Newsletter

Buka Mata Pasang Telinga! Ada Kabar Genting dari AS-Jepang-RI

mae, CNBC Indonesia
30 October 2023 06:00
Ilustrasi Wall Street. (AP/J. David Ake)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Dari bursa AS, Wall Street ditutup beragam pada pekan lalu tetapi secara keseluruhan anjlok. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, indeks Dow Jones ditutup melemah 1,12% ke posisi 32.417,59. Indeks S&P juga ditutup do zona merah dengan menyusut 0,48% ke posisi 4.117,37. Sebaliknya, indeks Nasdaq menguat 0,38% ke posisi 12.643,01.

Dalam sepekan, indeks Dow Jones ambruk 2,1% dan indeks S&P 500 jatuh 2,5%. Indeks Nasdaq jeblok 2,6%, terutama karena ambruknya saham Meta Platforms dan Alphabet.
Bursa melemah karena memanasnya perang Israel vs Hamas serta masih kencangnya data ekonomi AS.

Permintaan dari sektor manufaktur AS juga tumbuh kencang 4,7% pada September, dari kontraksi 0,1% pada Agustus 2023.
Klaim pengangguran tercatat naik 10.000 menjadi 210.000 pada pekan yang berakhir 21 Oktober 2023. Kendati naik tetapi klaim pengangguran masih dalam kisaran terendah dalam delapan bulan terakhir.

Aktivitas bisnis di AS meningkat pada Oktober 2023. Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50, dari 49,8 pada September.
S&P Global Service PMI Flash juga menunjukkan penguatan menjadi 50,9 pada Oktober, dari 50,1 pada September. Sebaliknya, HCOB Manufacturing PMI Flash pada Oktober 2023 melandai sedikit ke 43 dari 43,4 pada September.

HCOB Composite PMI Flash pada Oktober 2023 melandai menjadi 46,5 pada Oktober, dari 47,2 pada September 2023.
Data-data ekonomi AS yang kencang ini membuat pelaku pasar khawatir. Pasalnya, inflasi AS masih sulit turun ke depan sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih bisa hawkish.

Imbal hasil US Treasury 10 tahun stagnan di angka 4,85%. Imbal hasil masih berada di level tertingginya dalam 16 tahun terakhir.
Indeks dolar juga masih kencang di posisi 106,56. Posisi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 106,6. Namun, masih berada di level tertinggi dalam 11 bulan terakhir.

Sementara itu, ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun.
Meski melaju kencang, pelaku pasar justru menanggapi negatif data tersebut.

"Outlook ekonomi kita masih belum pasti. Pertumbuhan kuartal III memang masih kuat tetapi semua orang memproyeksi ekonomi AS akan melambat. Pertanyaannya adalah seberapa besar dan seberapa cepat," ujar Dave Sekera, analis dari Morningstar, dikutip dari CNBC International.
Ambruknya Wall Street juga disebabkan oleh buruknya laporan keuangan perusahaan.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular