Newsletter

Ekonomi & Politik RI Memanas Pekan Ini, Ada Kampanye-Inflasi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 November 2023 06:00
ilustrasi uang
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Sebelum memulai perdagangan hari ini hingga beberapa hari ke depan di pekan ini, investor sebaiknya mencermati beberapa agenda ekonomi dari dalam negeri, maupun luar negeri.
Akan ada banyak agenda penting pekan ini, termasuk dimulainya pesta demokrasi empat tahunan yakni kampanye. Data penting yang akan keluar pekan ini adalah peredaran uang, inflasi, hingga PMI Manufaktur.
Untuk hari ini, dari eksternal, rilis data ekonomi cenderung minim dan hanya ada beberapa yang perilisannya tidak terlalu berdampak ke pasar keuangan Tanah Air, seperti data keuntungan industri China periode Oktober 2023 dan data penjualan rumah baru AS periode Oktober 2023.

Peredaran Uang Oktober, Meningkat di awal Kuartal III?

Dari dalam negeri, BI akan merilis data uang beredar periode Oktober 2023 pada hari ini sekitar pukul 10.00 WIB. Data menunjukkan tingkat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2023 meningkat tajam.

Mengutip siaran pers BI, posisi M2 pada September 2023 meningkat 6% menjadi RP 8.440 triliun secara tahunan (yoy). Situs resmi menyebutkan, "Perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang kuasi sebesar 8,4% (yoy)."

Perkembangan utamanya dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit. Kredit tersalurkan pada September 2023 tercatat naik 8,7% seiring dengan peningkatan kredit produktif.

Posisi saat ini menempatkan M2 Indonesia mencatat rekor tertinggi sepanjang masanya di tengah era suku bunga tinggi. Kenaikan ini menandakan perekonomian Indonesia yang masih akan kuat mengalami pertumbuhan.

Di sisi lain, hal ini dapat menjadi kekhawatiran pelaku pasar, pasalnya kenaikan M2 yang signifikan ke depan dapat menjadi indikator inflasi yang tinggi. Artinya, tidak menutup kemungkinan harga barang juga akan melonjak dan BI kembali mengetatkan keuangan.

Sementara itu pada pekan ini, beberapa data ekonomi dan agenda penting akan dirilis dan digelar. Berikut sentimen pasar pada pekan ini.

PMI Manufaktur  Indonesia, China Caixin dan NBS 

China akan mengumumkan data PMI manufaktur periode November pada Kamis (30/11). Sebelumnya, Trading Economics mencatat China secara tak terduga mengalami penurunan indeks manufaktur menjadi 49,5 pada Oktober 2023 dari 50,2 pada bulan September.

Nilai tersebut meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,2 yang menyoroti bahwa pemulihan ekonomi di negara tersebut masih rapuh dan diperlukan lebih banyak langkah dukungan dari pemerintah.

China juga akan merilis data PMI manufaktur Caixin periode November pada Jumat (1/12). PMI Manufaktur Umum Caixin Tiongkok turun menjadi 49,5 pada Oktober 2023 dari 50,6 pada bulan September, meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,8.

Angka tersebut menunjukkan kontraksi pertama di sektor manufaktur sejak bulan Juli di tengah penurunan output dan berada di bawah ambang batas 50.

Melemahnya ekonomi China dapat menjadi sentimen negatif pasar keuangan domestik. Pasalnya, China merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-2 dunia dan ekonomi pemimpin Asia.

Lesunya ekonomi China dapat berdampak pada perlambatan perdagangan, sehingga tingkat ekspor-impor dengan Indonesia akan mengalami gangguan.

S&P Global pada Jumat pekan ini juga akan merilis data PMI Manufaktur sejumlah negara mulai dari Indonesia, hingga beberapa negara Asia.

Sebagai catatan, aktivitas manufaktur Indonesia kembali jeblok pada Oktober 2023. Untuk periode Oktober 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 51,5. Indeks PMI terjun ke level terendah sejak Mei 2023 atau terendah dalam lima bulan terakhir.

S&P Global menjelaskan PMI melambat karena menurunnya pemesanan baru dari luar negeri sejalan dengan melambatnya permintaan. Kepercayaan bisnis dalam 12 bulan ke depan turun jauh ke level terendah sejak Februari 2023. Kepercayaan bisnis ambruk karena meningkatnya ketidakpastian global ke depan.

