Pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (27/10/2023), IHSG ditutup di posisi 6.758,79. IHSG memang menguat 0,66% tetapi tetap ambruk 1,32% sepekan. Pelemahan sepekan tersebut adalah yang terdalam sejak 5 Mei 2023.
Dari bursa AS, Wall Street ditutup beragam pada pekan lalu tetapi secara keseluruhan anjlok. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, indeks Dow Jones ditutup melemah 1,12% ke posisi 32.417,59. Indeks S&P juga ditutup do zona merah dengan menyusut 0,48% ke posisi 4.117,37. Sebaliknya, indeks Nasdaq menguat 0,38% ke posisi 12.643,01.
Dalam sepekan, indeks Dow Jones ambruk 2,1% dan indeks S&P 500 jatuh 2,5%. Indeks Nasdaq jeblok 2,6%, terutama karena ambruknya saham Meta Platforms dan Alphabet.
Bursa melemah karena memanasnya perang Israel vs Hamas serta masih kencangnya data ekonomi AS.
Permintaan dari sektor manufaktur AS juga tumbuh kencang 4,7% pada September, dari kontraksi 0,1% pada Agustus 2023.
Klaim pengangguran tercatat naik 10.000 menjadi 210.000 pada pekan yang berakhir 21 Oktober 2023. Kendati naik tetapi klaim pengangguran masih dalam kisaran terendah dalam delapan bulan terakhir.
Aktivitas bisnis di AS meningkat pada Oktober 2023. Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50, dari 49,8 pada September.
S&P Global Service PMI Flash juga menunjukkan penguatan menjadi 50,9 pada Oktober, dari 50,1 pada September. Sebaliknya, HCOB Manufacturing PMI Flash pada Oktober 2023 melandai sedikit ke 43 dari 43,4 pada September.
HCOB Composite PMI Flash pada Oktober 2023 melandai menjadi 46,5 pada Oktober, dari 47,2 pada September 2023.
Data-data ekonomi AS yang kencang ini membuat pelaku pasar khawatir. Pasalnya, inflasi AS masih sulit turun ke depan sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih bisa hawkish.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun stagnan di angka 4,85%. Imbal hasil masih berada di level tertingginya dalam 16 tahun terakhir.
Indeks dolar juga masih kencang di posisi 106,56. Posisi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 106,6. Namun, masih berada di level tertinggi dalam 11 bulan terakhir.
Sementara itu, ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun.
Meski melaju kencang, pelaku pasar justru menanggapi negatif data tersebut.
"Outlook ekonomi kita masih belum pasti. Pertumbuhan kuartal III memang masih kuat tetapi semua orang memproyeksi ekonomi AS akan melambat. Pertanyaannya adalah seberapa besar dan seberapa cepat," ujar Dave Sekera, analis dari Morningstar, dikutip dari CNBC International.
Ambruknya Wall Street juga disebabkan oleh buruknya laporan keuangan perusahaan.
Pasar keuangan Indonesia akan mengakhiri perdagangan Oktober sekaligus mengawali November pada pekan ini. Karena itulah, pekan ini akan dibanjiri data ekonomi serta agenda penting.
Di antaranya adalah data PMI Manufaktur hingga data tenaga kerja Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan mengumumkan data inflasi.
Agenda terpenting pekan ini datang dari penguasa bank sentral AS, The Fed, yang akan mengumumkan kebijakan suku bunga. Situasi memanas di Timur Tengah juga masih akan membayangi pasar keuangan pekan ini.
Inflasi Indonesia
Data inflasi akan menjadi salah satu sentimen utama dari dalam negeri. BPS akan mengumumkan inflasi Oktober 2023 pada Rabu (1/11/2023). Inflasi Indonesia ke 2,28% (year on year/yoy) tetapi naik secara bulanan (month to month/mtm) 0,19% pada September 2023..
Secara historis, inflasi biasanya merangkak naik pada Oktober setelah melandai pada September. Rata-rata inflasi (mtm) pada Oktober 2018-2022 mencapai 0,08%.
Inflasi secara tahunan diproyeksi melandai. Namun, inflasi bisa naik pada Oktober tahun ini. Terlebih, harga bahan pangan banyak yang melonjak mulai dari beras, bawang merah, cabai, hingga telur ayam.
Bank sentral Jepang dan The Fed Umumkan suku bunga
Bank sentral Jepang (BoJ) akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Selasa (31/10/2023). The Fed akan menggelar FOMC pada Selasa dan Rabu waktu AS danmerilis kebijakan moneter pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023).
Keputusan BoJ sangat ditunggu pasar karena bank sentral Jepang diperkirakan akan mengubah kebijakan moneternya cukup drastis pekan ini. BOJ hingga kini masih mempertahankan suku bunga acuan mereka yang kini ada di minus 0,1%. Suku bunga acuan sebesar itu sudah bertahan sejak 2016.
Sebagian pelaku pasar melihat ada kemungkinan jika BoJ akan segera mengakhiri suku bunga ultra rendahnya serta mengakhiri yield curve control (YCC) pada akhir 2024.
Perkembangan kebijakan moneter di Jepang akan berdampak besar ke pasar keuangan Indonesia karena banyaknya investor Jepang yang masuk ke Tanah Air, baik melalui obligasi ataupun investasi langsung.
