Usai Panas Dingin Debat Capres, RI Dibuat Was-Was Amerika
- Pasar keuangan Tanah Air kemarin ditutup beragam di mana IHSG menghijau tetapi rupiah masih dalam zona merah, sementara SBN masih dibuang investor.
- Wall Street kompak ditutup menguat merespon inflasi AS per November 2023 yang semakin melandai sesuai perkiraan pasar.
- Hari pertama rapat FOMC the Fed resmi dimulai hari ini akan menjadi sentimen penggerak pasar pasca data inflasi AS semalam dan data ketenagakerjaan yang rilis akhir pekan lalu.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air terpantau bergerak beragam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai rebound, tetapi rupiah masih merana terhadap dolar Amerika Serikat (AS), begitu pula Surat Berharga Negara (SBN) terpantau dibuang investor.
Pasar keuangan hari ini nampaknya masih akan bergerak volatile. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini
IHSG padaperdagangan kemarin, Selasa (12/12/2023) menguat 0,52% atau bertambah 36,52 poin ke posisi 7125,30. Kenaikan IHSG kemarin berbanding terbalik dengan pelemahan IHSG satu hari sebelumnya yang cukup signifikan dimana nyaris ambles 1%.
Sepanjang perdagangan kemarin, di bursa saham terpantau ada 257 saham menguat, 304 saham koreksi, sementara sisanya 209 saham tidak ada pergerakan. Nilai transaksi harian yang tercatat juga cukup ramai mencapai Rp13,05 triliun, melibatkan volume saham sebanyak 30,34 miliar lembar dalam frekuensi perdagangan sebanyak 1,41 juta kali.
Secara sektoral penopang IHSG berasal dari basic materials yang menguat 1,50%, kemudian disusul energy dan technology yang masing-masing naik 0,76% dan 0,67%. Selanjutnya, ada sektor financial dengan penguatan sebesar 0,56%, dan terakhir sektor utilities yang menguat 0.45%
Menelisik lebih dalam, pendorong gerak IHSG kemarin cukup atraktif berkat saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melesat 9,30% ke posisi Rp94/saham. Penguatan harian tersebut menyumbang indeks poin paling besar ke IHSG sebanyak 16,56. Kemudian ada saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menyusul kontribusi indeks poin sebanyak 5,88 dan saham emiten bank digital afiliasi GOTO, yaitu PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan sumbangan ke indeks sebesar 4,88 poin.
Pada posisi ke-empat dan ke-lima penyumbang indeks terbesar kemarin juga ditopang gerak saham emiten perbankan big caps, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang masing-masing berkontribusi 3,63 poin dan 2,92 poin.
Beralih ke nilai tukar rupiah, berdasarkan data Refinitiv pada sepanjang perdagangan kemarin terpantau melemah tipis 0,03% terhadap dolar AS ke angka Rp15.615/US$. Koreksi kemarin melanjutkan pelemahan pada Senin, awal pekan ini.
Koreksi rupiah terjadi meski indeks dolar AS cenderung melandai. Indeks dolar AS (DXY) pada Selasa (12/12/2023) pukul 15.08 WIB terkoreksi 0,2% menjadi 103,89, lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Senin kemarin yang berada di angka 104,1.
Mata uang Garuda kembali melemah kemarin disinyalir karena menyikapi perilaku investor yang cenderung wait and see menanti rilis data inflasi AS untuk periode November 2023.
Inflasi AS menjadi penting diperhatikan, pasalnya akan menjadi penentu pada kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve pada pertemuan di pekan ini.
Pelemahan rupiah kemarin juga sejalan dengan gerak pasar obligasi yang terpantau masih dibuang investor. Melansir data Refinitiv, imbal hasil obligasi acuan bertenor 10 tahun naik 8,5 basis poin (bps) ke posisi 6,69%.
Perlu dicatat, pada pasar obligasi hubungan yield dengan harga berbanding terbalik, sehingga penguatan pada yield yang terjadi kemarin menunjukkan harga obligasi yang turun. Hal tersebut berarti investor terpantau membuang SBN.
(tsn/tsn)