Review Sepekan

IHSG Semringah Dua Pekan Beruntun, Nyaris Sentuh 7.000-an

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
02 September 2023 12:30
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini kembali cemerlang, di mana IHSG sepanjang pekan ini terpantau melesat hingga 1% dan sudah terjadi selama dua pekan beruntun.

Sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat 1,19% secara point-to-point (ptp), lebih baik dari posisi pekan sebelumnya yang menguat 0,52%. Dengan ini, maka IHSG sudah mencatatkan kinerja positifnya selama dua pekan beruntun.

Sementara itu pada perdagangan Jumat (1/9/2023) kemarin, IHSG juga ditutup menguat 0,35% ke posisi 6.977,654. Sepanjang pekan ini, IHSG konsisten bergerak di level psikologis 6.900. Bahkan, IHSG sempat menyentuh level psikologis 7.000 pada perdagangan sesi I Rabu pekan ini.

Dalam harian sepanjang pekan ini, IHSG hanya mencatatkan koreksi sekali saja, yakni pada perdagangan Kamis pekan ini, karena adanya aksi profit taking investor.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 46,1 triliun. Sayangnya, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 2,1 triliun di seluruh pasar sepanjang pekan ini.

IHSG yang cukup menggembirakan pada pekan ini ditopang oleh sikap optimisme pasar akan prospek berakhirnya era suku bunga tinggi. Selain itu, data tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) yang mulai mendingin juga menjadi penopang bursa saham global, termasuk IHSG di pekan ini.

Saat ini ekonomi AS mengalami kelesuan dalam beberapa hal. Terbaru, data payrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000.

Di lain sisi, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2023 direvisi menjadi 2,1% (yoy) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.

Sedangkan jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.

Jumlah warga AS yang mengajukan klaim pengangguran juga turun menjadi 228 ribu pada pekan yang berakhir pada 26 Agustus 2023, dari 232 ribu pada pekan sebelumnya.

Namun hal berbeda dari laporan inflasi Personal Consumer Expenditure (PCE) yang mengalami kenaikan menjadi 3,3% (yoy) pada Juli 2023, dari 3% pada Juni.

Kenaikan PCE ini tentu saja membuat pelaku pasar khawatir. Dengan PCE yang naik maka ada kemungkinan laju inflasi AS masih kencang ke depan. Alhasil, masih ada kekhawatiran bahwa The Fed sulit melunak.

Meski maish ada sedikit kekhawatiran akan prospek kebijakan suku bunga The Fed kedepannya, tetapi pelaku pasar global memprediksi bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini.

The Fed akan menggelar pertemuan pada 19-20 September ini. Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sebanyak 7% memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).

Di lain sisi, positifnya IHSG terjadi meski inflasi Indonesia pada Agustus 2023 cenderung lebih rendah dari periode sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Agustus 2023 mencapai 3,27%. Inflasi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Juli 2023 sebesar 3,08%.

Jika dibandingkan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi, memperkirakan inflasi Agustus 2023 secara tahunan akan menembus 3,36% (year-on-year/yoy). Dengan kata lain, inflasi aktual lebih rendah dibandingkan konsensus pasar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini mengatakan tingkat inflasi tahunan ini disumbang oleh transportasi yang meningkat 9,65% dengan andil 1,18%.

Posisi kedua ada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan beras sebagai pendorong. Inflasi beras pada Agustus 2023 tercatat sebesar 0,41% dan rokok kretek filter dengan andil sebesar 0,21%, serta bawang putih 0,08%.

Inflasi (yoy) mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya, namun hal ini masih sesuai target Bank Indonesia (BI) untuk inflasi 2023 yakni dikisaran 2-4%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/luc)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation