
Ekonomi & Politik RI Memanas Pekan Ini, Ada Kampanye-Inflasi

Beralih ke AS, mayoritas bursa saham Wall Street sepanjang pekan lalu terpantau menguat, karena membaiknya data-data ekonomi di AS dan ditopang oleh liburnya pasar keuangan AS dalam rangka Hari Thanksgiving.
Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau melesat 1,27%, sedangkan S&P 500 melonjak 1%, dan Nasdaq Composite menguat 0,89%.
Namun pada perdagangan Jumat pekan lalu, Wall Street ditutup bervariasi. Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,33% ke posisi 35.390,148 dan S&P 500 naik tipis 0,06% ke 4.559,34. Sedangkan untuk indeks Nasdaq melemah 0,11% menjadi 14.250,86.
Pergerakan ini terjadi ketika yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) pekan lalu mencapai posisi terendah dalam beberapa bulan terakhir, di tengah harapan inflasi akan mereda dan The Fed mungkin tidak akan menaikkan suku bunganya.
Yield Treasury tenor 10 tahun naik 6 basis poin menjadi sekitar 4,476% pada Jumat pekan lalu.
Cerahnya Wall Street juga disebabkan karena periode pendek perdagangan pekan lalu, karena adanya libur Hari Thanksgiving.
Sementara itu, sebuah survei yang dilakukan NRF, sebuah kelompok perdagangan ritel AS, menunjukkan pembeli AS berencana menghabiskan rata-rata US$ 875 untuk pembelian saat liburan tahun ini, peningkatan tahunan sekitar 5%.
Di lain sisi, data terbaru menunjukkan aktivitas bisnis AS tetap stabil pada November, namun lapangan kerja di sektor swasta menurun.
Sementara dari sisi pasar tenaga kerja yang mendingin tercermin dari data pekerjaan yang tercatat di luar sektor pertanian atau non-farm payroll (NFP) hingga Oktober 2023 berada di angka 150.000, menyusut dari bulan sebelumnya sebesar 297.000 dan lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 180.000. Tingkat pengangguran juga sudah naik ke angka 3,9% dari sebelumnya 3,8%.
Kedua indikator tersebut menjadi kesatuan yang cukup memungkinkan prospek kebijakan moneter akan melunak paling tidak hingga akhir tahun ini.
Menurut alat pemeringkat FedWatch Tool, peluang pemangku kebijakan dalam bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menahan suku bunga pada rapat FOMC 13 Desember 2023 mendatang sudah berada di 95,50%.
The Fed sebelumnya telah menaikkan suku bunga acuan pinjaman lebih dari lima poin persentase sejak Maret 2022 sebagai bagian dari siklus pengetatan moneter global.
"Data (ekonomi) yang lebih lemah dan inflasi yang lebih lemah di AS telah memberikan harapan pasar akan mulai melihat penurunan suku bunga," kata Peter Doherty, direktur manajemen investasi di Arbuthnot Latham di London.
(chd/chd)