Review Sepekan

IHSG Seperti 'Roller Coaster' Pekan Ini, Ada Apa?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
29 October 2023 15:00
layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini kembali memburuk, di mana IHSG sepanjang pekan ini terpantau ambles hingga lebih dari 1%. Bahkan, IHSG pada pekan ini sangat volatil.

Sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ambles 1,32% secara point-to-point (ptp), memburuk dari posisi pekan sebelumnya yang ambrol 1,12%.

Pada perdagangan Jumat (27/10/2023), IHSG ditutup menguat 0,66% ke posisi 6.758,79. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 6.700 pada pekan ini.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 36,7 triliun. Sayangnya, investor asing masih mencatatkan outflow atau penjualan bersih (net sell) pada pekan ini. Asing melepas hingga Rp 2,58 triliun di seluruh pasar pada pekan ini.

Sepanjang pekan ini, pergerakan IHSG sangat volatil. Dimulai pada Senin pekan ini, IHSG berakhir ambles 1,57% ke posisi 6.741,96. Kemudian pada Selasa esok harinya, IHSG berhasil bangkit dan ditutup melesat 0,96% ke 6.806,76.

Berikutnya pada perdagangan Rabu pekan ini, penguatan IHSG kembali berlanjut, namun penguatannya terpangkas dan ditutup menguat 0,41% ke 6.834,39. Tetapi pada Kamis, IHSG kembali berbalik arah ke zona merah dan ditutup ambles lagi 1,75% menjadi 6.714,52.

Terakhir pada Jumat pekan ini, IHSG kembali bangkit dan sempat melesat hingga 1% lebih. Namun di akhir perdagangan Jumat, penguatan IHSG terpangkas sehingga indeks bursa saham Tanah Air tersebut hanya menguat 0,66%.

Sejatinya, IHSG tidak sendirian. Bursa Asia-Pasifik dan bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street juga sangat fluktuatif pada pekan ini. Namun, koreksi IHSG masih lebih baik ketimbang bursa Asia-Pasifik lainnya dan tentunya bursa Wall Street.

Aksi outflow asing di pasar saham RI menjadi salah satu penyebab volatilnya IHSG sepanjang pekan ini. Alasan asing terus melepas kepemilikannya di pasar saham bukan tak mungkin disebabkan karena tingginya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury

Yield Treasury tenor 10 tahun melejit bahkan sempat mencapai 5% pada awal pekan ini. Namun saat ini yield Treasury tenor 10 tahun berada di 4,845%, sudah lebih membaik dibandingkan dengan posisi awal pekan ini. Namun, posisi ini masih cukup tinggi.

Alhasil, investor asing terus melepas kepemilikannya di dalam negeri. Di pasar obligasi pemerintah, dalam data transaksi 25-27 September 2023 asing mencatatkan jual neto Rp 7,86 triliun di pasar SBN.

Namun, dalam beberapa hari belakangan, asing kembali memburu SBN RI. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) pada transaksi 23-26 Oktober 2023 menunjukkan asing mencatatkan beli neto Rp 2,18 triliun di pasar SBN.

Kenaikan yield Treasury tenor 10 tahun, yang dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di tengah ketidakpastian perekonomian dan menjadi acuan biaya pinjaman di seluruh dunia, didorong oleh para investor yang memperkirakan pertumbuhan AS terus bertahan dalam menghadapi siklus kenaikan suku bunga agresif bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pekan lalu bahwa bank sentral mungkin perlu mempertahankan kenaikan suku bunga untuk mengembalikan inflasi ke tingkat target 2%.

Tak hanya itu saja, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga menjadi penyebab karena investor cenderung beralih ke aset safe haven, salah satunya yakni US Treasury.

Konflik di Timur Tengah yakni antara Israel-Hamas Palestina di jalur Gaza masih menjadi perhatian pelaku pasar global hingga kini. Pada hari ini saja, pasukan Israel melancarkan operasi darat tahap baru melawan kelompok Hamas di Gaza.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan ini sebagai fase kedua dari perang tiga minggu yang bertujuan untuk menghancurkan kelompok militan di Palestina.

Ketidakpastian akibat belum diketahui kapan berakhirnya era suku bunga tinggi, di tambah ketegangan Israel-Hamas membuat investor di global kembali mengurangi selera risikonya dan memilih untuk bermain aman di aset safe haven.

Alhasil, volatilitas di pasar saham pun tak terhindarkan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation