
Kegelisahan Jokowi Terbukti! Asing Kabur, RI Jadi Tekor

Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali mengalami defisit pada kuartal III-2023. Defisit pada NPI juga menunjukkan masih besarnya arus modal asing yang keluar dari Tanah Air.
Bank Indonesia hari ini, Selasa (21/11/2023) telah mengumumkan data transaksi berjalan dan NPI kuartal III-2023.
Neraca transaksi berjalan pada kuartal III-2023 menorehkan defisit senilai US$900 juta atau sekitar Rp 3, 91 triliun (US$ 1=Rp 15.450). Nilai tersebut setara dengan 0,25% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini jauh menurun dibandingkan dengan defisit US$ 2,2 miliar (Rp 33,9 triliun) atau 0,63% dari PDB pada triwulan sebelumnya.
"Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat didukung oleh perbaikan permintaan beberapa komoditas ekspor, terutama besi dan baja, di tengah tren harga komoditas yang masih turun," ungkap Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi BI, Selasa (21/11/2023).
Defisit transaksi berjalan ini merupakan untuk kedua kalinya yang terjadi secara beruntun yang juga sempat terjadi pada kuartal I dan kuartal II-2021 atau dua tahun yang lalu.
Menyempitnya transaksi berjalan ditopang oleh membaiknya neraca barang dan jasa serta pendapatan primer. Surplus dagang meningkat menjadi US$ 10, 27 miliar pada kuartal II-2023, dari US$ 61,97 miliar pada kuartal II-2023.
Defisit pada neraca jasa menyempit menjadi US$ 4,11 miliar pada Juli-September 2023, dari US$ 4,73 miliar pada April-Juni 2023. Defisit pada pendapatan primer mengecil menjadi US$ 8,49 miliar pada kuartal III-2023, dari US$ 9,16 miliar pada kuartal II-2023.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III-2023 tercatat defisit US$1,5 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar US$7,4 miliar. Penurunan ini ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial yang membaik.
Defisit NPI ini merupakan untuk kedua kalinya yang terjadi secara beruntun yang juga sempat terjadi pada kuartal I dan kuartal II-2021 atau dua tahun yang lalu.
Kegelisahan Jokowi Terbukti, Investor Asing Ramai-Ramai Kabur dari RI
Surplus pada transaksi modal juga mengalami peningkatan dari US$5 juta pada kuartal II-2023 menjadi US$8 juta pada kuartal III-2023. Kondisi ini berbanding terbalik dengan transaksi finansial yang masih mencatat defisit sebesar US$ 290 juta pada Juli-September 2023.
Defisit memang jauh lebih kecil dibandingkan pada kuartal II-2023 yang menembus US$ 4,85 miliar. Namun, investasi portofolio yang mencerminkan pergerakan investor asing di saham, obligasi, dan rupiah jeblok.
Seperti diketahui, transaksi finansial mencatat investasi langsung serta investasi portofolio. Investasi langsung merupakan bentuk investasi sektor riil di mana perusahaan menanamkan modal mulai dari membangun pabrik, beroperasi, dan ekspansi.
Pada kuartal III-2023, investasi langsung tercatat surplus US$ 2,77 miliar, turun dibandingkan pada kuartal II-2023 yang tercatat US$ 3,98 miliar.
Sementara itu, investasi portofolio mencatat investasi di pasar keuangan seperti saham dan obligasi.
Investasi portofolio mencatat defisit defisit sebesar US$ 3,13 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II-2023 yang tercatat sebesar US$ 2,63 miliar.
Data BI mencatat investor asing mencatat outflow di pasar Surat Utang Negara (SUN) sebesar US$ 1,3 miliar, berbalik arah dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat inflow sebesar US$ 2,5 miliar.
Kepemilikan asing pada SUN rupiah tercatat turun menjadi US$ 51,9 miliar atau 17,8% pada akhir kuartal III-2023. Pada kuartal II-2023, kepemilikan asing masih tercatat US$ 44 miliar atau 8,5%.
"Ketidakpastian global terus berlanjut dan semakin meningkat. Perkembangan ini mendorong asing beralih je aset yang lebih likuid dan mengakibatkan investasi portofolio sisi kewajiban sektor publik mencatat aliran keluar neto dana asing," tulis Bank Indonesia dalam laporannya.
Larinya investor asing menjadi salah satu kekhawatiran dan kegelisahan besar Presiden Joko Widodo (Jokowi) tahun ini. Presiden secara khusus membentuk satuan tugas (satgas) untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional serta memperkuat neraca perdagangan pada September lalu.
Jokowi juga secara khusus mengkhawatirkan banyaknya investor asing uang kabur ke AS. Jokowi, pada Oktober lalu, mengatakan fenomena kenaikan suku bunga yang tinggi dan dalam waktu lama atau higher for longer yang terjadi di Amerika Serikat (AS) memberikan imbas yang berat ke banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pasalnya, kondisi ini memicu arus modal kabur dari Tanah Air dan menyebabkan pelemahan terhadap rupiah.
"Capital outflow semua lari balik ke Amerika Serikat," ungkap Jokowi dalam pertemuan beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (27/10/2023).
Defisit investasi portofolio dan transaksi finansial ini merupakan untuk kedua kalinya yang terjadi secara beruntun yang juga sempat terjadi pada kuartal IV-2021 hingga kuartal IV-2022 atau lima kuartal beruntun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)