
Kegelisahan Jokowi Akan Terjawab Hari Ini....

Pelaku pasar domestik menantikan kabar terbaru dengan rilisnya data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan transaksi berjalan Indonesia kuartal-III 2023. Data ini dinantikan investor, pasalnya transaksi berjalan menjadi indikator yang sangat penting dan berpengaruh terhadap pergerakan rupiah. Data transaksi berjalan akan dirilis pagi ini, Selasa (21/11) pukul 10.00 WIB.
Publik kini menantikan apakah transaksi berjalan dan NPI Indonesia akan melanjutkan tren defisit atau berbalik arah menjadi surplus. Bila transaksi berjalan kembali defisit maka dikhawatirkan bisa menekan rupiah.
UMP DKI Jakarta
Hari ini, pemerintah provinsi DKI Jakarta akan mengumumkan ketetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk 2024. Kenaikan UMP Jakarta menjadi barometer nasional karena menjadi pusat bisnis sekaligus yang pertama di Indonesia. Sebagai catatan, UMP Jakarta pada 2023 sebesar sebesarRp 4.901.798.
Pada Jumat (17/11/2023) Pemprov DKI Jakarta menggelar sidang Dewan Pengupahan untuk menentukan nilai UMP DKI Jakarta 2024. Sidang yang berlangsung selama kurang lebih 4,5 jam, mulai dari pukul 14.00-18.30 WIB itu tidak langsung menemukan satu kesepahaman, bahkan dikatakan alot. Anggota Dewan Pengupahan Provinsi DKI Jakarta unsur Pemerintah mengusulkan besaran nilai UMP DKI Jakarta Tahun 2024 sebesar Rp5.067.381.
Dewan Pengupahan DKI Jakarta unsur Organisasi Pengusaha mengusulkan besaran nilai UMP sebesar Rp 5.043.068. Sementara itu, Dewan Pengupahan Provinsi DKI Jakarta unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh menjadi sebesar Rp5.637.068.
NPI & Transaksi Berjalan Kuartal III-2023, Akankah Hantu Twin Deficit Kembali Muncul?
Hari ini, Bank Indonesia akan mengumumkan data NPI dan transaksi berjalan kuartal III-2023. Kedua data ini akan menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia dari kekuatan ekspor, pasokan dolar, serta investasi langsung dan investasi portofolio yang mencerminkan minat investor asing dalam menanamkan modal di Indonesia.
Publik juga menunggu apakah Indonesia masih akan mencatat twin deficit pada kuartal III-2023 setelah membukukan twin deficit pada transaksi berjalan dan finansial pada kuartal II-2023.
Seperti diketahui, transaksi berjalan tercatat defisit sebesar US$1,9 miliar atau 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2023. Defisit ini adalah yang pertama sejak kuartal II-2021.
Defisit tersebut diperburuk dengan rapor merah di neraca transaksi finansial yang membukukan defisit sebesar US$ 4,97 miliar, berbanding terbalik dengan surplus US$ 3,68 pada kuartal sebelumnya.
Neraca transaksi finansial yang merekam investasi langsung dan portofolio membukukan defisit sebesar US$ 4,97 miliar pada April-Juni 2023, berbalik arah dari surplus US$ 3,68 miliar pada Januari-Maret 2023. Neraca investasi portofolio mencatatkan defisit sebesar US$ 2,59 miliar pada kuartal II-2023, berbalik arah dari surplus US$ 3,03 miliar pada kuartal I-2023.
Besarnya defisit pada transaksi berjalan serta investasi portofolio membuat, secara keseluruhan, NPI mencatat defisit sebesar US$ 7,37 miliar pada kuartal II-2023. Defisit ini adalah yang pertama sejak kuartal III-2022.
Transaksi berjalan berbalik arah menjadi defisit karena melemahnya ekspor. Kaburnya investor asing juga membuat Neraca Pembayaran Indonesia terperosok ke zona negatif.
Neraca transaksi finansial juga masuk ke zona negatif karena derasnya capital outflow. Asing memilih kabur sejalan dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, serta peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sesuai pola kuartalan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) menjelaskan surplus neraca perdagangan sebesar US$7,8 miliar pada kuartal III akan menopang prospek transaksi berjalan tetap sehat.
Namun, meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global mendorong aliran keluar modal asing (net outflows) dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan III 2023 sebesar US$ 2,1 miliar. NPI pada 2023 diprakirakan tetap baik dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB.
Ekspor, investasi, dan larinya investor asing menjadi salah satu kekhawatiran dan kegelisahan besar Presiden Joko Widodo (Jokowi) tahun ini. Presiden secara khusus membentuk satuan tugas (satgas) untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional serta memperkuat neraca perdagangan pada September lalu.
Jokowi juga secara khusus mengkhawatirkan banyaknya investor asing uang kabur ke AS. Jokowi, pada Oktober lalu, mengatakan fenomena kenaikan suku bunga yang tinggi dan dalam waktu lama atau higher for longer yang terjadi di Amerika Serikat (AS) memberikan imbas yang berat ke banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pasalnya, kondisi ini memicu arus modal kabur dari Tanah Air dan menyebabkan pelemahan terhadap rupiah.
"Capital outflow semua lari balik ke Amerika Serikat," ungkap Jokowi dalam pertemuan beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (27/10/2023).
Liburan Panjang, Angin Segar Perekonomian RI
Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi pergerakan masyarakat pada saat musim liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 bisa mencapai 107,63 juta orang atau 39,83% dari total populasi nasional. Angka ini melompat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Demikian hasil survei daring potensi pergerakan masyarakat masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/2024.
"Pada libur Nataru tahun lalu diprediksi yang melakukan pergerakan 44,17 juta orang, sementara tahun ini diprediksi 107,63 juta orang. Jadi meningkatnya sangat signifikan di atas seratus persen, yaitu 143,65%," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangan resmi Kemenhub, Senin (20/11/2023).
Alasan masyarakat bepergian di masa libur Natal dan Tahun Baru yang paling tertinggi adalah liburan ke lokasi wisata (45,29%). Kemudian liburan pulang kampung (30,15%), serta merayakan Natal dan Tahun Baru di kampung halaman (18,98%).
Lebih lanjut, pilihan moda transportasi yang digunakan untuk melakukan perjalanan didominasi penggunaan kendaraan pribadi, yaitu mobil 35,57% (39,97 juta orang) dan motor 17,92% (20,14 juta orang).
Sedangkan untuk transportasi umum, pergerakan didominasi moda kereta api 13,16% (14,79 juta orang), pesawat 11,91% (13,38 juta orang), bus 10,94% (12,29 juta orang), kapal penyeberangan 6,04% (6,78 juta orang), dan kapal laut 3,44%. (3,86 juta orang).
Sementara, 5 daerah tujuan perjalanan terbesar yaitu, pertama, Jawa Timur 15,18% (16,34 juta orang). Kemudian, Jawa Tengah 13,80% (14,86 juta orang), Jawa Barat 11,62% (12,51 juta orang), Jabodetabek 9,19% (9,89 juta orang), dan D.I Yogyakarta 8,92% (9,60 juta orang). Libur panjang diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan konsumsi dan ekonomi daerah sehingga PDB pada kuartal IV akan melesat.
Dalam catatan Bank Indonesia, perputaran uang tunai selama Ramadan dan Lebaran 2023 diperkirakan mencapai Rp195 triliun. Uang tersebut menggerakan ekonomi hingga penjualan emiten di bursa mulai dari sektor transportasi hingga consumer goods. Emiten seperti PT Garuda Indonesia (GIAA), PT Jasa Marga (JSMR), ataupun PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) adalah beberapa emiten yang akan diuntungkan.
Sektor apa yang layak dikoleksi?
Sentimen NPI sedikit banyak akan mempengaruhi pasar modal domestik. Defisitnya NPI memungkinkan menyebabkan pelemahan rupiah. Hal ini akan berdampak positif pada perusahaan yang mengekspor produknya dan merugikan emiten pengimpor.
Salah satu sektor yang kinerja keuangannya banyak dipengaruhi ekspor adalah komoditas, terutama batu bara dan kelapa sawit. Di sisi lain, sektor yang banyak melakukan impor atau membayar bebannya menggunakan dolar AS dan menerima pendapatan dalam rupiah akan mendapatkan kerugian, jika rupiah melemah.
Biasanya, emiten yang memiliki ciri khas tersebut bergerak pada sektor barang perindustrian. Perusahaan sektor ini membeli bahan baku dari luar negeri dan diolah untuk dijual dalam negeri serta terdapat juga membeli peralatan mesin dari luar negeri.
Sebagai informasi, impor Indonesia erat dengan produk mesin & alat angkutan, barang pabrik, bahan kimia, dsb. Pelemahan rupiah akan merugikan perusahaan yang memiliki ciri khas tersebut dan begitu pula sebaliknya.
Selain itu, sektor yang akan diuntungkan dengan potensi liburan akhir tahun ini akan terlihat pada beberapa sektor, yaitu transportasi, siklikal (retailer), dan properti (perhotelan dan pusat belanja).
Aktivitas berlibur akan mendorong meningkatnya aktivitas transportasi masyarakat. Selain itu, liburan juga erat kaitannya dengan berbelanja, sehingga akan berdampak positif untuk retailer dan pemilik mall. Tidak hanya itu, sektor properti juga akan diuntungkan dari aktivitas masyarakat menginap di hotel, sehingga occupancy rate meningkat dan pendapatan melesat.
Selain itu, terdapat kemungkinan new economy kembali unjuk gigi. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan bank sentral mulai melunak seiring data perekonomian yang lemah dari sisi tenaga kerja dan inflasi yang lebih terkendali.
Hal ini terlihat dari bursa AS yang banyak mengalami penguatan pada sektor teknologi. Tidak hanya itu, pasar domestik juga mulai menunjukkan penguatannya pada sektor renewable energy terlihat pada dari kenaikan saham BREN yang menempatkan sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar ke-2.
Source: The Motley Fool
Namun, investor tetap harus waspada dalam berinvestasi pada sektor ini, pasalnya new economy memang memiliki pertumbuhan yang pesat, namun sering kali euforia berlebihan pasar menyebabkan valuasi yang tidak masuk akal.
Hal ini memungkinkan terjadinya The Greater Fool Theory atau euforia pelaku pasar yang rela membeli di harga yang jauh lebih mahal dari fundamental bisnisnya, sehingga akan terjadi bubble dan pada waktunya gelembung tersebut akan meletus dan harga kembali rontok.
Sebelumnya, kejadian serupa telah terjadi pada 2021 saat booming sektor new economy: teknologi bank digital. Sektor ini melesat hingga bubble meletus seiring suku bunga dinaikkan yang menyebabkan pelaku pasar menjadi lebih menghindari investasi dengan risiko tinggi.
(mza/mza)