NEWSLETTER

The Fed Tetap Galak, Nasib IHSG dan Rupiah Genting?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
13 November 2023 06:00
Ilustrasi Jerome Powell (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)
Foto: layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup menguat pada perdagangan Jumat (10/11/2023), dimana investor ragu bahwa suku bunga akan naik bahkan setelah Ketua The Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat mungkin diperlukan untuk mengendalikan inflasi.

Dow Jones melonjak 1,15% di level 34.283,10, S&P 500 meroket 1,56% di level 4.415,24, dan Nasdaq melesat 2,05% di level 13.798,11.

Pernyataan Powell pada hari Kamis bahwa perjuangan untuk memulihkan stabilitas harga "masih panjang" pada awalnya mengguncang pasar. Namun pasar tenaga kerja yang lebih lemah seperti yang terlihat dalam laporan pengangguran minggu lalu dan spekulasi bahwa indeks harga konsumen (CPI) minggu ini akan menunjukkan inflasi yang lebih lambat mendorong para pembeli untuk mengambil tindakan.

"Bahkan dengan komentar Powell kemarin, sebagian besar komentar tersebut diabaikan karena terdengar terlalu hawkish. Masyarakat tidak benar-benar yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga di masa depan," ujar Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities di Los Angeles.

"Terlalu banyak orang yang berlebihan dalam jangka pendek, baik pada saham maupun obligasi, dan Anda telah melihat penurunan yang sangat besar dalam seminggu terakhir."

Banyak investor yang menerima anggapan bahwa suku bunga AS telah mencapai puncaknya setelah The Fed mempertahankan suku bunga pinjaman tetap stabil pada minggu lalu, sebuah langkah yang memperkuat spekulasi bahwa siklus pengetatan telah berakhir dan mendorong reli aset-aset berisiko hingga perdagangan Kamis kemarin.

Thierry Wizman, ahli strategi FX dan suku bunga global di Macquarie di New York, mengatakan dengan penurunan harga bensin, data CPI bisa memberikan kejutan ke sisi negatifnya.

"Kita juga bisa melihat beberapa kejutan penurunan pada komponen inti harga sewa, misalnya tarif pesawat, mobil baru, dan lain-lain," ucapnya. "Jika kita mendapatkan CPI yang rendah minggu ini, imbal hasil bisa turun di sekitar angka tersebut dan kita mungkin akan mengalami pelemahan dolar."

CPI Inti secara bulanan diperkirakan meningkat 0,3% di bulan Oktober 2023, dengan kenaikan secara tahunan sebesar 4,1%, menurut analis Reuters. Perkiraan kenaikan keduanya sama dengan bulan September 2023.

Namun sentimen konsumen AS turun untuk bulan keempat berturut-turut pada bulan November 2023 dan ekspektasi rumah tangga terhadap inflasi kembali meningkat, dengan perkiraan tekanan harga jangka menengah berada pada titik tertinggi lebih dalam dari belasan tahun.

(saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular