
Ekonomi RI Mengecewakan, Semoga Ada Kabar Baik dari China

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street berpesta dengan kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau pada Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia (7/11/2023).
Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,1% ke posisi 34.095.86. Indeks S&P naik 0,18% ke 4.365,98. Indeks Nasdaq juga melesat 0,3% ke 13.518,78.
Semua indeks rata-rata utama menunjukkan minggu-minggu terbaiknya tahun ini sejauh ini, dan juga memberikan sinyal positif untuk memulai perdagangan bulan November.
Laporan pekerjaan bulanan yang lemah juga mendorong imbal hasil obligasi lebih rendah, sehingga memberikan dorongan pada ekuitas.
"Pasar saham memiliki awal yang kuat di bulan November, dan langkah ini tampaknya pantas dilakukan mengingat apa yang kita lihat di sebagian besar, meskipun tidak semua, indikator sentimen kami," tulis Lori Calvasina, kepala strategi ekuitas AS di RBC. Pasar modal.
"Secara umum, pandangan kami selama sebulan terakhir ini adalah jika lonjakan imbal hasil segera dihentikan, ekuitas AS dapat keluar tanpa menimbulkan terlalu banyak kerugian tambahan," tambahnya.
Minggu ini tidak banyak data ekonomi dan pendapatan perusahaan, namun penurunan musiman dapat membantu pemulihan saham lebih lanjut. November adalah bulan dengan kinerja terbaik untuk S&P 500, menurut Almanak Pedagang Saham.
Adam Turnquist dari LPL Financial mencatat bahwa periode pengembalian enam bulan terbaik untuk pasar sejak tahun 1950 juga dimulai. S&P telah menghasilkan pengembalian rata-rata 7% dari November hingga April sejak saat itu, katanya.
Musim laporan keuangan sudah mereda, lebih dari 400 perusahaan S&P telah melaporkan hasil keuangan kuartalan mereka. Investor minggu ini masih menantikan kabar terbaru dari Walt Disney, Wynn dan MGM Resorts, Occidental Petroleum dan D.R. Horton.
Para pedagang juga akan mengamati Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, yang dijadwalkan untuk berbicara dua kali dalam beberapa hari mendatang. Pekan lalu bank sentral mempertahankan suku bunga tidak berubah untuk pertemuan kedua berturut-turut karena imbal hasil obligasi anjlok, dan investor berharap kampanye kenaikan suku bunga akan berakhir.
(rev/rev)