Inflasi  Indonesia dan Uni Eropa (UE)

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi November pada Jumat pekan ini (1/12/2023). Inflasi Indonesia naik menjadi 2,56% (year on year/yoy) dan 0,17% (month to month/mtm)pada Oktober 2023. Kelompok pangan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar karena lonjakan harga beras, bensin dan cabai rawit. Hal ini menunjukkan bahwa harga pangan di Indonesia mayoritas menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya sehingga membebani masyarakat.

Inflasi inti sebesar 1,19% yoy yang merupakan posisi terendah sejak 21 bulan terakhir. Secara tahunan, inflasi Oktober melesat dibandingkan September yang tercatat 2,28% sementara secara bulanan lebih rendah dibandingkan September (0,19%).

Inflasi bulanan pada November diperkirakan meningkat sejalan dengan naiknya harga sejumlah komoditas pangan, terutama cabai rawit, beras, dan gula. Namun, penurunan harga BBM non-subsidi bisa menekan inflasi November.

Di beberapa wilayah Indonesia, harga cabai sudah menembus  Rp 120.000/kg. Secara tahunan, ketiga bahan pangan tersebut juga melonjak.

Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian perdagangan (Kemendag) menunjukkan, sejumlah harga bahan pangan pokok bahkan sudah mengalami kenaikan 90% lebih. Beras medium naik 24,77% dari Rp10.900 ke Rp13.600 per kg, cabai merah keriting naik 97,36% dari Rp34.100 ke Rp67.300 per kg, cabai rawit merah naik 79,25% dari Rp47.700 ke Rp85.500 per kg, dan bawang putih Honan naik 41,86% dari Rp25.800 ke Rp36.600 per kg.


Gabungan negara Eropa akan merilis data inflasi periode November pada Kamis mendatang. Sebelumnya, inflasi Uni Eropa tercatat sebesar 2,9% pada Oktober lalu, berada di bawah perkiraan konsensus 2,8% (yoy).

Meski demikian, persentase kenaikan harga di Eropa menunjukkan level terendah sejak Juli 2021 namun masih di atas target bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) sebesar 2%. Melambatnya inflasi UE terutama didorong oleh penurunan harga energi dan perlambatan ekonomi.

Sementara itu, tingkat suku bunga inti, tidak termasuk harga pangan dan energi yang berfluktuasi, juga turun menjadi 4,2% pada bulan Oktober, mencapai level terendah sejak Juli 2022.

Sentimen ini dapat menjadi pendorong pasar, sebab terkendalinya inflasi akan membuat kebijakan bank sentral yang lebih melunak. Biasanya, hal ini akan membuat pelaku pasar lebih berani mengambil risiko dalam berinvestasi termasuk di pasar modal.

 Pidato Ketua The Fed, Jerome Powell

Pelaku pasar juga akan menantikan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell pada Jumat mendatang. The Fed sebelumnya mempertahankan kisaran target suku bunga pada level tertinggi dalam 22 tahun di 5,25-5,5%.

Penahanan ini untuk kedua kalinya berturut-turut di bulan November, mencerminkan fokus ganda para pengambil kebijakan dalam mengembalikan inflasi ke target 2% sambil menghindari pengetatan moneter yang berlebihan.

Para pengambil kebijakan menekankan bahwa tingkat pengetatan kebijakan ke depan akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga terhadap aktivitas perekonomian dan inflasi, serta perkembangan perekonomian dan pasar keuangan.

Selama konferensi pers, Powell mengisyaratkan bahwa dot-plot bulan September yang menunjukkan mayoritas peserta memperkirakan kenaikan suku bunga satu kali lagi pada tahun ini mungkin tidak lagi akurat.

Dia juga menyatakan FOMC belum membahas penurunan suku bunga apa pun, sementara fokus utama tetap pada apakah bank sentral perlu menerapkan kenaikan suku bunga tambahan. 

Masa Kampanye Pemilu 2024 Dimulai

Pada pekan ini, tepatnya Selasa besok (28/11/2023), masa kampanye Pemilu 2024 resmi dimulai. Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sendiri telah mengatur jadwal dan agenda kampanye Pemilu 2024, yakni mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2023.

Selama periode ini, KPU mengagendakan pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga kampanye di tempat umum, debat pasangan calon presiden dan wakil presiden, dan kampanye di media sosial.

Selain itu, tentunya, calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) beserta partai pengusungnya juga akan berkampanye di hadapan masyarakat mulai Selasa besok.

Adapun secara historis, IHSG cenderung bergairah saat masa kampanye berlangsung.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular