Newsletter

Usai Panas Dingin Debat Capres, RI Dibuat Was-Was Amerika

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
13 December 2023 06:00
US-ECONOMY-BANK-RATE-INFLATION
Foto: Calon Presiden (Capres) Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo saat debat Capres 2024 di Kantor KPU RI, Jakarta, Selasa (12/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
  • Pasar keuangan Tanah Air kemarin ditutup beragam di mana IHSG menghijau tetapi rupiah masih dalam zona merah, sementara SBN masih dibuang investor.
  • Wall Street kompak ditutup menguat merespon inflasi AS per November 2023 yang semakin melandai sesuai perkiraan pasar.
  • Hari pertama rapat FOMC the Fed resmi dimulai hari ini akan menjadi sentimen penggerak pasar pasca data inflasi AS semalam dan data ketenagakerjaan yang rilis akhir pekan lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air terpantau bergerak beragam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai rebound, tetapi rupiah masih merana terhadap dolar Amerika Serikat (AS), begitu pula Surat Berharga Negara (SBN) terpantau dibuang investor.

Pasar keuangan hari ini nampaknya masih akan bergerak volatile. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini

IHSG padaperdagangan kemarin, Selasa (12/12/2023) menguat 0,52% atau bertambah 36,52 poin ke posisi 7125,30. Kenaikan IHSG kemarin berbanding terbalik dengan pelemahan IHSG satu hari sebelumnya yang cukup signifikan dimana nyaris ambles 1%.

Sepanjang perdagangan kemarin, di bursa saham terpantau ada 257 saham menguat, 304 saham koreksi, sementara sisanya 209 saham tidak ada pergerakan. Nilai transaksi harian yang tercatat juga cukup ramai mencapai Rp13,05 triliun, melibatkan volume saham sebanyak 30,34 miliar lembar dalam frekuensi perdagangan sebanyak 1,41 juta kali.

Secara sektoral penopang IHSG berasal dari basic materials yang menguat 1,50%, kemudian disusul energy dan technology yang masing-masing naik 0,76% dan 0,67%. Selanjutnya, ada sektor financial dengan penguatan sebesar 0,56%, dan terakhir sektor utilities yang menguat 0.45%

Menelisik lebih dalam, pendorong gerak IHSG kemarin cukup atraktif berkat saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melesat 9,30% ke posisi Rp94/saham. Penguatan harian tersebut menyumbang indeks poin paling besar ke IHSG sebanyak 16,56. Kemudian ada saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menyusul kontribusi indeks poin sebanyak 5,88 dan saham emiten bank digital afiliasi GOTO, yaitu PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan sumbangan ke indeks sebesar 4,88 poin.

Pada posisi ke-empat dan ke-lima penyumbang indeks terbesar kemarin juga ditopang gerak saham emiten perbankan big caps, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang masing-masing berkontribusi 3,63 poin dan 2,92 poin.

Beralih ke nilai tukar rupiah, berdasarkan data Refinitiv pada sepanjang perdagangan kemarin terpantau melemah tipis 0,03% terhadap dolar AS ke angka Rp15.615/US$. Koreksi kemarin melanjutkan pelemahan pada Senin, awal pekan ini.

Koreksi rupiah terjadi meski indeks dolar AS cenderung melandai. Indeks dolar AS (DXY) pada Selasa (12/12/2023) pukul 15.08 WIB terkoreksi 0,2% menjadi 103,89, lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Senin kemarin yang berada di angka 104,1.

Mata uang Garuda kembali melemah kemarin disinyalir karena menyikapi perilaku investor yang cenderung wait and see menanti rilis data inflasi AS untuk periode November 2023.

Inflasi AS menjadi penting diperhatikan, pasalnya akan menjadi penentu pada kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve pada pertemuan di pekan ini.

Pelemahan rupiah kemarin juga sejalan dengan gerak pasar obligasi yang terpantau masih dibuang investor. Melansir data Refinitiv, imbal hasil obligasi acuan bertenor 10 tahun naik 8,5 basis poin (bps) ke posisi 6,69%.

Perlu dicatat, pada pasar obligasi hubungan yield dengan harga berbanding terbalik, sehingga penguatan pada yield yang terjadi kemarin menunjukkan harga obligasi yang turun. Hal tersebut berarti investor terpantau membuang SBN.

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak menghijau pada perdagangan Selasa yang ditutup pada Rabu dini hari waktu Indonesia. Penguatan wall street ditopang oleh optimisme pelaku pasar yang nampaknya yakin bahwa the Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan terakhir di penghujung tahun ini. Perhitungan CME Fedwatch Tool menunjukkan peluang suku bunga ditahan sudah mencapai 98,4%.

Indeks Dow Jones menguat 0,48% atau 173,01 poin ke 36.577,94. Indeks S&P 500 menanjak 0,46% ke 4.643,70 sementara indeks Nasdaq terapresiasi 0,70% ke 14.533,40.

Ketiga indeks bahkan mampu menutup perdagangan di posisi tertingginya dalam 52 pekan, kemarin. Indeks S&P bahkan menyentuh level tertinggi di intraday sejak Januari 2022.

Optimisme suku bunga ditahan datang pasca rilis inflasi atau Consumer Price Index (CPI) periode November 2023 tumbuh sesuai perkiraan pasar yakni 3,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan sebulan sebelumnya yakni 3,2 yoy. 

Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi turun ke 2%.

Data inflasi tersebut menjadi penting dicermati, pasalnya ini menjadi data terakhir yang rilis sebelum the Fed mengambil kebijakan suku bunga-nya pada FOMC pekan ini. Apalagi, setelah melihat adanya perubahan data pasar tenaga kerja yang masih panas pada November.

Sebagaimana diketahui, tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% di November dari 3,9% pada bulan sebelumnya. Perekonomian juga menambah 199.000 lapangan kerja di luar pertanian, angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober.

Data tersebut pertama kali menimbulkan kekhawatiran bahwa perekonomian sedang berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin untuk membuat The Fed mulai menarik kembali kebijakan suku bunga tingginya.

Kendati begitu, sebagian besar pelaku pasar pada pertemuan akhir tahun ini sudah meyakini bahwa the Fed akan menahan suku bunga. Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga sudah kian meningkat, bahkan nilai sudah mencapai di atas 98%

Pergerakan pasar keuangan Tanah Air hari ini nampaknya akan bergerak lebih volatile karena pasar masih dalam sikap wait and see menanti hasil kebijakan moneter the Fed terakhir tahun ini.
Namun, melandainya inflasi AS menjadi kabar gembira dan diperkirakan bisa menjadi suntikan positif bagi IHSG, rupiah, dan IHSG hari ini.

Inflasi AS Melandai, Pasar Masih Was-Was dengan The Fed?

Semalam, Selasa (12/12/2023) dari negeri Paman Sam kedatangan rilis data inflasi atau Consumer Price Index (CPI) periode November 2023 yang tercatat 3,1% (yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Oktober 2023 yakni 3,2% serta sesuai ekspektasi pasar yakni 3,2%. 
Inflasi November menjadi yang terendah sejak Juni 2023. Laju inflasi juga sudah jauh melandai dibandingkan puncak tertingginya pada Juni 2022 yang tercatat 9,1%.

Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi melandai ke kisaran 2%.

Secara bulanan, inflasi naik ke 0,1% pada November 2023 dari 0% pada Oktober 2023. Inflasi lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0%.

Data inflasi yang rilis semalam cukup melegakan pasar setelah mendapat guncangan pada akhir pekan lalu dari data pasar tenaga kerja AS yang kembali memanas pada November.

Sebagaimana diketahui, tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% di November dari 3,9% pada bulan sebelumnya. Perekonomian juga menambah 199.000 lapangan kerja di luar pertanian, angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober.

Kendati demikian, pasar meyakini sikap the Fed paling tidak di pertemuan terakhir penghujung tahun ini akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga. Pasalnya inflasi telah melandai sesuai harapan, apalagi di tengah musim high season dari natal dan tahun baru (nataru) biasanya akan membuat pemangku kepentingan lebih menjaga momentum daya beli masyarakat agar perekonomian bisa terakselerasi positif.

Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga sudah kian meningkat, mencapai lebih dari 98%. The Fed  menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) kemarin dan hari ini. Hasil keputusan akan diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari pukul 02:00 WIB.

Sebagai informasi, sejak Maret 2022 The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali atau setara 550 basis poin (bps) ke level 5,25% - 5,50%.

Hasil keputusan The Fed menjadi kabar yang paling ditunggu bukan hanya oleh pelaku pasar Indonesia tetapi juga dunia. Dengan status sebagai ekonomi terbesar di dunia maka apapun keputusan The Fed akan berdampak besar terhadap ekonomi global.

Jika The Fed melunak maka ada harapan rupiah akan menguat kencang dan IHSG juga bergerak positif serta SBN kembali diburu investor. Pasalnya, dana asing diperkirakan akan mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia.

Sebaliknya, jika The Fed masih galak maka ada risiko capital outflow dari Indonesia. Perekonomian global juga rawan macet jika The Fed masih galak karena suku bunga masih bisa bertahan tinggi sehingga ongkos pinjaman mahal.

Hari ini AS akan mengumumkan data indeks harga produsen (PPI) untuk November. Pelaku pasar berekspektasi jika PPI aakn melandai ke 2,2% (yoy) pada November dari 2,4% pada Oktober 2023.

Debat Capres, Politik Makin Panas?

Semalam juga telah berlangsung debat perdana capres-cawapres yang akan mengikuti gelaran konstelasi pemilu 2024 mendatang. Debat perdana semakin memanas dengan Tema yang akan diangkat meliputi Hukum, HAM, Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi, dan Penguatan Demokrasi.

Suasana politik yang memanas tentunya akan menjadi gairah bagi pergerakan pasar keuangan Tanah Air. Biasanya akan menjadi berdampak positif bagi beberapa emiten/sektor yang terlibat seperti media, konsumsi, retail, penyedia layanan telekomunikasi, dan lain-nya.

Namun, kondusifitas dari perayaan pesta demokrasi ini tetaplah harus dijaga oleh setiap elemen masyarakat guna momentum positif politik bisa terakselerasi lebih optimal dalam mendukung perekonomian domestik tetap resilient.

Sejumlah isu dibahas dalam debat semalam mulai dari isu demokrasi, kebebasan berpendapat, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), pengangguran, hingga korupsi. 

Bagi pelaku pasar keuangan, debat menjadi penting karena setidaknya bisa memberi petunjuk kemana arah kebijakan masing-masing bacapres. Hal ini akan berdampak besar terhadap kebijakan ekonomi Indonesia ke depan.

Seperti pada debat-debat periode sebelumnya, debat akan menjadi bahan perbincangan masyarakat karena mereka ingin mengetahui visi dan misi bacapres sekaligus melihat kemampuan bacapres dalam menguji gagasan.

Rabu, 13 Desember 2023

Agenda Ekonomi :

1. National Sugar Summit (NSS) 2023 yang akan dihadiri Kepala Badan Pangan Nasional dan Direktur Utama ID FOOD (08:00 WIB)

2. Indonesia Special Economic Zone Business Forum (09:00 WIB)

3. AS akan merilis data indeks harga produsen (PPI) 
4. The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga (Kamis dini hari pukul 02:00 WIB)

Agenda Perusahaan : 

1. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)

  • BUKK

  • DOID

  • PTPP

  • GMTD

2. Cum date dividen BFIN dan GEMS

3. BABP Right Issue

Berikut data indikator ekonomi nasional :

CNBC INDONESIA RESEARCH 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular