Newsletter

Ada Kabar Baru Soal Suku Bunga AS, RI Bisa Kena Getahnya!

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
22 November 2023 06:00
US-ECONOMY-BANK-RATE-INFLATION
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Sentimen luar negeri datang dari risalah pertemuan FOMC dan ambruknya Wall Street. Dari dalam negeri, pengumuman Upah Minimum Provinsi (UMP) bisa menjadi penggerak pasar hari ini.

Risalah FOMC, The Fed Lebih Hati-Hati Tapi Belum Ada Sinyal Pemangkasan
The Fed merilis risalah untuk pertemuan FOMC pada Oktober lalu pada Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia.  Risalah FOMC menunjukkan jika pejabat The Fed akan lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga. Mereka juga mengisyaratkan hanya akan menaikkan suku bunga jika upaya untuk mengendalikan inflasi goyah.

Tidak hanya itu, dasar pertimbangan akan menunjukkan sedikit perubahan dari obsesi mengendalikan inflasi hingga 2% menjadi menahan suku bunga acuan tetap stabil, khususnya jika tidak ada kejutan kenaikan harga signifikan.

"Seluruh partisipan sepakat Komite ada di posisi untuk memproses (kebijakan) secara hati-hati. Kebijakan akan diputuskan berdasarkan informasi yang berkembang dan dampaknya kepada ekonomi," tulis risalah FOMC, dikutip dari website resmi The Fed.

Risalah tersebut menuliskan jika kondisi keuangan kini semakin ketat dipicu oleh imbal hasil yang lebih tinggi, kenaikan dolar, serta turunnya harga saham. Sebagian anggota FOMC melihat meskipun ekonomi masih tangguh dan pasar tenaga kerja AS masih kuat tetapi masih ada risiko dari perlambatan ekonomi. Risiko tersebut bisa membesar jika kondisi keuangan dan kredit makin ketat.

Risalah tersebut menambahkan jika anggota komite tetap mempertimbangkan untuk mengetatkan kebijakan moneter jika data yang berkembang menunjukkan target The fed dalam menekan inflasi tak memadai.

Kalimat ini lebih dovish dibandingkan FOMC pada pertemuan September di mana disebutkan mayoritas partisipan masih melihat kebutuhan untuk menaikkan suku bunga.

Namun, risalah FOMC belum menyebut apapun mengenai keinginan The Fed untuk memangkas suku bunga. The Fed masih khawatir jika inflasi masih bisa naik dan langkah The Fed selama ini belum cukup untuk meredam kenaikan harga.

"Dalam mendiskusikan outlook kebijakan, partisipan memastikan bahwa sangat penting untuk menjaga stance kebijakan moneter secara terbatas dalam mengembalikan inflasi ke target sasaran 2%," tulis FOMC.

Pelaku pasar melihat risalah FOMC semakin menegaskan optimisme mereka jika The Fed tidak akan mengerek suku bunga lagi. Terlebih, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3,2% (year on year/yoy) pada Oktober 2023, dari 3,7% (yoy) pada September 2023.
Kendati demikian, tidak adanya pernyataan apapun mengenai pemangkasan suku bunga membuat pasar kecewa.

Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar melihat kemungkinan 94% The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan 11-12 Desember mendatang. Posisi ini turun tipis dibandingkan pada hari sebelumnya yang mencapai 100%.

Pelaku pasar juga melihat kemungkinan 60% jika The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 30 April-1 Mei 2024, proyeksi ini naik dibandingkan sebelumnya yakni 57%.

 Kenaikan UMP, Jakarta Tertinggi

Sejumlah provinsi sudah menetapkan UMP untuk 2024. Kenaikan UMP diharapkan menjadi daya dorong konsumsi serta pertumbuhan ekonomi. Dampak panjangnya adalah naiknya penjualan perusahaan serta meningkatnya investasi.
Kenaikan UMP akan menguntungkan perusahaan-perusahaan yang bergerak di consumer goods seperti PT Unilever Indonesia (UNVR) ataupun grup Indofood. Jika upak naik maka perusahaan pembiayaan kendaraan atau rumah akan diuntungkan karena makin banyak buruh yang memiliki uang lebih untuk mengajukan kredit.

Setidaknya 16 provinsi di Indonesia sudah menetapkan upah minimum provinsi 2024. Untuk sementara Maluku Utara menjadi provinsi dengan kenaikan tertinggi yakni 7,5% atau Rp221.646,57 menjadi Rp3.200.000 dari UMP tahun 2023 yang sebesar Rp2.976.720.

Namun dari sisi nominal, Jakarta masih menjadi yang terbesar. Pemprov DKI Jakarta akhirnya mengumumkan UMP 2024 menjadi sebesar Rp5.067.381 atau hanya naik 3,6% atau Rp 165.583.

"Pemerintah DKI menetapkan alpha tertinggi yaitu alpha 0,3 sesuai PP (PP No 51 Tahun 2023). Pemda DKI tidak bisa melewati dari PP yang ditentukan. Jadi rupiahnya dari Rp 4,9 juta jadi Rp 5.067.381," ungkap Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Gedung Balai Kota, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga mengumumkan UMP naik 4,02% dari UMP 2023 yang sebesar Rp1.958.169,69 menjadi Rp2.036.947.

RDG BI di Tengah Kembali Defisitnya NPI dan Transaksi Berjalan
BI hari ini akan mulai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Kamis (23/11/2023).
Konsensus pasar sejauh ini memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 6,0%. Namun, ada sejumlah analis yang memperkirakan BI akan kembali mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 6,25%.

BI secara mengejutkan mengerek suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6% pada pertemuan Oktober lalu di tengah pelemahan rupiah yang sangat tajam. 

Fokus BI diyakini masih pada upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Nilai tukar memang menguat tajam pada November yakni menembus 2,88% tetapi masih rawan jatuh jika ada perubahan kebijakan suku bunga The Fed.
Kembali defisitnya transaksi berjalan dan NPI juga bisa menjadi batu sandungan BI.

Seperti diketahui, neraca transaksi berjalan pada kuartal III-2023 menorehkan defisit senilai US$900 juta atau sekitar Rp 3, 91 triliun (US$ 1=Rp 15.450). Nilai tersebut setara dengan 0,25% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini jauh menurun dibandingkan dengan defisit US$ 2,2 miliar (Rp 33,9 triliun) atau 0,63% dari PDB pada triwulan sebelumnya.

Defisit transaksi berjalan ini merupakan untuk kedua kalinya yang terjadi secara beruntun yang juga sempat terjadi pada kuartal I dan kuartal II-2021 atau dua tahun yang lalu.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III-2023 tercatat defisit US$1,5 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar US$7,4 miliar. Penurunan ini ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial yang membaik.

Defisit NPI ini merupakan untuk kedua kalinya yang terjadi secara beruntun yang juga sempat terjadi pada kuartal I dan kuartal II-2021 atau dua tahun yang lalu.

Transaksi finansial masih mencatat defisit sebesar US$ 290 juta pada Juli-September 2023 karena membengkaknya defisit pada investasi portofolio.

Investasi portofolio yang mencatat investasi di pasar keuangan seperti saham dan obligasi tercatat defisit defisit sebesar US$ 3,13 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II-2023 yang tercatat sebesar US$ 2,63 miliar.

Besarnya defisit pada transaksi finansial ini mencerminkan banyaknya investor asing yag kabur dari pasar keuangan Indonesia pada Juli-September 2023.

(mza/mza)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular