
Debat Cak Imin-Gibran-Mahfud: Bisa Gak Ya Ekonomi Meroket 7%?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kancah perpolitikan domestik kembali memanas menjelang debat calon presiden (capres) kedua. Debat akan menghadirkan tiga calon wakil presiden (cawapres) dengan mengusung topik seputar ekonomi, investasi, pajak, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)- Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Infrastruktur, dan perkotaan.
Topik pembahasan ini tidak dapat terlepas dari pertumbuhan ekonomi atau seputaran Produk Domestik Bruto (PDB) dan bagaimana upaya cawapres adu gagasan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal-III 2023 tercatat 4,94% (year on year/yoy) sekaligus memutus tren di atas 5% selama tujuh kuartal beruntun.
Souce: PTBI
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik cukup tinggi tahun ini mencapai 4,5% - 5,3% pada tahun ini kemudian meningkat menjadi 4,7-5,5% pada tahun depan. Pertumbuhan ini diyakini akan terus meningkat hingga 4,8% - 5,6% pada 2025. Selanjutnya di 2028, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,3%.
Hal ini cukup berbeda jika dibandingkan dengan target dari setiap pasangan calon dalam Pilpres 2024.
Visi dan Misi Capres 2024 mencatat pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,5%-6,5%, lalu Ganjar Pranowo-Mahfud MD menyatakan janji pertumbuhan ekonomi 7%. Sementara itu, pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka mencantumkan dalam dokumen visi misinya di kisaran 6-7%.
Anies dan Muhaimin alias Cak Imin menargetkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah jika dibandingkan dua pasangan lainnya, untuk mendorong efisiensi anggaran serta menekan belanja non-produktif.
Prabowo-GIbran berkomitmen mencapai target pertumbuhan ekonomi 6%-7% guna mencapai target Indonesia Emas 2045. "Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6% hingga 7%," ungkap Prabowo dan Gibran dalam visi misinya, dikutip, Kamis (14/12/2023).
Pasangan Ganjar-Mahfud bertekad mencapai target pertumbuhan 7%, salah satunya dengan cara menggenjot pertumbuhan industri manufaktur di kisaran 7,5%-8%, serta mendukung hilirisasi sumber daya alam RI dan pengembangan UMKM.
Tanggapan Kritis Sri Mulyani Terkait Target Pertumbuhan Ekonomi
Dalam kuliah umum di Australia National University, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan perekonomian Indonesia memang harus tumbuh di kisaran 6% hingga 7% agar dapat mencapai target menjadi high income country pada tahun 2045.
Namun demikian, mantan Managing Director Bank Dunia ini mengungkapkan banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target tersebut, mulai dari terjadinya krisis keuangan global, inflasi tinggi, geopolitik, hingga perubahan iklim. Selain itu, yang paling krusial, pertumbuhan ekonomi 6-7% harus diikuti oleh defisit fiskal yang terjaga rendah.
"Jadi untuk mencapai pertumbuhan 6% hingga 7% ini tentunya memerlukan kombinasi kebijakan fiskal, tidak boleh hanya berasal dari sumber daya pemerintah. Indonesia tidak bisa memiliki pertumbuhan yang tinggi tapi dengan defisit yang juga tinggi. Ini tidak akan berkelanjutan. Mungkin baik-baik saja dalam jangka pendek, namun tidak baik dalam jangka menengah," ujar Sri Mulyani dalam kuliah umum di Australia National University, dikutip Kamis (14/12/2023).
Selain itu, untuk mencapai cita-cita menjadi high income country, Sri Mulyani juga menekankan pentingnya melaksanakan reformasi struktural karena dapat meningkatkan daya saing di tingkat dunia.
"Reformasi struktural memang perlu kerja keras. Peningkatan pertumbuhan sebesar 1 hingga 2 persen benar-benar diperlukan dalam reformasi struktural," tegas Sri Mulyani.
Ekonomi RI Sulit Tumbuh 7%?
Ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh rata-rata 4,12% pada 2014-2022. Ekonomi Indonesia memang sempat melambung ke level 7,08% (yoy) pada kuartal II-2021. Namun, lonjakan pertumbuhan lebih disebabkan oleh basis perhitungan yang sangat rendah pada kuartal II-2020 yakni kontraksi sebesar 5,32% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi bahkan melenceng jauh dari yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Pada dokumen RPJMN disebutkan jika ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai 6% pada 2022 pada skenario optimis sementara di skenario moderat di 5,7%. Kenyataannya, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,31%.
Dalam tiga tahun terakhir (2020-2022), realisasi ekonomi sangat jauh melenceng dibandingkan skenario optimis dan moderat pada RPJMN.
Kondisi bertolak belakang bahkan terjadi pada 2020 di mana ekonomi Indonesia dihantam pandemi Covid-19.
Salah satu faktor melesetnya pertumbuhan ekonomi dibandingkan target pada 2020-2022 adalah pertumbuhan investasi yang jauh di bawah rata-rata.Investasi diharapkan tumbuh 6,6-7% tetapi hanya tumbuh di kisaran 3%.
Dari sisi lapangan usaha, pemberat utama ada di sektor konstruksi. Sektor tersebut diharapkan tumbuh di kisaran 6% tetapi hanya tumbuh di kisaran 2%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)