Newsletter

Awas! IHSG Bisa Terguncang Kabar Buruk dari China & Covid RI

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
08 December 2023 06:00
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Data pekerja AS menunjukan pelemahan dan semakin menjaga optimisme pelaku pasar bahwa The Fed akan dovish
  • EKonomi China diramal akan melambat dan akan berpengaruh negatif terhadap Indonesia
  • Kasus Covid di Asia Tenggara kembali naik. Misalnya saja Singapura dan Malaysia, Indonesia pun ikut dalam tren kenaikan kasus Covid

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham berhasil mengakhiri perdagangan Kamis (7/12/2023) di zona hijau, setelah sempat bergerak ke zona merah sepanjang perdagangan hari ini

IHSG ditutup menguat 0,67% ke posisi 7.134,623. IHSG akhirnya berhasil ditutup di level psikologis 7.100 pada perdagangan hari ini.

Nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 26 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 177 saham terapresiasi, 377 saham terdepresiasi dan 206 saham stagnan.


Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 4,06%. Selain itu, sektor infrastruktur juga menjadi movers IHSG yakni sebesar 3,08%.

IHSG sempat terkoreksi karena terbebani oleh sentimen dari diturunkannya peringkat utang nasional China oleh Moody's. Lembaga pemeringkat berbasis di Amerika Serikat (AS) ini menurunkan 'outlook' peringkat utang A1 China menjadi "negatif" dari "stabil".

Moody's mengatakan penurunan terjadi akibat biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara akan membebani perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Belum lagi rencana untuk mengendalikan krisis properti.

"Beijing kemungkinan perlu memberikan lebih banyak dukungan kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara yang terlilit utang, yang menimbulkan risiko negatif yang luas terhadap kekuatan fiskal, ekonomi, dan kelembagaan China," menurut laporan tersebut, seperti dikutip Reuters, Rabu (6/12/2023) kemarin.

Kondisi China saat ini dan tahun depan dapat memberikan tekanan bagi Indonesia apalagi China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Sebagai catatan, real estate dan sektor terkait menyumbang lebih dari seperempat perekonomian China. Kondisi China ini berpotensi mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Selain itu, impor China yang baru saja diumumkan pagi ini juga tak terduga turun 0,6% (year-on-year/yoy) menjadi US$ 223,54 miliar pada bulan November 2023, meleset dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 3,3% dan berbalik dari pertumbuhan sebesar 3,0% pada bulan sebelumnya.

Penurunan pembelian ini merupakan yang ke 10 kalinya sepanjang tahun ini, hal ini menunjukkan lemahnya permintaan domestik meskipun ada rencana luas dari pemerintah untuk memulihkan konsumsi.

Pelemahan ekonomi China ini memberikan dampak negatif bagi aktivitas ekonomi Indonesia dan pasar keuangan domestik berpotensi terkena dampak negatifnya.

Sementara nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp15.510/US$ atau terdepresiasi 0,13%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi Rabu (6/12/2023) sebesar 0,06%.

Indeks utama Wall Street naik pada Kamis menghentikan penurunan tiga hari berturut-turut seiring dengan dirilisnya laporan pekerjaan penting pada ]Jumat.

S&P 500 naik 0,80% menjadi 4.585,59, sedangkan indeks Dow Jones bertambah 62,95 poin, atau 0,17%, menjadi 36.117,38. Komposit Nasdaq naik 1,37% menjadi 14,339.99 karena kinerja saham teknologi yang lebih baik.

Alfabet induk Google naik lebih dari 5% karena para pedagang menyambut baik peluncuran model kecerdasan buatan Gemini. Nvidia dan AMD juga menguat masing-masing lebih dari 2% dan 9%.

Kenaikan pada perdagangan Kamis menghentikan penurunan tiga hari berturut-turut pertama sejak Oktober untuk Dow dan S&P 500. Penurunan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran apakah reli di akhir 2023 terhenti. Tiga indeks utama masih tetap siap untuk mengakhiri kuartal keempat dan tahun kalender dengan lebih tinggi, menggarisbawahi kekuatan reli yang terlihat sebelumnya.

Pasar kerja telah menjadi fokus investor minggu ini di tengah serangkaian rilis data yang beragam.

Klaim pengangguran mingguan yang dirilis pada hari Kamis berada di bawah ekspektasi ekonom dan angka klaim pengangguran yang berkelanjutan menurun, menunjukkan bahwa laju PHK tidak meningkat. Departemen Keuangan AS 10 tahunimbal hasil awalnya muncul di balik angka tersebut, mencerminkan kekhawatiran seputar kekuatan pasar tenaga kerja meskipun ada upaya Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi. Imbal hasil terakhir naik hampir 3 basis poin pada 4,148%.

Data penggajian swasta yang dikeluarkan pada hari Rabu menunjukkan bahwa pemberi kerja menambah lebih sedikit posisi dibandingkan perkiraan ekonom.

Sementara itu, volume lowongan pekerjaan pada bulan Oktober turun ke level terendah sejak Maret 2021 , menurut data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Selasa.

Hal ini meninggalkan gambaran yang membingungkan bagi para pedagang menjelang acara utama: laporan pekerjaan resmi pada hari Jumat. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan bahwa 190.000 pekerjaan akan ditambahkan pada bulan November, sebuah peningkatan dari bulan sebelumnya. Investor mengharapkan tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja, sehingga Federal Reserve merasa nyaman dengan keputusannya untuk menghentikan kenaikan suku bunga.

"Pasar kemungkinan besar terlalu terburu-buru dalam memperkirakan penurunan suku bunga pada awal tahun depan," kata Alex McGrath, kepala investasi di NorthEnd Private Wealth.

"Angka pekerjaan besok bisa melemahkan sentimen."

PAsar keuangan Indonesia pada perdagangan hari ini akan digerakkan oleh berbagai sentimen yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri.

Dari luar negeri, jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran naik tipis sebesar 1.000 menjadi 220.000 pada pekan yang berakhir tanggal 2 Desember, sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 222.000, namun menandai angka tertinggi kedua sejak September.

Hasil ini memperpanjang tren saat ini dimana pasar tenaga kerja AS menunjukkan tanda-tanda penurunan dari tingkat pengetatan yang terlihat pada awal tahun.

Jumlah klaim yang disesuaikan secara non-musiman melonjak sebesar 93,761 menjadi 293,511, di tengah peningkatan tajam di California (+14,057), New York (+9,343), dan Texas (+7,698).

Di sisi lain, klaim lanjutan turun sebesar 64.000 menjadi 1.861.000 pada minggu sebelumnya, hal ini menunjukkan perbaikan kondisi bagi para penganggur untuk mendapatkan pekerjaan yang tersedia.

Klaim Pengangguran Awal Amerika SerikatFoto: tradingeconomics
Klaim Pengangguran Awal Amerika Serikat

Data klaim pengangguran awal melengkapi data pekerja yang sebelumnya telah dirilis sebagai acuan investor meproyeksi kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserves (The Fed).

Jumlah lowongan pekerjaan mengalami penurunan sebesar 617.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,73 juta pada Oktober 2023, menandai level terendah sejak Maret 2021 dan berada di bawah konsensus pasar sebesar 9,3 juta.

Bisnis swasta di AS mempekerjakan 103 ribu pekerja pada November 2023, di bawah revisi turun 106 ribu bulan Oktober dan ekspektasi sebesar 130 ribu.

Sementara itu, pertumbuhan upah terus melambat, dengan mereka yang tetap bekerja mengalami kenaikan gaji sebesar 5,6%, yang merupakan kenaikan gaji terkecil sejak September 2021.

Para pekerja yang berpindah pekerjaan mengalami kenaikan gaji sebesar 8,3%, yang merupakan peningkatan terendah sejak Juni 2021.

Angka pekerjaan yang cenderung melandai membuat potensi inflasi AS yang dapat ditekan ke depan mengingat jumlah lowongan kerja yang tersedia semakin berkurang sehingga kesempatan bekerja bagi tenaga kerja semakin sedikit.

Inflasi AS yang melandai dan terus mendekati target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yakni 2% mengindikasikan bahwa suku bunga The Fed berpotensi tidak mengalami kenaikan ke depan.

Saat ini suku bunga The Fed berada di level 5,25-5,5%. Sementara survei pelaku pasar CME FedWatch menunjukkan bahwa pertemuan Desember 2023 dan Januari 2024 berpotensi The Fed menahan suku bunganya dan pasar berekspektasi cut rate akan dilakukan pada Maret 2024 sebesar 25 basis poin (bp).

Ketika suku bunga The Fed melandai, maka selisih antara BI rate dengan The Fed akan semakin jauh sehingga rupiah berpotensi semakin terapresiasi.

Fed RateFoto: FEDWatch
Fed Rate

Di sisi lain, ekonomi China diproyeksikan melambat pada 2024 dan akan mengalami soft landing. Perlambatan tersebut berampak bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang dalam hal ekspor-impor serta salah satu investor besar di Tanah Air.

Dilansir dari Reuters, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan perekonomian China diperkirakan tumbuh 5,4% tahun 2023, setelah mengalami pemulihan yang "kuat" pasca Covid. Sedangkan untuk tahun depan, IMF memperkirakan pertumbuhan akan lebih lambat.

China oleh Moody's. Lembaga pemeringkat berbasis di Amerika Serikat (AS) ini menurunkan 'outlook' peringkat utang A1 China menjadi "negatif" dari "stabil".

Moody's mengatakan penurunan terjadi akibat biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara akan membebani perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Belum lagi rencana untuk mengendalikan krisis properti.

Kondisi China saat ini dan tahun depan dapat memberikan tekanan bagi Indonesia apalagi China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Sebagai catatan, real estat dan sektor terkait menyumbang lebih dari seperempat perekonomian Tiongkok. Kondisi China ini berpotensi mempengaruhi ekonomi Indonesia

Dari dalam negeri. cadangan devisa (cadev) periode November 2023. Cadangan devisa naik US$ 5 miliar menjadi US$ 138,1 miliar.

"Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah," tulis BI dalam siaran pers yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (7/12/2023).

Diketahui, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan baru saja menarik utang baru sebesar US$ 2 miliar atau Rp 31,2 triliun (kurs Rp15.600).

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia (BI) menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Kemudian hari ini akan rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Oktober tercatat meningkat menjadi 124,3, lebih tinggi dibandingkan September 2023, yaitu sebesar 121,7.

Meningkatnya keyakinan konsumen pada Oktober 2023 didorong oleh menguatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE tercatat meningkat terutama pada Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja.

Adapun, kinerja penjualan eceran pada Oktober 2023 yang meningkat. Hal tersebut tercermin dari indeks penjualan riil (IPR) Oktober yang sebesar 206,3, atau secara tahunan tumbuh 1,8%.

Peningkatan kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, Suku Cadang dan Aksesori, serta Makanan, Minuman dan Tembakau.

Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan meningkat sebesar 2,6% (mtm), didorong oleh beberapa kelompok seperti Makanan, Minuman dan Tembakau serta Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya sejalan dengan peningkatan permintaan dalam negeri, persiapan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal, dan kelancaran distribusi.

Data infeksi Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus Covid-19 di RI juga meningkat tajam sejak akhir Oktober 2023. Pada periode 1-26 Oktober, jumlah kasus tercatat 230 sementara angkanya melonjak 54% menjadi 355 pada 1-26 November 2023. Kenaikan ini diperkirakan sejalan dengan masuknya varian Eris atau EG.5 dan EG.2.

Sebelumnya di Singapura, kenaikan kasus Covid-19 pada sepanjang 19 - 25 November diketahui melonjak hingga dua kali lipat menjadi 22.094 kasus dibandingkan pekan sebelumnya sebanyak 10.726 kasus.

Peningkatan kasus Covid-19 juga terjadi di Malaysia, pada periode yang sama kasus infeksi di negeri Jiran tersebut meningkat 57,3% menjadi 3.636 kasus. Dari total kasus itu, merujuk keterangan Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Muhammad Radzi Abu Hassan, 98% orang yang terpapar menunjukkan gejala ringan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. PDB Jepang (06:50 WIB),
  2. IKK Indonesia (10.00 WIB).
  3. Penjualan Ritel Indonesia (10.00 WIB)
  4. Data Penagangguran Amerika Serikat (20.30 WIB)
  5. Gaji Sektor Non Pertanian (20.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular