Newsletter

Amerika Sudah Berpesta, Saatnya IHSG-Rupiah Bersorak Gembira

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
Kamis, 28/12/2023 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia kompak menguat  ditopang oleh sentimen positif di akhir tahun
  • Wall Street melanjutkan rally di mana indeks S&P mendekati rekor terbaiknya
  • Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan tren positif hari ini sejalan dengan positifnya bursa AS serta sentimen positif di akhir tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup kompak menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (27/12/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level tertinggi untuk tahun ini, rupiah menguat, dan harga Surat Berharga Negara (SBN) naik yang menandakan keberanian pelaku pasar terhadap pasar domestik.

Pasar keuangan domestik sumringah, menjelang penutupan tahun ini pada hari Jumat nanti. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini. Para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4 artikel ini..

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,12% ke posisi 7.245,92. Kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin menunjukkan keberhasilan bursa domestik kembali bertahan di atas level psikologis 7.200. Posisi penutupan kemarin menempatkan IHSG di level tertinggi sepanjang 2023.

Sebanyak 262 saham bergerak naik, 261 bergerak turun dan 340 tidak berubah dengan transaksi turnover Rp 10,4 triliun dengan 17,5 miliar saham diperdagangkan. Penguatan juga terjadi seiring investor asing mencatat net buy sebesar Rp 937,3 miliar.

Penggerak IHSG kali ini dikontribusikan terbesar dari saham grup Prajogo Pangestu. Melesatnya pasar modal domestik dipimpin oleh saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).

IHSG pada perdagangan kemarin yang menyentuh level tertinggi sepanjang tahun ini, menjadikan angin segar untuk bursa efek Indonesia menutup akhir tahun ini dengan level tertingginya.

Secara lebih spesifik, penopang kenaikan IHSG berasal dari saham milik Pengusaha sukses asal Kalimantan Barat, Prajogo Pangestu, berhasil menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia tahun ini. Berdasarkan data Forbes The Real Time Billionaires Selasa (26/12/2023), Prajogo Pangestu memiliki kekayaan sebesar US$55,2 miliar atau setara dengan Rp854,49 triliun (Rp15.480/US$1).

Kenaikan kekayaan Projogo terjadi seiring saham BREN yang mampu menggeser saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham dengan market cap terbesar di bursa saham Indonesia.

BREN sendiri baru melakukan IPO pada 9 Oktober 2023. Setelah IPO, BREN mulai gencar melakukan aksi ambil alih beberapa perusahaan atau pembangkit listrik melalui anak usahanya Star Energy.

BREN mengumumkan penambahan kapasitas terpasang dari pembangkit listrik yang dimiliki. Dalam pengumuman resminya, Proyek Salak Binary milik anak usaha Star Energy Group Holdings Pte Ltd (STAR) menargetkan commercial operation date (COD) akhir 2023 dengan penambahan kapasitas hingga 15 megawatt.

Selain itu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menggarap pabrik chlor alkali plant yang akan memproduksi lebih dari 400.000 metrik ton per tahun caustic soda (dikenal juga sebagai sodium hydroxide). Kemudian, 500.000 metrik ton per tahun ethylene dichloride (EDC).

Selain membangun pabrik, TPIA juga merampungkan akuisisi pada segmen infrastruktur dengan membeli PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI), dua entitas usaha dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS).

Kemudian, melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Alkali (CAA) telah meneken Letter of Intent (LoI) bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Kerjasama ini dalam rangka mendukung pengembangan industri hulu aluminium dan percepatan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) domestik.

Beralih ke mata uang Garuda, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah dana asing yang membanjiri pasar keuangan Tanah Air.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.425/US$ atau terapresiasi 0,36%. Bahkan pada saat di tengah perdagangan, rupiah sempat menguat lebih dalam ke angka Rp15.390/US$.

Investor asing terpantau kembali membanjiri pasar keuangan domestik sesuai data transaksi yang dirilis BI pekan lalu.

BI merilis data transaksi 18 - 21 Desember 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 6,37 triliun terdiri dari jual neto Rp 0,12 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp 1,52 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 4,97 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Foreign inflow yang terjadi sejak pekan ketiga November ini terjadi secara beruntun dengan total lebih dari Rp40 triliun net buy dan lebih dari Rp 25 triliun di SRBI.

Secara keseluruhan, selama 2023, berdasarkan data setelmen sampai dengan 21 Desember 2023, asing tercatat melakukan beli neto Rp81,40 triliun di pasar SBN, jual neto Rp11,61 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 52,81 triliun di SRBI.

Lebih lanjut, penguatan mata uang Garuda juga terjadi di tengah pelemahan indeks dolar (DXY) yang terjadi secara beruntun belakangan ini.

Dolar melemah sejalan dengan menguatnya ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan dovish bank sentral AS (The Fed). Perangkat CME FedWatch memperkirakan The Fed sudah mulai memangkas suku bunga pada Maret tahun depan.

Selain itu, faktor eksternal yang datang dari AS juga memberikan angin segar bagi Indonesia.

Inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) AS secara year on year/yoy di AS melandai menjadi 2,6% pada November 2023, terendah sejak Februari 2021. Angka ini di bawah dari periode sebelumnya yang berada di angka 2,9% yoy dan di bawah konsensus yang memperkirakan di angka 2,8% yoy.

Sementara laju inflasi inti PCE AS juga melandai di bawah ekspektasi pasar yakni di angka 3,2% yoy. Sebagai catatan, laju inflasi inti PCE AS periode sebelumnya dan konsensus di angka 3,3% yoy.

Semakin melandainya inflasi AS ini memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar, karena artinya ada kecenderungan bahwa AS tidak mengetatkan kembali suku bunga acuannya di tahun 2024.

Dari pasar obligasi Indonesia, adanya aliran dana asing turut menjadi sentimen positif Surat Berharga Negara (SBN) yang mulai kembali dikoleksi oleh pelaku pasar tercermin dari penurunan imbal hasil dan kenaikan harga pada perdagangan Rabu (27/12/2023).

Imbal hasil SBN tenor 10 tahun ada di angka 6,49%, level terendahnya sejak awal September 2023.

Melansir Refinitiv, harga SBN mengalami kenaikan 0,003 basis poin menjadi 103,400 dari 103,397 poin. Kenaikan harga obligasi mengindikasikan keberanian pelaku pasar berinvestasi di surat utang Indonesia yang memberikan keuntungan besar. Hal ini mengindikasikan investor lebih berani mengambil risiko dengan harapan imbal hasil yang juga cukup besar.


(mza/mza)
Pages