Economic Outlook

Selamat Datang 2024, Hidup Tak Akan Lebih Mudah

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
02 January 2024 07:11
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2023 menghadapi berbagai tekanan. Mata uang Garuda diharapkan menguat pada tahun ini sejalan dengan meredanya ketidakpastian global.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat secara year to date/ytd sebesar 1,09% di angka Rp15.395/US$. Apresiasi ini terjadi mengingat pada akhir Desember 2022 rupiah ditutup di angka Rp15.565/US$.

Penguatan rupiah ini juga cukup menarik mengingat sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang secara tegas mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah akan terus menguat ke depannya.

Dalam Rancangan Anggaran Tahunan BI (RATBI, rupiah diperkirakan menguat ke posisi Rp 15.510 pada tahun ini.



"Ada 5 alasan nilai tukar rupiah akan secara menguat dan kembali ke fundamentalnya," ungkap Perry dalam acara Economic Outlook 2023 dengan tema "Menjaga Momentum Ekonomi di Tengah Ketidakpastian" di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (28/2/2023).

Faktor pertama adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kedua adalah inflasi yang terkendali di level yang rendah sementara ketiga, imbal hasil atau yield dari surat berharga negara (SBN) menarik. Keempat adalah kondisi neraca perdagangan dan defisit neraca pembayaran tetap surplus.

Faktor kelima adalah komitmen BI dalam menstabilkan nilai tukar dengan sederet instrumen.

Tekanan Terhadap Rupiah di 2023
Rupiah mengalami tekanan hebat pada beberapa bulan tahun lalu. Depresiasi rupiah terjadi pada awal Maret dan periode Juni hingga Oktober 2023. Sejumlah faktor membuat rupiah tertekan mulai dari pernyataan hawkish The Fed, krisis perbankan AS, hingga perang Israel vs Hamas.

Sikap The Fed yang hawkish dan terus menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali sejak Mei hingga Juli dengan total 75 basis poin (bps).


Sedangkan jika dihitung sepanjang 2023 ini, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 5,25-5,5%.

Kebijakan The Fed tentu membuat dolar AS terbang dan melemahnya mata uang negara lainnya termasuk rupiah. Dalam rentang sekitar lima bulan tersebut, rupiah terdepresiasi dari Rp14.665/US$ menjadi Rp15.935/US$.
Indeks dolar sempat menembus 106,9 di akhir Oktober 2023, tertinggi dalam 12 bulan sementara imbal hasil US Treasury terbang ke level tertinggi 16 tahun.

BI sebenarnya melakukan banyak upaya untuk mengangka nilai tukar rupiah tahun lalu mulai dari operasi moneter, merevisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE), hingga mengeluarkan sejumlah instrumen mulai dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI). Instrumen ini diharapkan bisa mendorong stabilitas nilai tukar rupiah dan menarik dolar.

Ada Pilpres 2024, Rupiah Aman?

Pada 2024, tantangan yang dihadapi Indonesia masih cukup pelik mengingat kondisi global saat ini belum dapat terbilang normal dan stabil. Berbagai peristiwa yang berpotensi mengguncangkan dunia masih akan hadir.

Sebagai contoh yakni tensi geopolitik yang semakin tinggi dapat menciptakan dunia yang semakin terfragmentasi serta memutarbalikkan tren globalisasi menjadi deglobalisasi. Kondisi ini dapat berimbas pada perdagangan nasional serta fluktuasi harga komoditas yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia.

Kemudian laju inflasi global yang cukup tinggi menciptakan kondisi high(er) for longer. Kondisi ini membuat likuiditas global tetap ketat dan meningkatkan cost of fund. Gejolak perbankan global juga menambah risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global yang tentunya dapat berdampak di pasar keuangan nasional.

Tantangan lain yang tidak kalah penting yakni diselenggarakannya pilpres pada Februari 2024 namun jika mengharuskan hingga putaran kedua, maka pilpres akan dilanjutkan pada Juni 2024.

Menjelang pilpres, investor cenderung melakukan aksi wait and see hingga terpilih siapa yang akan menjadi pemimpin dan menjalankan pemerintahan Indonesia. Bahkan para investor cenderung untuk memarkirkan uangnya di luar negeri selama tahun politik ini.

Lebih lanjut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan Pilpres 1 putaran akan lebih menguntungkan untuk investasi langsung ke Indonesia.

Sejak Pilpres 2004 hingga Pilpres 2019, rupiah dua kali mengalami depresiasi yakni pada 2004 dan 2014 serta mengalami apresiasi pada 2009 dan 2019 terhadap dolar AS.

Lebih lanjut, CNBC Indonesia juga melihat bahwa rupiah relatif menguat satu minggu sebelum pilpres ke hari H disaat pilpres. Sementara satu minggu setelah pilpres justru rupiah biasanya mengalami pelemahan.

The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga di 2024, Rupiah Apa Kabar?

Dengan melandainya tingkat inflasi dan perekonomian yang bertahan, para pengambil kebijakan di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dengan suara bulat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pinjaman semalam dalam kisaran yang ditargetkan antara 5,25-5,5%.

Seiring dengan keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga, anggota komite memperkirakan setidaknya tiga kali penurunan suku bunga pada tahun 2024.

Sebanyak delapan anggota memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga setidaknya 75 bps pada tahun depan sementara lima lainnya memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih dari 75 bps. Median ekspektasi suku bunga ada di angka 4,6% dalam dot plot terbaru, turun dibandingkan 5,1% pada proyeksi September.

Pasar telah mengantisipasi secara luas keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga tersebut, yang dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga sebanyak 11 kali, mendorong suku bunga The Fed ke level tertinggi dalam lebih dari 22 tahun.

Lebih lanjut, dalam dokumen tersebut, komite berekspektasi bahwa akan terdapat empat pemotongan lagi pada tahun 2025, atau satu poin persentase penuh (1 percentage point).

Mulai dovishnya Teh Fed akan menjadi sentimen positif melalui dua jalur. Jalur pertama adalah meredanya ketidakpastian global karena The Fed tak lagi galak. Kondisi ini akan membuat tekanan terhadap rupiah pun berkurang.
Jalur kedua adalah derasnya inflow ke pasar keuangan domestik. Dengan kebijakan The Fed yang dovish, dolar mulai ditinggalkan dan investor mencari instrumen di luar dolar yang lebih menarik seperti rupiah ataupun SBN.

Sepanjang 2023, investor asing mencatat beli neto Rp80,45 triliun di pasar SBN, jual neto Rp10,74 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp52,81 triliun di SRBI. Kondisi ini berbanding terbalik dengan 2022 di mana tercatat  jual neto Rp128,66 triliun.

 

Fed dot plot Desember 2022Foto: CNBC Indonesia Research
Fed dot plot Desember 2022

 

Proyeksi Rupiah Tahun 2024? Menguat atau Melemah?

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan rupiah berada di angka Rp15.380/US$ pada 2024.

Hasil polling tersebut mengindikasikan bahwa rupiah diekspektasikan kembali menguat di tahun depan mengingat tahun ini rupiah ditutup 15 poin lebih tinggi tepatnya di posisi Rp15.395/US$.

Hal tersebut bukan tanpa alasan karena perekonomian Indonesia tampak masih cukup solid di tengah berbagai ketidakstabilan yang masih membayangi 2024.

Berbagai instrumen yang diluncurkan oleh BI untuk menarik dana asing pun memberikan angin segar bagi nilai tukar rupiah ditambah juga dengan imbal hasil yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.

(mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular