
Musim Pendaftaran Capres, ke Mana Arah IHSG dan Rupiah?

Pekan ini pasar keuangan Indonesia akan bergerak dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Pertama, rilis data pertumbuhan ekonomi AS. Pelaku pasar akan menantikan data pertumbuhan ekonomi AS akan dirilis pekan ini sebagai acuan laju pertumbuhan ekonomi global.
Semakin meningkatnya ekonomi AS akan dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi global, namun dapat menjadi indikator bahwa laju inflasi cukup sulit untuk dikendalikan. Tingginya laju inflasi dapat menjadi sentimen negatif untuk pasar dengan suku bunga yang akan dapat kembali hawkish.
Sebagai catatan ekonomi AS diperkirakan konsensus yang tercatat di Trading Economics sebesar 4,2% jauh lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya sebesar 2,1% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ekonomi AS akan menentukan pergerakan pasar global, pasalnya AS merupakan negara dengan PDB tertinggi di dunia.
Kedua, pendaftaran Capres dan Cawapres. Sentimen dalam negeri datang dari masa pendaftaran Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, yaitu 19-25 Oktober 2023. Kebijakan tersebut disinyalir dapat mempengaruhi pergerakan pasar.
Ketiga, Bank Indonesia yang kembali menaikkan suku bunga. Pergerakan saham juga akan dipengaruhi kebijakan Bank Indonesia (BI) yang akhirnya menaikkan suku bunga acuan pada Oktober 2023. Kini BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) berada di level 6%. Suku bunga Deposit Facility juga naik menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.
Diketahui Bank Indonesia mempertahankan suku bunganya sejak Februari hingga periode September 2023 di level 5,75% dan baru kembali menaikkannya pada bulan ini. Keputusan Bank Indonesia berbeda dengan proyeksi para pelaku pasar yang memperkirakan bank sentral RI tersebut masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Kenaikan tersebut untuk memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak mengingat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk mitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3 plus minus 1% pada 2023 dan 2,5 plus minus 1% pada 2024.
Sejumlah sektor berpotensi diuntungkan dari kenaikan suku bunga BI, yakni sektor perbankan, pembiayaan dan asuransi. Berikut saham-saham di tiga sektor yakni perbankan, pembiayaan dan asuransi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
(ras/ras)