Sementara itu, pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25-5,50% pada bulan ini. Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 99,9% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan.
Namun, yang paling ditunggu pelaku pasar adalah sinyal kebijakan ke depan. The Fed pada pertemuan September lalu mengisyaratkan masih akan mengerek suku bunga sekali lagi pada tahun ini meskipun kebijakan akan sangat ditentukan oleh data-data ekonomi.
Data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang sehingga inflasi diproyeksi sulit melandai.
Ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun.
Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50 pada Oktober 2023, dari 49,8 pada September.
S&P Global Service PMI Flash juga menunjukkan penguatan menjadi 50,9 pada Oktober, dari 50,1 pada September.
Inflasi AS masih stagnan di angka 3,7% (yoy) pada September 2023, jauh dari target The Fed yakni di kisaran 2%.
PMI Manufaktur Indonesia hingga China
Pada Selasa, beberapa data ekonomi akan dirilis, di mana salah satunya yakni data aktivitas manufaktur China versi resmi (NBS) pada periode Oktober. Data ini cukup penting oleh pelaku pasar untuk menentukan sebagaimana kondisi manufaktur China di tengah masih lesunya perekonomian China.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan manufaktur China akan mengalami peningkatan pada Oktober dan masih berada di jalur ekspansif yakni naik menjadi 50,5.
S&P Global juga akan merilis data PMI Manufaktur Indonesia untuk Oktober 2023. Sebagai catatan, untuk periode September 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 52,3. Indeks jauh lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2023 yang tercatat di 53,9. Indeks PMI pada September adalah yang terendah dalam empat bulan terakhir.
Meski melandai, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 25 bulan terakhir. Jika PMI Indonesia kembali jeblok maka ini harus menjadi alarm karena bisa menjadi sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Australia, Jepang, hingga negara-negara Eropa juga akan merilis data manufaktur pekan ini.
Data tenaga kerja AS
Data ekonomi penting lainnya yang akan dirilis pekan ini adalah penciptaan lapangan kerja atau JOLTs Job Opening AS untuk Oktober pada Rabu (1/11/2023). AS juga akan mengumumkan data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP) dan tingkat pengangguran periode Oktober 2023 pada Jumat (27/11/2023).
Data tenaga kerja merupakan salah satu pertimbangan penting bagi The Fed sebelum menentukan kebijakan.
Konferensi RDK, KSSK dan Laporan Keuangan Perusahaan
Pekan ini pemangku kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan industri keuangan juga akan menggelar konferensi pers.
Hari ini, Senin (30/10/2023), Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggelar Rapat Dewan Komisioner (RDK) edisi Oktober 2023.
Sementara itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK akan menggelar pertemuan pada Kamis atau Jumat pekan ini untuk membahas dan merespon perkembangan ekonomi terbaru.
Ketua KSSK Menteri Keuangan Sri Mulyani akan memimpin rapat dan kemudian menggelar konferensi pers setelah rapat KSSK. Akan hadir dalam pertemuan adalah Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua OJK Mahendra Siregar, hingga Ketua Lembaga Penjamin Simpanan Purbaya Yudhi Sadewa.
Pengumuman ini menjadi penting karena hanya berselisih satu hari dari rilis kebijakan The Fed. Sri Mulyani kemungkinan besar juga akan mengumumkan kebijakan baru. Sebagai catatan, KSSK dipanggil Presiden Joko Widodo pada Senin pekan lalu (23/10/2023) di tengah keterpurukan IHSG dan rupiah.
Menurut Sri Mulyani usai rapat, KSSK tengah menyiapkan langkah paket kebijakan supaya sektor riil tetap terjaga khususnya kelompok menengah bawah supaya daya belinya terjaga. Meski ia masih belum mau membeberkan paket kebijakan seperti apa yang disiapkan.
Menurut Sri Mulyani tidak menutup kemungkinan nantinya akan ada penyesuaian melalui instrumen yang ada di market, maupun dari sisi komunikasi kebijakan yang akan dilakukan dari Kemenkeu bersama BI.
Pasar keuangan dalam negeri juga akan diramaikan dengan banyaknya paparan kinerja perusahaan pada kuartal III-2023.
Hari ini, ada tiga perusahaan besar yang akan memaparkan kinerja keuangan kuartal III mulai dari Bank Mandiri, Indosat, dan Bank Jatim.
Data dan agenda ekonomi:
* Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggelar Rapat Dewan Komisioner (RDK) edisi Oktober 2023 (09:30 WIB)
* Jerman akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 (16:00 WIIB)
Agenda korporat:
" Paparan kinerja keuangan kuartal III-2023 Indosat Ooredoo Hutchison (14:30 WIB)
* Paparan kinerja keuangan kuartal III-2023 Bank Jatim (10:30 WIB)
* Paparan Kinerja Kuartal III 2023 Bank Mandiri (15:00 WIB)
* Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA)
* Pemberitahuan RUPS Rencana Cakra Mineral Tbk (CKRA)
* Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS)
* Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)
* Pemberitahuan RUPS Rencana Nusantara Infrastructure Tbk (META)
* Tanggal ex Dividen Tunai Interim PT MPX Logistics International Tbk
* Pemberitahuan RUPS Rencana PT Sumber Global Energy Tbk (SGER)
Berikut indikator ekonomi terbaru:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]