insentif pajak.
Suku Bunga BI Bertahan di 6%, FFR Bisa Turun 3 Kali Tahun Ini
Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI rate pada level 6% pada Januari 2024. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Demikianlah disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024)
"Keputusan mempertahankan BI rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang prostability yaitu untuk penguatan stabilitas NTR serta langkah preemtive dan forward looking untuk pastikan inflasi terkendali 2024 dan 2025," jelasnya.
Ini menjadi kali ketiga BI menahan di level tersebut setelah sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75%.
Selain itu, ada sinyal baik terkait kebijakan moneter ke depan. Bank Indonesia (BI) tidak menutup kemungkinan suku bunga acuan atau BI rate dipangkas dalam beberapa waktu ke depan.
"Ruang penurunan BI rate ke depan masih akan ada," terang Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024).
Beberapa faktor yang akan mempengaruhi kebijakan suku bunga acuan adalah seberapa besar penguatan nilai tukar rupiah. Pada siang hari ini rupiah berada dalam kisaran Rp 15.637 per dolar AS.
Kemudian adalah inflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi 2023 mencapai 2,61%. Inflasi inti 2023 terjaga rendah sebesar 1,80% (yoy) dan Inflasi volatile food sebesar 6,73% (yoy). BI juga akan mencermati dukungan kredit dalam pembiayaan ekonomi.
Bank Indonesia juga memperkirakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate akan turun pada semester II-2024. Bahkan lebih besar dibandingkan perkirakan sebelumnya.
Namun pasar tampaknya lebih optimis. Berdasarkan perangkat Fedwatch Tools, para pelaku pasar memperkirakan FFR turun hingga 15o basis poin hingga ke target 3,75% - 4% pada pertemuan terakhir 18 Desember 2024.
![]() Perkiraan Suku Bunga Fedwatch |
Penurunan suku bunga diharapkan dapat membuat penjualan properti bertumbuh pada 2024. Sehingga investor akan mengapresiasi saham-saham pada sektor ini.
Insentif PPN Bisa Jadi Booster Saham Properti
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 120/2023 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Rumah Tapak dan Satuan Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Tahun Anggaran 2023.
Insentif fiskal ini merupakan bagian dari Paket Kebijakan Fiskal yang diterbitkan Pemerintah di triwulan IV-2023. Adapun, kebijakan PPN DTP rumah tapak dan rusun untuk tahun anggaran 2024.
Fasilitas ini dapat dimanfaatkan untuk satu orang atas pembelian satu rumah tapak atau satuan unit rumah susun, sepanjang tidak ada pembayaran uang muka atau cicilan sebelum 1 September 2023.
Kemudian, untuk hunian dengan harga jual paling tinggi Rp5 miliar dapat menikmati PPN DTP yang ditanggung Pemerintah, paling banyak atas bagian harga jual sampai dengan Rp2 miliar.
Persentase besaran PPN DTP diberikan sesuai ketentuan berikut:
1. Bila serah terima rumah siap huni yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) dilakukan selama periode November 2023 - Juni 2024 maka PPN DTP diberikan sebesar 100%;
2. Bila BAST dilakukan pada periode Juli 2024 - Desember 2024, PPN DTP diberikan sebesar 50%.
Insentif ini diperkirakan akan mengungkit penjualan properti seperti pada tren saat pemulihan pandemi Covid-19.
Selama pandemi pemerintah memberikan insentif diskon PPN pada 2021 dan 2022. Emiten-emiten sektor properti mendapatkan keuntungan yang tercermin dari pencapaian penjualan yang naik 34% pada 2021 dan 8% pada 2022.
Berdasarkan riset Bank DBS bertajuk "Indonesia Industry Focus: Indonesia Property" pada 11 Januari 2024, kontribusi insentif PPn hingga mencapai 22% dari perkiraan total penjualan 2024.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)