Newsletter

Dunia Menanti Inflasi Amerika di Tengah Panasnya Konflik Laut Merah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
11 January 2024 06:00
Foto kolase Wolrd Bank dan international monetary fund.
Foto: Foto kolase Wolrd Bank dan international monetary fund. (AP/Andrew Harnik dan AFP/OLIVIER DOULIERY)

Pada hari ini, pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Adapun berikut sentimen pasar dari dalam dan luar negeri pada hari ini.

1. Inflasi Konsumen Amerika Serikat

Pada malam hari ini waktu Indonesia, inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS Desember 2023 akan dirilis. CPI AS pada akhir 2023 diproyeksi akan ada peningkatan tipis akibat seasonality natal dan tahun baru.

Dalam basis tahunan (year-on-year/yoy), konsensus pasar menargetkan inflasi akan tumbuh sebesar 3,2% yoy, lebih rendah dibandingkan November 2023 yang tumbuh 3,1%.

Sementara itu, untuk inflasi inti AS diperkirakan tumbuh melandai sebesar 3,8% yoy, dibandingkan sebulan sebelumnya yang tumbuh 4% yoy.

Inflasi merupakan salah satu pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan moneternya. Investor pun akan melihat laporan tersebut untuk mencari petunjuk kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya.

Ekspektasi pasar terkait The Fed yang akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret mendatang mulai kembali sedikit mengalami kenaikan, meski masih lebih rendah dari perkiraan pasar pekan lalu.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch menunjukkan peluang The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) naik menjadi 66,3%, masih lebih rendah dari peluang sebesar 79% pada pekan lalu.

 2. Klaim Pengangguran Mingguan Amerika Serikat

Tak hanya inflasi konsumen terbaru di AS, data klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 6 Januari 2024 juga akan dirilis malam hari ini waktu Indonesia.

Diproyeksikan, klaim pengangguran per 6 Januari 2023 meningkat ke 210.000, dibandingkan pekan sebelumnya sebanyak 202.000 klaim.

Proyeksi peningkatan klaim pengangguran ini memang berdampak buruk bagi pasar tenaga kerja, akan tetapi bagi keseluruhan ekonomi AS dan prospek inflasi ini berdampak positif lantaran semakin mendukung kondisi pasar tenaga mendingin yang memicu inflasi melandai.

Tentunya, data klaim pengangguran juga ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar di global, karena dapat juga menentukan arah kebijakan moneter The Fed berikutnya.

 3. Proyeksi Ekonomi Global oleh Bank Dunia

Bank Dunia (World Bank) telah mengeluarkan laporan terbaru mengenai prospek ekonomi pada 2024. Dalam laporan terbarunya Global Economic Prospects January 2024 memperkirakan ekonomi global akan melambat ke 2,4% pada tahun ini dibandingkan 2,6% pada 2023.

Lembaga multinasional tersebut memang tidak merevisi proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini tetapi memangkas cukup signifikan untuk proyeksi tahun depan.
Ekonomi dunia diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 2,7% pada 2025, proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan pada Juni lalu yakni 3,0%.

Pertumbuhan sebesar 2,6% pada 2023 juga akan menjadi yang terendah dalam 50 tahun, di luar resesi global saat pandemi.  Bank Dunia juga menyebut ini adalah kali pertama mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi terus melandai selama tiga tahun beruntun.

Dengan hanya tumbuh di kisaran 2%, Bank Dunia menyebut awal 2020an (2020-2024) sebagai periode terburuk dalam 30 tahun terakhir. Bank Dunia menyebut periode awal 2020 sebagai "dekade dari terbuangnya peluang " dari yang seharusnya 'dekade transformatif".

Menurut Bank Dunia, ekonomi dunia akan melemah karena terimbas dampak pengetatan kebijakan moneter, terbatasnya ekspansi finansial, serta lemahnya investasi dan perdagangan dunia.

Bank Dunia juga mengingatkan adanya risiko besar untuk pertumbuhan ke depan dari konflik di Timur Tengah, gangguan di pasar komoditas, mahalnya ongkos pinjaman, bengkaknya utang, melandainya ekonomi China, inflasi yang masih tinggi, serta perubahan iklim yang ekstrem.

"Untuk dua tahun ke depan, outlooknya gelap. Mayoritas negara, baik negara maju dan berkembang, akan tumbuh lebih lambat pada 2024 dan 2025 dibandingkan dekade sebelum Covid-19," tulis Bank Dunia dalam laporannya Global Economic Prospects January 2024 yang keluar pada Selaa (9/1/2024).

Untuk Indonesia, Bank Dunia mempertahankan proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini di angka 4,9%. Namun, mereka memangkas proyeksi 2025 menjadi 4,9%, dari 5,0% pada proyeksi Juni lalu.

Bank Dunia mengingatkan jika Indonesia tidak akan lagi mendapat berkah lonjakan harga komoditas untuk tahun ini dan depan. Seperti negara Asia, Indonesia juga akan terimbas oleh melandainya ekonomi China.

Bank Dunia memangkas pertumbuhan ekonomi China menjadi 4,5% pada 2024, lebih rendah dibandingkan 4,6% pada proyeksi Juni. Ekonomi China juga diperkirakan hanya akan tumbuh 4,3% pada tahun depan, lebih rendah dibandingkan 4,4% pada proyeksi sebelumnya.

Perlambatan ekonomi China akan berdampak besar terhadap pertumbuhan regional melalui jalur perdagangan serta pariwisata.

Bank Dunia juga mengingatkan jika kemiskinan masih menjadi persoalan besar ke depan.
Menurut Bank Dunia, 1 dari empat negara berkembang dan 40% dari negara berpenghasilan rendah akan lebih miskin dibandingkan pada periode pandemi.

3. Memanasnya Konflik Laut Merah

Konflik di Laut Merah memanas dengan adanya serangan baru. Panasnya konflik di sana bisa berimbas besar terhadap harga komoditas sehingga inflasi global bisa kembali memanas sehingga bisa berdampak pada suku bunga.

Kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak dan rudal skala besar di Laut Merah yang digambarkan sebagai yang terbesar dalam koridor pelayaran internasional.

Juru bicara militer Yahya Saree mengatakan "sejumlah besar" rudal dan drone menargetkan kapal Amerika Serikat (AS) yang "memberikan dukungan" kepada Israel selama perang melawan Hamas di Gaza.

"Angkatan laut, kekuatan rudal, dan angkatan udara tak berawak angkatan bersenjata Yaman melakukan operasi militer gabungan dengan sejumlah besar rudal balistik dan angkatan laut sertadrone," katanya dalam pernyataan di X, sebelumnya Twitter, dikutip Kamis (11/1/2024).

Sebelumnya pada Rabu, militer AS mengatakan pasukan Amerika dan Inggris menembak jatuh 18 drone dan tiga rudal yang diluncurkan oleh Houthi menuju jalur pelayaran di Laut Merah.

Para pemberontak, yang merupakan bagian dari kelompok "poros perlawanan" yang dibentuk melawan Israel, telah melancarkan lebih dari 100 serangan drone dan rudal di Laut Merah selama perang yang sedang berlangsung di Gaza, menurut angka Pentagon.

Serangan yang dilakukan oleh Houthi di Laut Merah telah menyebabkan perusahaan pelayaran menghindari Terusan Suez - sumber pendapatan utama bagi Mesir ketika negara itu sedang berjuang menghadapi krisis ekonomi yang parah.

Angka Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan 35% lebih sedikit kargo yang diangkut melalui Terusan Suez pada minggu pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Para analis mengatakan dampak finansial, meskipun terbatas untuk saat ini, akan sangat merugikan jika serangan Houthi terus menghambat lalu lintas melalui arteri maritim utama yang menghubungkan Eropa dan Asia tersebut.

Jalur air buatan - yang resmi dibuka pada 1869 - sangat penting bagi Mesir, menghasilkan biaya transit sebesar US$9,4 miliar pada tahun fiskal 2022/23.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular