Newsletter

Siaga 1! The Fed Umumkan Suku Bunga, Inflasi RI Diramal Ganas

mae, CNBC Indonesia
01 November 2023 06:00
US-ECONOMY-BANK-RATE-INFLATION
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)

The Fed Umumkan Kebijakan Suku Bunga
Penantian investor dan pelaku pasar mengenai kebijakan The Fed akan terjawab Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pengumuman The Fed sangat ditunggu dunia karena besarnya pengaruh kebijakan tersebut kepada pergerakan pasar saham, obligasi, dan mata uang dunia.
Pada pertemuan September lalu, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,25-5,50%. Namun, bank sentral AS tetap memberi sinyal adanya kenaikan sekali lagi pada tahun ini.

Risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau FOMC Minutes September juga menunjukkan sebagian pejabat The Fed masih melihat perlunya kenaikan suku bunga terbatas karena inflasi belum ada di kisaran target mereka yakni 2%.
Risalah menunjukkan adanya perbedaan yang cukup tajam antara pejabat The Fed mengenai tambahan kenaikan suku bunga.

Mayoritas partisipan melihat satu lagi kenaikan di masa depan akan menjadi keputusan yang tepat tetapi sebagian lagi melihat tidak perlu ada kenaikan. Pasar kini melihat jika The Fed telah beralih fokus bukan lagi pada berapa kenaikan tetapi seberapa lama suku bunga tinggi akan dipertahankan.

Dot plot risalah rapat menunjukkan dua pertiga anggota mengindikasikan adanya satu lagi kenaikan di akhir tahun jika dibutuhkan.
Mayoritas pengambil kebijakan The Fed menilai bahwa satu kali kenaikan lagi pada suku bunga The Fed pada pertemuan mendatang mungkin merupakan kebijakan yang tepat. Sementara, beberapa pihak menilai bahwa tidak diperlukan kenaikan lebih lanjut, berdasarkan risalah pertemuan FOMC pada September 2023.

Namun, semua pihak sepakat bahwa kebijakan harus tetap bersifat restriktif untuk beberapa waktu hingga inflasi turun secara berkelanjutan menjadi 2%.

Selain itu, para peserta juga berharap bahwa data yang diperoleh dalam beberapa bulan mendatang akan membantu memperjelas sejauh mana proses disinflasi terus berlanjut dan pasar tenaga kerja mencapai keseimbangan yang lebih baik. 

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 97,1% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan.  Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 98,4%.

Data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang sehingga inflasi diproyeksi sulit melandai. Kondisi inilah yang membuat pasar berekspektasi jika The Fed masih akan galak ke depan.

Ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun. Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50 pada Oktober 2023, dari 49,8 pada September.

S&P Global Service PMI Flash juga menunjukkan penguatan menjadi 50,9 pada Oktober, dari 50,1 pada September. Inflasi AS masih stagnan di angka 3,7% (yoy) pada September 2023, jauh dari target The Fed yakni di kisaran 2%.

Data tenaga kerja AS
AS hari ini akan mengumumkan penciptaan lapangan kerja atau JOLTs Job Opening AS untuk September 2023. 
Sebagai catatan, jumlah lapangan kerja baru ada Agustus tercatat 9,61 juta atau naik 690.000.

Data tenaga kerja merupakan salah satu pertimbangan penting bagi The Fed sebelum menentukan kebijakan.
Bila data tenaga kerja masih panas maka itu bisa menjadi cerminan masih panasnya inflasi AS ke depan. The Fed pun bisa terus mempertahankan kebijakan hawkishnya.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular